[07] Kalah telak

29 19 6
                                    

Halo koyaa..

Kali ini up nya cuman jeda 2 hari

Karena mau ujian jugaa

Happy reading gusii

[BAB 7]

"Kemarin cowo yang sama lo di halaman belakang rumah siapa? Engga biasanya lo bawa cowo."
Tanya Keja.

Di halaman belakang rumah Grace, terdapat halaman dengan meja dan kursinya yang terlihat langsung ke arah pagar. Itu mengapa Keja bisa melihat ada cowo yang duduk.

Seketika Anna dan Felcy pun ikut melirik ke arah Grace.

Namun seperti yang di harapkan, Anna sama sekali tidak terkejut mendengar hal itu.

"Ih, Grace kita sudah berani ya ges ya, PJ NYA JANGAN LUPA RES."
Sahut Keja.

"Apaan si lo pada, gue belum pacaran bego. Itu teman sekelas gue."

"Teman apa temen?" Celetuk Felcy.
Tawa mereka ber tiga pun seketika pecah.

Grace hanya sedikit tersenyum sambil mengingat roti yang sedang dikonsumsinya itu.

Pada saat Grace melirik Anna tipis, dia mendapatkan Anna senyum aneh ke arahnya seolah mengatakan
"Kamu akan mati."

♡_♡

Anna mulai memasuki lorong sekolahnya, dan ya.

Dia masi mendapatkan tatapan menjijikan dari murid yang disana karena perihal kemarin.

Anna sedang dituduh habis-habisan karena perilaku Ziva.

Flashback on:

"Lo pikir lo bisa ngehancurin gue?"

"Kenapa engga na? Sebentar lagi lo hancur kok. Kita tunggu dua menit ya na."

Pada saat Anna ingin berkata lagi, seketika tangannya ditarik oleh Ziva untuk memegang dirinya dan menariknya ke arah belakang.

Ziva pun mendorongkan dirinya ke arah belakang dan terjantuh dari lantai dua. Anna diam seperti batu pada saat Ziva melakukan itu karena gerakannya yang spontan.

Dia sudah dipastikan kalah telak kali ini. Ziva memenangkan permainan.

Ziva langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat dan Anna juga ikut ke rumah sakit.

Pada saat Ziva siuman, Anna dan kedua orang tuanya diperbolehkan masuk beserta kepala sekolah.

Anna hanya disuruh minta maaf atas kejadian tersebut. Dengan nada yang terpaksa Anna berkata karena ada kepala sekolahnya saat ini.

Anna berjalan mendekat ke arah Ziva, dan Ziva yang sedang menampilkan wajah munafiknya.

"Maafin gue ya Ziva, gue janji ga bakal ngulangin hal ini." Namun Anna dengan perlahan makin mendekat dan membisikan sesuatu

"Karena sebentar lagi lo bakal beneran mati di tangan gue." Anna menarik simpul senyumnya.

"Aku mau Anna berlutut." Teriak Ziva selanjutnya namun tidak ada yang menyahut perkataanya.

"MA.. PA.. ANNA HARUS BERLUTUT SEKARA-

Namun perkataan itu dipotong dengan gerakan kedua orang tua Anna yang langsung memberikan amplop yang berisi uang tentunya.

Orang tua Ziva dengan senang hati menerimanya dan membiarkan Anna bicara dengan Ziva hanya berdua di ruangan itu.

Ziva seketika membeku di ruangan itu.

AFGK UNIVERSE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang