'Aku berpikir kalau hanya kamu yang cocok untukku. Hanya kamu yang bisa membuatku merasa aman, bahkan merasa sangat dicintai.'-Sang Penyair
Hari ini adalah hari libur nasional sehingga atasan Zeva berbaik hati dan meliburkan Zeva yang hari ini tidak ada jadwal apa-apa. Ketika Ghifar mendengar hari ini adalah hari libur Zeva, ia langsung menghubungi dan menjadwalkan pertemuan di taman pada pagi ini.
Jadi, di sinilah Zeva pada hari libur ini. Ghifar pun datang tak lama setelah Zeva menginjakkan kaki di taman ini. Ghifar memakai baju putih dibalut vest berwarna cokelat dan celana panjang bahan berwarna cokelat yang sewarna dengan vestnya. Ditangannya terdapat kemeja berwarna coklelat. Entah ini firasat atau hal lain, tetapi Zeva merasa Ghifar memakai pakaian yang terlalu formal apalagi dengan vest yang ia pakai menambah kesan bossy pada dirinya.
"Mas!!" panggil Zeva setelah Ghifar menyadari keberadaan Zeva.
Ghifar pun tersenyum lebar yang seketika menghilangkan aura bossy nya dan diganti dengan aura anak-anak yang bahagia ketika bertemu dengan ibunya. Zeva pun tersenyum membalas. Ia menatap Ghifar penuh cinta lalu memeluk Ghifar ketika Ghifar sampai di depannya.
"Parfumnya enak. Pakai yang mana, Mas?" tanya Zeva sembari memeluk erat Ghifar. Ghifar pun mencium pucuk kepalanya lama sembari memeluk Zeva sampai Zeva sendiri yang melepas pelukannya.
"Hari ini aku mau seharian sama Mas! Boleh, kan?""Sure, honey." Ghifar memagut sebentar bibir Zeva dengan posesif. Lalu mengenggam tangan Zeva dan membawanya berjalan ke jalanan yang sepi.
"Dulu, kata Ibu, kalau ada cewe yang aku suka suatu saat nanti, bawa kesini aja. Ini udah jadi tempat sakral buat aku dan Ibu. Ada bunga peony, bunga kesukaan Ibu di sini. Tapi, aku ga tau bunga kesukaan kamu," tambah Ghifar sembari berjalan pelan dengan Zeva bersandar pada dadanya."Tapi, Mas, berarti ada banyak orang, ya, yang udah tahu tempat ini?"
"Enggak, karena hanya kamu yang aku bawa ke sini," jawab Ghifar lalu tersenyum manis pada Zeva yang berada di dadanya.
"Apa alasannya?"
"Yang pertama aku mencintai kamu, dan yang terpenting hanya kamu yang aku rasa cocok untuk dibawa kesini," ucap Ghifar lalu berhenti di depan danau yang disekelilingnya ditumbuhi pepohonan yang rindang. Di depan mereka terdapat kursi kayu seperti batang pohon yang sengaja di bangun oleh dirinya ketika sang Ibu masih hidup.
"Duduk di sini dulu. Aku pengen ambilin bunga peony kesukaan Ibu. Nikmati saja angin danau ini," timpalnya lagi.Ghifar pun berlari ke arah atas lalu mengambil apa yang sudah ia siapkan sebelumnya. Ghifar pun tersenyum saat membayangkannya lalu kembali ke bawah dengan Zeva yang anteng memandangi danau di depannya.
"Zeva Cavamar Reykal," panggil Ghifar lembut membuat Zeva langsung menoleh dengan menampakkan muka terkejut setelah tahu apa yang dibawakan oleh Ghifarr.
"Loh, Mas?" heran Zeva.
Ghifar pun langsung berlutut sebelah kaki sembari mengulurkan tangannya yang berisi sebuket penuh bunga peony berwarna putih. Zeva yang terkejut hanya bisa diam duduk di tempatnya.
"Eum.. sebenarnya aku bingung mau bicara apa, tapi pertama-tama, aku mau berterimakasih sebanyak-banyaknya karena udah mau nemenin aku selama ini. Pasti bukan hal yang mudah dengan kepribadianku. Tapi, aku berterimakasih karena kamu udah mau menerima aku dengan sepenuh hati kamu. Lalu, aku juga mau minta maaf atas ketidaknyamanan yang aku timbulkan, kemudian aku juga mau bilang, aku cinta sama kamu, dan aku mau kita terus saling mencintai sampai maut memisahkan. Seperti yang kamu rasakan, kita udah melewati suka duka bersama dan beberapa bulan kebelakang ini aku mempertimbangkan secara matang bahwa aku ingin memilih kamu sebagai pasangan sejatiku. Tolong menikahlah denganku, aku mencintaimu dan begitupun seterusnya. Aku rasa dengan sekarang, aku sudah bisa menafkahimu dan aku mau membuatmu bahagia dengan kamu disisiku," ucapnya lalu mengeluarkan sebuah kotak ditangannya yang lain dan membukanya lalu tampaklah dua buah cincin yang berbeda namun satu model.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter dan Sang Penyair (Completed Story)
Romance"Kata seseorang kalau orang yang memang ditakdirkan untuk bersatu maka bagaimanapun caranya pasti akan ada waktu untuk kita saling mengenal, saling jatuh cinta, saling benci, dan saling sayang. Awalnya aku tidak mengira bahwa kamulah yang menjadi al...