Belum Pulih dari Luka

1 0 0
                                    

'Kata seseorang, kita bisa memaafkan, membenci, mencintai, menyayangi, memaki seseorang dalam hidup. Tapi ketika kita memilih, pilihan itu bagaikan angin yang tidak berarti dan hanya lalu sebagai pilihan basi.'-Sang Penyair

"Dengan saudara Ghifar, Tolong untuk lebih banyak istirahat agar hanya dalam beberapa Minggu sudah pulih. Keadaan anda masih kritis, tolong jangan berbuat yang aneh-aneh. Dimakan makanannya sesuai jadwal. Jangan dikasih ke sahabat anda, dan jangan mempercepat tetesan infusan. Tekan tombol disamping tempat tidur untuk meminta tolong barangkali ada hal yang harus ditolong," ujar Zeva menasehati pemuda didepannya ini.

"Lo siapanya gua, ngatur-ngatur?"

"Anda sebagai pasien saya, harus menurut. Saya bertanggung jawab atas pulihnya kondisi anda. Tolong dengarkan ucapan saya, jangan membangkang karena ini semua untuk kebaikan anda," tutur Zeva pelan namun tegas.

"Kalau gua gak mau, lo mau apa?" tantang Ghifar

"Tolong keluar dari rumah sakit ini dan urusi hidup anda sendiri."

"Gua kan tanggung jawab lo. Kok jadi orang ga bertanggung jawab amat sih?"

"Kalau anda ga mau jadi bagian pasien rumah sakit ini bilang saja, biar saya urus surat pindahnya," sinis Zeva namun masih terdengar kalem.

"Dan gua ga mau pindah rumah sakit."

"Yaudah kalau ga mau pindah, tolong jangan mempersulit pekerjaan para dokter disini. Kami banyak pekerjaannya dan bukan hanya untuk mengurusi satu pasien saja," ucap Zeva kesal.

"Lo bakal gua bayar lebih kalau cuma fokus untuk gua," ucap Ghifar

"Masih waras, kan? Sudah, ya. Jangan lupa dimakan makanannya. Saya pamit," Zeva pun melengos dari situ dengan perasaan dongkol.

"Benar-benar tuh orang," kesal Zeva berjalan menuju ruangan pasien lain.

---

Disaat senggangnya, salah satu rekan kerjanya membuka ruang kerjanya.

"Kenapa?" tanya Zeva yang sedang makan bekalnya.

"Itu si Ghifar ngancam gua, katanya kalau lo ga jadi dokter nya gaji gw bakal diturunin. Kaya punya kekuasaan, aja."

"Dan semua dokter juga diancam begitu sama dia?"

"Iya," jawab salah satu rekannya itu.

"Yaudah. Gua bakal izin dulu ke atasan berarti. Ngerjain gua aja, dah,"

"Yaudah. Good luck dan makasih ya,"

"Inget gua ngelakuin ini cuma karena balas budi gua ke lo, ya! Awas aja."

"Santai."

Dan Zeva terpaksa mengajukan surat untuk menjadi dokter pribadi Ghifar, dan hanya sedikit yang ia urusi. Yang benar saja, Zeva jadi harus lembur gara-gara Ghifar. Awas saja kalau ia kembali membangkang.

---

"Bro, btw malam itu kenapa lo jadi balapan? Bukannya lo udah nolak gua yah?"

"Gua ga mau ke acara rapat tahunan. Om gua ngajak. Gua ga mau," jelas Ghifar

"Owh, gua kira bokap lo udah nyampe,"

"Dia masih lama pulangnya."

"Baguslah," jawab Javar lalu mengupas jeruk untuk Ghifar yang ingin makan jeruk.

Dokter dan Sang Penyair (Completed Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang