Cinta Terindah

5 0 0
                                    

'Ketika aku bebas berekspresi didepan-mu, aku menyadari kalau kamu berbeda dengan yang lain. Tolong tetap disisiku selamanya, selama apapun itu. My darl.'-Sang Penyair

Setelah tadi siang mereka telah berbincang hangat, lalu tertidur dengan posisi saling memeluk, dan dua jam kemudian, merekapun bangun lalu Ghifar mengantar Zeva yang bekerja di shift malam. Kegiatan mereka tak banyak, tapi dengan bersama Zeva, Ghifar selalu merasa bahagia di setiap waktunya. Dengan Zeva, Ghifar tak perlu bersandiwara, Ghifar hanya perlu menjadi dirinya sendiri, dan itu cukup mengobati masa kelam Ghifar ditiap harinya.

Kini, waktu telah menunjukkan pukul 3 dini hari, dan Zeva sedang terduduk di kursi ruangannya, karena ia cukup kelelahan karena bekerja tujuh jam lamanya, dan baru sekarang ia bisa duduk tenang akibat di jam pagi seperti ini, ia tidak harus menerima banyak pasien, selain operasi-operasi yang memang sudah terjadwalkan. Malam ini, ia cukup lelah akibat operasi penting yang berjalan enam sampai sepuluh jam lamanya. 

Ketika rumah sakit sudah sepi, biasanya ia hanya duduk termenung sembari menunggu shiftnya berakhir pada pukul enam pagi. Sambil menunggu rumah sakit kedatangan pasien, ia melihat-lihat foto yang sempat Ghifar ambilkan untuk memenuhi galerinya. Meski hampir semua fotonya diambil oleh Ghifar, Zeva senang karena di galeri hpnya memang sedikit dengan foto mereka berdua.

Ketika ia tak sengaja melihat foto selca Ghifar, ia berkali-kali tersenyum melihat foto kekasih manis nya dan dan jahilnya. Ghifar tersenyum manis disana. Foto selca itu benar-benar bisa membuatnya mengingat akan pacarnya yang tampan, dan jahil itu. Ghifar memang berbeda dari semua cowo yang ia pernah temui.

"Lucu banget fotonya," ucap Zeva lalu mematikan hpnya karena ada yang mengetuk pintu kayunya. Zeva tidak tahu siapa yang datang karena hanya dokter penting yang biasanya mengetuk pintu kayunya itu. Namun, sekarang semua dokter pentingnya sedang beristirahat di ruangannya, membuat jantung Zeva berdebar kencang. 

Setelah memantapkan hatinya, ia membuka pintu kayunya dengan perlahan namun pasti, ketika sudah terbuka sedikit, orang yang diluar tersebut langsung mendorong pintu kayunya itu dengan kuat, lalu menyambar bibir Zeva dengan cepat, ketika ia menyadari pintunya belum terkunci, ia memilih untuk mengunci pintunya lebih dulu. Zeva langsung terbelalak kaget melihat siapa yang datang.

"MAS!? Kamu ngapain?" kaget Zeva lalu sejurus kemudian, Ghifar kembali menyambar bibir lembut milik Zeva yang terus-menerus membuatnya merasa tidak waras setiap kali terlalu lama tidak melihat Zeva, sampai membuatnya berani mendatangi Zeva secara pribadi seperti ini.

"Ma-mas..." ucap Zeva kesulitan bernapas. Ia terbatuk-batuk ditengah ciumannya dengan Ghifar. Ghifar benar-benar memakai hampir seperempat tenaganya. 

Ghifar sesekali menggigit bibir bawahnya dan itu membuat Zeva mengerang kesakitan yang hanya menambah ketidak warasan Ghifar saat menciumnya. Ghifar terus menciumnya sambil menjaga kepala belakang Zeva agar tidak terantuk dinding saat mereka saling berciuman. Ghifar bermain dengan bibir Zeva sampai puas, setelah itu ia membiarkan Zeva bernapas sedangkan ia bermain dengan leher jenjang Zeva, meninggalkan beberapa jejak salivanya. Bagai tembakau dalam rokok yang membuat Ghifar berasa diatas awan. Sangat memabukkan.

Setelah cukup puas bermain di leher jenjangnya, Ghifar bermain dengan kedua telinga Zeva yang kembali membuatnya merasa gila dan lagi-lagi kehilangan kewarasannya. Dengan perlahan-lahan, Ghifar menuntun Zeva ke sofa terdekat untuk melanjutkan acara mereka. Dengan yakin, ia menidurkan Zeva di sofa yang ada diruangan tersebut. Ghifar kembali menyerbu bibir Zeva yang sudah ia anggurkan beberapa menit. Bagi Ghifar, bibir Zeva adalah candu barunya sekarang. Cukup intens sampai Zeva kehabisan napas lagi dalam sepuluh menit kemudian. Ghifar memang gila menyangkut hal tersebut. 

"Mas!!!!!" teriak Zeva sekuat tenaganya, namun Ghifar tidak melepaskannya dengan cepat. Namun ia menyesap bibir Zeva, melumat bibirnya secara bergantian. Ghifar bermain cukup kasar dengan bibirnya membuat Zeva berkali-kali mengutuk Ghifar dalam hatinya. Kemudian, ditengah-tengah acara mereka, seseorang mengetuk pintu kayunya dengan kasar, juga meneriakkan namanya dengan cukup keras membuat Ghifar memilih untuk menyudahinya.

Dokter dan Sang Penyair (Completed Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang