twenty five

5 1 0
                                    

Izekiel terus menjaga istrinya dan menghadapi segala mood swings yang diderita Eleanor. Perut Eleanor semakin membesar, semakin membatasi ruangnya untuk bergerak. Eleanor sering mengeluh lelah dan Izekiel dengan sigap memijit kaki istrinya. Eleanor berterimakasih dengan suaminya yang selalu ada di sampingnya. Terkadang Eleanor terbangun tengah malam tidak bisa tidur akibat bayinya yang sangat aktif, Izekiel bangun menemani dan mengelus perut Eleanor hinggal istrinya tertidur lagi. Izekiel paham betapa melelahkannya ketika mengandung.

Izekiel mencium puncak kepala istrinya ketika terbangun dan beranjak pelan tanpa membangunkan Eleanor. Eleanor mengernyitkan dahinya, Izekiel mencium kembali puncak kepala istrinya dan mengelusnya lembut. "Ssshh..." Setelah memastikan bahwa Eleanor tertidur, Izekiel keluar dari kamar memanggil pelayan untuk menyiapkan sarapan di ruang kerja. Ia memerintahkan untuk menjaga Eleanor di dalam kamar dan tidak membangunkan Eleanor.

Di ruang kerja, Izekiel memegang leher dan bahunya. Ada banyak dokumen yang menumpuk, salah satunya laporan penjualan wine yang semakin pesat. Rion masuk membawakan surat yang terdapat seal Kerajaan Klune. Isinya merupakan ucapan selamat pada Izekiel dan Eleanor dan tak lama, kepala pelayan mengetuk pintu, memberi kabar bahwa kado dari Kerajaan Klune sudah datang. Izekiel memerintahkan untuk menaruh kado tersebut di kamar bayinya.

Beberapa minggu terakhir, Eleanor sangat semangat mendekorasi kamar bayinya. Izekiel dan beberapa pelayan mengawasi Eleanor, memastikan bahwa Eleanor tidak bekerja berat dan kelelahan. Senyuman Eleanor membuat dadanya berdebar, Izekiel benar-benar merasa sangat beruntung mendapatkan istri seperti Eleanor. Tak hanya dekorasi untuk kamar bayi mereka, Eleanor juga mengundang beberapa desainer untuk baju bayi. Beberapa baju bayi yang dipesan oleh Eleanor berwarna netral seperti putih, biru, merah, ataupun coklat. Eleanor dan Izekiel masih belum mengetahui gender bayi mereka, meskipun begitu, semua peralatan dan pakaian sudah dipersiapkan dengan matang.

Selesai bekerja, Izekiel masuk ke kamar dan menemukan Eleanor yang sedang memakan buah apel serta melihat katalog baju bayi.

"Iz!" Eleanor memanggil suaminya dan mengisyaratkan untuk mendekat dengan tangannya. "Kemarilah!" Ia menepuk kasur tepat di sampingnya. Izekiel duduk di samping istrinya dan Eleanor menaruh kepalanya di bahu Izekiel. Tangan Izekiel secara natural melilit di pinggangnya. "Lihat, baju ini sangat lucu, kan? Aku ingin membelinya untuk anak kita."

Izekiel mengelus perut istrinya yang besar dan mengangguk. "Beli saja. Ah, kau sudah tahu kalau anak kita mendapatkan kado?"

Eleanor mengangguk. "Aku sudah lihat. Raja mengirimkan banyak sekali."

Izekiel tertawa. "Itu belum seberapa. Tunggu nanti. Aku sudah membeli kado untuk anak kita dan untukmu."

Eleanor terkejut. "Kau diam-diam membelikan sesuatu untukku juga?"

Izekiel heran. "Tentu. Aku akan membelikan apapun untuk istriku."

Eleanor memeluk Izekiel. "Terimakasih, Iz." Eleanor mencium bibir Izekiel lembut. Izekiel membalas ciuman Eleanor dan Eleanor berpindah duduk di pangkuan Izekiel.

Izekiel melepaskan ciumannya. "Tidak, tidak."

"Kita sudah lama sekali tidak melakukannya. Kau tidak menginginkan aku lagi?" Mata Eleanor berkaca-kaca.

"Tidak, bukan seperti itu, sayang. Aku takut bayi kita—"

"Tapi dokter bilang tidak apa-apa. Iz..." Rengek Eleanor.

"Aku takut aku tidak bisa kontrol diriku sendiri, El. Aku juga sangat menginginkanmu." Izekiel mengecup tangan istrinya.

"Kalau begitu, ayo kita lakukan." Sudut bibir Eleanor melengkung ke bawah. Eleanor terus membujuk Izekiel.

Paint It All Red (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang