'Hari libur gini enaknya emang camping ga sih? Apalagi kalau campingnya sama kamu.' -Sang Penyair
Pagi-pagi sekali, Ghifar sudah spam telepon kepada Zeva yang sedang menonton serial tv favoritnya. Karena sudah memasuki masa-masa puasa, Ghifar dan Zeva pun tidak bisa melakukan hal-hal yang berat, tetapi karena keduanya suka bosan sehingga Ghifar mengidekan untuk camping di pinggir pantai yang sengaja di sewa.
"Napa si, mas?" tanya Zeva kesal karena diganggu terus-menerus.
"Mau camp ga?"
"Tiba-tiba?"
"Udah book, nih," jelas Ghifar
Singkat cerita, Zeva pun akhirnya mengiyakannya lalu siangnya setelah packing baju dan lain macam halnya, Ghifar pun menjemput Zeva lalu mereka berdua menaiki mobil menuju pantai yang telah disewa oleh Ghifar.
"Gila banget, ya. Lagi capek-capeknya puasa, malah mau camping," cetus Zeva menatap Ghifar sinis.
"Lah, daripada bosen di rumah, kan?" ucap Ghifar dengan entengnya.
"Bosen si bosen, ya. Tapi, kan, nanti kalau camp tambah capeek," ujar Zeva
"Gapapa. Nanti gua punya resep paling enak buat dicoba lu,"
"Nanti ga enak lagi."
"Yaudah coba aja dulu." Ghifar berucap sambil menyalakan api unggun untuk menghangatkan mereka nanti sore.
Setelah itu, Ghifar dan Zeva berusaha untuk mendirikan tenda berdua dengan bantuan Ghifar yang memang sudah profesional. Ghifar sudah menekuni dunia mendirikan tenda sejak 15 tahun lamanya. Selama itu juga Ghifar telah mendaki banyak gunung.
Singkat cerita, kini mereka sedang duduk berdua di tenda sambil memandangi laut didepan mereka sembari menunggu pukul 6.
"Mas, ini kita kapan masaknya?" tanya Zeva sambil menatap Ghifar
Sebelum menjawab, Ghifar menatap Zeva balik dengan tangannya yang tiba-tiba menyelubungi jemari Zeva lalu mengusap-usap pelan jemari-jemari lentik itu.
"Kita makan snack dulu, abis itu nanti baru gua masakin, ya. Kita ganjel perut dulu, nanti kalau udah baru gua masak buat kita. Soalnya, gua ga terlalu bisa langsung makan nasi," jelas Ghifar dengan tone rendahnya. Menatap Zeva dengan tatapan yang benar-benar dalam.
"Ko lo tiba-tiba romantis, si, ke gua?"
"Nanti setelah bulan ramadhan gua kasih tau. Nanti juga gua mau ngajak lo ke suatu tempat kesukaan gua."
"Kenapa nanti? Kenapa ga sekarang?"
"Sekarang, kita camping dulu. Soalnya kalau sekarang, gua yakin lo ga kuat," jelas Ghifar sambil membawa tubuh Zeva kedalam pelukannya.
"Jangan pergi, ya. Temenin gua sampe kapanpun itu," ucap Ghifar lagi.
"Siapa juga yang mau pergi, si?"
"Ya pokoknya jangan pergi, lah." Ghifar semakin mengeratkan pelukannya sembari pelipisnya menyandar ke bahu Zeva.
"Lo manja banget, mas," cetus Zeva sambil mengusap surai lembut dan lebat milik Ghifar.
"Dari awal juga gua gini, kok," gumam Ghifar.
"Hah?"
"Enggak. Kita pelukan sebentar, ya. Capek."
20 menit kemudian, napas Ghifar sudah stabil menandakan bahwa Ghifar tertidur pulas di bahu Zeva. Dengan perlahan, Zeva membaringkan Ghifar dengan pelan di bednya. Saat dibaringkan, Ghifar sempat mengigau namun kembali tenang setelah surainya dielus Zeva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter dan Sang Penyair (Completed Story)
Romance"Kata seseorang kalau orang yang memang ditakdirkan untuk bersatu maka bagaimanapun caranya pasti akan ada waktu untuk kita saling mengenal, saling jatuh cinta, saling benci, dan saling sayang. Awalnya aku tidak mengira bahwa kamulah yang menjadi al...