Tentangnya

2 0 0
                                    

'Terkadang manusia ingin menjadi orang lain disaat dirinya tidak tahu apa yang dihadapi oleh orang tersebut.' -Sang Penyair

Pagi ini, hujan turun dengan sangat deras membuat Zeva yang sudah siap berangkat kerja harus dibuat murung karena derasnya hujan pagi ini. Harusnya ia sudah berada di halte bus tapi gara-gara hujan yang terlalu lebat membasahi bumi membuatnya tidak bisa beraktivitas seperti biasa.

Zeva berdecak pelan melihat hujan yang tak kunjung mereda, membuatnya terpaksa mengambil hpnya dan menelepon seorang laki-laki yang sedang tertidur pulas di balik selimut tebalnya.

Telepon yang sudah dilayangkan tiga belas kali pun tidak mampu membuat orang diseberang bangun dan mengangkat teleponnya sampai pukul 7.30 juga hujan tidak mereda, dan lelaki itu tidak bangun. Zeva tidak tahu harus bagaimana lagi, sampai ia terpaksa membuat janji dengan grab mobil.

"Cepetan dong.. bisa-bisa gua dimarahin kalau sampe sana jam 8," gumam Zeva kesal sambil melihat hp. Ditengah-tengah aktivitasnya, ketika grab nya ingin sampai dirumahnya, namun satu klakson membuatnya segera keluar dan menemukan mobil honda terparkir asal dirumahnya dengan pengemudi yang memakai baju santai, bahkan kelewat santai karena hanya memakai kaos oblong dan celana kolor. Membuat Zeva membulatkan matanya.

"Mas Ghifar!"

"BURU NAIKK!!" seru Ghifar dari mobilnya setengah membuka kaca sebelahnya untuk melihat Zeva yang tengah berdiri di depan ruang tamu.

"GUA UDAH PESEN GRAB!!"

"BATALIN AJA UDAH. SAMA GUA SINI."

"CK IYA IYA," pungkas Zeva lalu membatalkan grabnya dan naik ke mobil Ghifar yang entah kenapa berdekatan sekali waktunya dengan grab pesanannya.

"KO LO BARU BANGUN, SI? GUA UDAH NELEPON LO 13 KALI MAS. LO GA BANGUN-BANGUN SUMPAHH!!!"

"Bukannya ga bangun, udah bangun, lagi cuci muka gua nya. Lo nya malah nelepon mulu."

"Cih, kalau gitu angkat dulu napa sih. Biar orang juga tau."

"Yaudah si, gua juga udah disini."

Merekapun berdebat seiring berjalannya mobil yang dikendarai Ghifar. 20 menit kemudian mereka sampai dan Ghifar menurunkan Zeva di tempat kerjanya. Sorenya, Ghifar menjemput Zeva lalu makan mie ayam di persimpangan jalan.

"Jadi lo enak banget, Mas. Mau bangun jam berapa juga masih dapet penghasilan. Lah gua? Harus udah sampe di tempat kerja jam 7 kalau lebih bisa-bisa gaji gua dipotong. Belum lagi pajak. Gua sebulan cuma 200.000 ya tuhann. Lo palingan sebulan 2 juta."

"Asal ngomong bae, tu mulut. Ga tau aja gua juga punya kesusahan sendiri."

"Tapi kan lebih baik dari gua," tutur Zeva

"Nyenyenye. Sehari jadi gua aja, lo belum tentu bisa."

"Masa si? Kerjaan lo cuma di rumah kok. Bisa dikerjakan dimana aja."

"Dimana aja kata lo? Wah ga tau ni orang," sungut Ghifar.

"Memangnya kerjaan lo apaan si? Kaya berat aja."

"Programmer."

"Nah, yaelah tinggal ngoding doang masa ga bisa."

"Ga ngoding, yaa, cantikkk. Gua kerja sebagai programmer periksa-periksa hal-hal yang error. Dan lo segampang itu buat bilang jadi gua enak?"

"Iyalah enak! Udah belajar banyak hal di kuliah, tinggal terapin aja di kerjaan."

"Asal lo tau, deh, ya. Gua sehari duduk di depan pc bisa 12 jam. Cuma buat nyari eror nya dimana. Program 15.000 kata dan lo disuruh cari 10 kesalahannya. Bayangin susahnya jadi gua."

Dokter dan Sang Penyair (Completed Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang