Prologue

1 0 0
                                    

"Manusia selalu hidup berdampingan, entah orangnya ingin hidup berdampingan atau tidak, manusia akan terus berdampingan sampai mati. Tak peduli apapun keinginan manusia itu sendiri. Itulah kejamnya dunia ini." -Sang Penyair

"Malam ini bukannya lo mau balapan? Toh Papa lo belum pulang," tukas Javar teman malam Ghifar.

"Ga dulu, Bro."

"Ayolah, lagian umur lo udah dua puluh enam tahun kok! Hidup masih aja diatur Bokap."

"Bodo. Dah ah, gua duluan ya," sahut Ghifar lalu melengos begitu saja.

---

"Nak, Ibu hari ini ke dokter," ucap Halmi, Ibu dari Zeva.

"Ibu sakit?"

"Kata dokter, Ibu didiagnosis kanker otak," tutur Halmi pelan sekali. Hampir tidak kedengaran.

"Ibu ga bercanda, kan?" Zeva mencari kebohongan dalam netra sang Ibu, tapi yang ia temui hanya kesedihan yang rasanya akan abadi dalam relung Zeva.

Halmi tidak bergeming dan hanya menatap lantai menandakan apa yang dikatakan Zeva, Halmi tidak bisa menjawabnya,

"Ibu! Jawab, Bu! Ibu becanda, kan? Ibu bohong, kan?" ujar Zeva dengan suara yang bergetar.

Halmi mengangguk pelan sebagai jawaban dari pertanyaan Zeva, anak tercintanya.

---

"SUSTER!!!! DOKTER!!!!!! BANTU IBU SAYA!!! SUSTER!!!! DOKTER!!!" teriak seorang gadis dengan air mata berlinang menyerukan suster dan dokter untuk membantu gadis itu sembari turun dari grab mobil.

Beberapa menit kemudian rumah sakit menjadi ramai karena gadis itu dan berisiknya roda brankar yang didorong menuju ruangan ICU karena kondisi wanita yang terbaring di brankar sudah sangat kritis membuat banyak dokter langsung dikerahkan untuk menyelamatkan nyawa wanita tersebut.

Sesampainya di depan ruangan ICU, satu orang suster segera menahan gadis itu untuk ikut masuk kedalam lalu masuk ke ruangan ICU dengan langkah cepat. Karena yang mereka tangani bukanlah pasien UGD tapi ICU. Pasien yang memang kondisinya sudah sangat kritis.

Zeva menangis dengan keras sembari bersandar pada dinding yang dingin itu. Dinding yang telah membuka kembali luka masa lalunya.

---

"Dengan keluarganya?" tanya seorang dokter yang keluar dari ruang ICU. Tatapannya mengisyaratkan banyak hal. Zeva menjadi kalut.

"Saya, dok."

"Saya ingin menyampaikan bahwa ..."

"Bahwa?"

"Bahwa pasien tidak berhasil kami selamatkan. Kami turut berduka cita atas meninggalnya keluarga anda. Pasien meninggal pada tanggal 01 Januari 2017," ucap dokter yang berusaha menyelamatkan Ibu pada saat itu.

Dan pada saat itu juga, duniaku runtuh. Pertama kalinya dalam hidup, aku merasa tidak bergairah untuk hidup. Bahkan bernapas saja, rasanya Zeva malas sekali.

---

Kini, di gedung acara pelantikan sudah ramai dengan mahasiswa mahasiswi yang telah menyelesaikan kuliah kedokterannya. Kuliah yang paling lama dan paling sulit. Dan kini, akhirnya mereka berada di pintu kesuksesan mereka. Dimana mereka menyelesaikan pendidikan mereka dengan baik.

Dokter dan Sang Penyair (Completed Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang