You Doing A Great Job!

3 0 0
                                    

'Kita lebih banyak belajar dari kesalahan daripada keberhasilan. Kamu mempelajari tentang bagaimana kembali berjalan.'-Sang Penyair

Setelah membawa Zeva ke ruangannya, Ghifar langsung mengunci pintu, dan membantu Zeva untuk duduk di sofanya. Ghifar menghela napas tidak mengerti, lalu memeluk Zeva dengan erat membiarkan Zeva menumpahkan emosinya dalam pelukannya.

"Mas, aku bener-bener bodoh .. aku ga bisa jadi dokter yang berbakat," ujar Zeva dengan tangisan yang memilukan hati. Ghifar hanya bisa menenangkan Zeva dengan mengusap punggung Zeva yang kecil.

"Kenapa ngomong gitu? You're talented. Pacar aku keren, dan akan selalu keren. Pasti capek, kan? You doing a great job today!!!" sahut Ghifar sembari menenangkan Zeva.

"GUA BARU AJA NGEBUNUH SATU ORANG!!!!! TAPI LO BILANG GUA MELAKUKAN YANG TERBAIK!!? JANGAN BOHONG! GUA MUAK!!" teriak Zeva sambil melampiaskan emosinya pada Ghifar

Zeva benar-benar merasa gagal menjadi dokter yang tugasnya untuk menyelamatkan orang. Zeva benar-benar terpukul dengan kegagalan operasi yang membuat pasiennya meninggal. Ghifar yang biasanya melihat sisi ceria Zeva benar-benar merasa tidak paham dengan sisi Zeva yang ini.

"Hey, tetap aja kamu sudah melakukan yang terbaik bagi pasien itu di operasi tersebut. Setiap orang pasti pernah ngelakuin kesalahan. It's okay. Kita selalu belajar dari kesalahan, dan bukan dari keberhasilan, kan? Ayo kita ikhlasin. Memang berat, tapi aku tahu pacar aku lebih dari bisa. Ada aku disini. Jangan takut. Aku akan ada disamping kamu," ucap Ghifar menenangkan Zeva

"Mas! Orang kaya aku itu ga pantas dimaafkan. Keluarga mereka mengharapkan yang terbaik, tapi aku ngebunuh mereka!! Kamu kira aku ga merasa bersalah? Aku sangat-sangat terpukul dengan kegagalanku ini. Rekanku juga kecewa berat. Tapi kami tahu, kami sudah melakukan yang kami bisa."

"Lantas, kenapa kamu masih aja nyalahin diri kamu sendiri? Kamu sendiri yang bilang, kalau kamu udah ngelakuin yang terbaik bagi pasien itu. Ayo bangkit. Aku disini," tutur Ghifar

"Capek. Biarin aku di titik ini lebih dulu. Aku akan bangkit setelah merasa baikan." Zeva melepas pelukan Ghifar dan menidurkan dirinya di paha Ghifar.

Ghifar menyingkirkan beberapa helai anak rambut yang menempel pada wajah rupawan kekasihnya. Ghifar tersenyum menenangkan kearah Zeva yang menatapnya dari bawah. Wajah Ghifar menjadi berkali-kali terlihat lebih tampan. Wajah Ghifar merupakan salah satu bagian terfavorit dari yang Ghifar punya. Entah kenapa, setiap ia menatap wajah Ghifar, ia dibuat tenang oleh raut tegasnya yang menawan, garis rahang yang terbentuk sempurna tanpa ada lemak. Netra segelap batu pualam pun menjadi alasan ia merasa tenang setiap bersamanya.

Tangan Zeva terulur untuk menyentuh garis rahang Ghifar yang membuat Ghifar menjadi tampak lebih menawan. Ghifar menegang sekejap lalu tersenyum hangat ke orang yang membuatnya merasa jatuh cinta berkali-kali saat menatap netra coklatnya.

"Kenapa, sayang?" tanya Ghifar lembut.

"Gak apa-apa. Cuma pengen nyentuh salah satu bagian yang membuat pacarku ini tampak menarik dan menawan."

Ghifar mengiyakannya saja tanpa mempermasalahkan hal tersebut.

"Eh sayang, kamu pernah ga liat aku pake softlens?" tanya Zeva setelah berpikir lama.

"Enggak, kalaupun iya, memangnya kenapa? Tapi sebaiknya jangan. Ga sehat juga. Aku ga mau kamu kenapa-napa."

Zeva membentuk bulatan di bibirnya menandakan ia paham. Ghifar terkekeh melihatnya. Begitu lucu sampai-sampai Ghifar berani mencium bibir Zeva dengan cepat lalu tertawa kencang setelahnya.

"Mas, aku mau bicarain yang tadi."

"Yang mana, tuh?" tanya Ghifar menanggapi.

"Operasi."

Dokter dan Sang Penyair (Completed Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang