When?

756 67 1
                                    

Satu Minggu berlalu sejak pernikahan Junhui dan Minghao. Keluarga kecil Seungcheol menjalani hari seperti biasa. Dan di hari minggu seperti ini biasanya mereka akan berdiam diri dirumah menikmati waktu libur atau berkunjung ke rumah orang tua. Baik ke kediaman Choi atau Yoon.

Dan sekarang giliran mereka berkunjung ke kediaman orang tua Jeonghan. Karena kebetulan neneknya sedang berkunjung juga. Seperti biasa, mereka berkumpul di ruang keluarga sambil mengobrol. Semuanya hadir kecuali ayah Jeonghan yang sedang bermain golf dengan mitra bisnis.

"Berapa usia Chan?"

Sang nenek bertanya sambil menunjuk Chan yang sedang bermain di atas playmate di ruang keluarga. Jeonghan yang semula duduk santai bersandar pada sang suami kemudian menegakkan tubuhnya.

"Sebelas bulan nek," jawab Jeonghan sambil mengambil sebuah jeruk untuk ia kupas dan berikan pada Seungcheol.

"Lima bulan sudah kalian menikah, kalian tak ingin punya anak?"

Jeonghan yang semula akan memasukan potongan jeruk kemulutnya seketika terhenti dan balas menatap neneknya. Ia kemudian menatap Seungcheol yang juga menampakan ekspresi wajah yang sama dengannya. "Apa maksud nenek, kami sudah memiliki Chan"

"Mamma!!!"

Dan bayi itu berseru riang saat berhasil merambat pada sofa di mana sang nenek duduk.

"Tetap saja Chan bukan anak kandungmu, kau tak ingin hamil dan melahirkan anakmu sendiri?"

Nyatanya tingkah menggemaskan bayi itu tak membuat sang nenek menghentikan topik pembicaraannya.

"Ibu... Jangan bicara seperti itu," ucap ibu Jeonghan menengahi. Ia melihat sang putri yang nampak sekali tak menyukai arah pertanyaannya. "Jeonghan memang tidak melahirkan Chan, tapi baik Jeonghan dan Seungcheol pasti akan merawat Chan selayaknya anak kandung."

"Iya, aku tahu dan aku percaya kalian akan membesarkan Chan dengan baik. Tapi sudah kenyataannya jika dia buka murni darah dagingmu. Sedang aku ingin cicit yang terlahir dari cucuku sendiri, apa salah?"

"Nenek, nenek tidak salah" Seungcheol yang merasakan perasaan Jeonghan kini ikut bicara, "tapi mungkin kami lupa mengatakan pada nenek akan suatu hal terkait Chan. Aku dan Jeonghan sudah sepakat untuk menunda keturunan setidaknya sampai Chan siap untuk memiliki adik. Chan masih terlalu kecil untuk dibagi perhatiannya"

Sang tertua kini bangkit dari duduknya, "ck, apa gunanya menikah jika tak memiliki anak? Anak adopsi tentu saja lain dengan anak yang dilahirkan sendiri"

"Nenek-"

Jeonghan akan menjawab ucapan sang nenek tapi sang suami menahannya. Pria itu mengisyaratkan agar Jeonghan lebih tenang dan membiarkan wanita tua itu pergi ke kamarnya di lantai dua.

"Maafkan nenek ya Cheol? Kau kan tahu jika beliau adalah satu-satunya orang yang menentang adopsi Chan. Tapi percaya pada ibu, nenek tak pernah membenci Chan. Kalian tenang saja, ibu akan kembali berbicara pada beliau agar beliau memahami keputusan kalian"

Seungcheol mengangguk dan membiarkan sang ibu mertua meninggalkan mereka. Ia lantas menghampiri Jeonghan yang sedang duduk di playmate sambil memeluk Chan. Ia tahu wanitanya itu pasti sedang menahan tangis.

Pria itu lantas membawa dua orang penguasa hatinya itu kedalam pelukannya, "jangan hiraukan ucapan nenek."

"Tapi nenek seperti tak mengerti jika Chan adalah segalanya bagiku, walaupun memang kenyataannya bukan aku yang melahirkannya" jawab Jeonghan dengan suara bergetar.

"Sstt, Chan memang bukan lahir dari rahimmu. Tapi dia tumbuh dengan kasih sayangmu. Dan kau mamanya"

"Mamma!!"

Chan the CupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang