03. betrayal

2.2K 147 48
                                    

⚠️18+⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️18+⚠️

Pukul 7 malam, Jeno belum juga pulang karena ada interview mendadak. Jeevan yang sedang belajar mengusap perutnya sesekali, perutnya yang berbunyi membuatnya makin tidak fokus belajar.

Ia melangkahkan kakinya menuju kamar utama, kamar kedua orangtuanya. Disana ada Karina yang sedang memakai masker wajah seraya memainkan ponselnya.

"Maaaaa, Jeevan pengen makan nasi goreng kimchi buatan mama" Lirih Jeevan seraya menggoyangkan kaki mamanya pelan.

"Mmm???" Karina menaikkan kedua alisnya karena ia menggunakan masker wajah membuatnya tak bisa leluasa berbicara.

Jeevan menghela nafas "Jeev laper ma, di dapur gak ada makanan... Cuma roti aja, sama gimbab sisa tadi pagi"

"Delivery order aja ya, mama males nyalain kompor Jeev..." Ujar Karina dengan lirih karena masker wajahnya.

"Kalo gitu Jeev pesen sendiri aja, Jeevan juga punya uang" Sahut Jeevan seraya berbalik badan dan melenggang pergi dari kamar orang tuanya.

"Kalo gitu pesenin mama juga sekalian ya Jeev, uangnya nanti mama ganti nak" Ujar Karina dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya.

Jeevan dibuat kecewa lagi oleh mamanya, namun ini sudah biasa. Satu tahun lebih mamanya berubah drastis seperti ini, ia yang biasanya selalu berbagi cerita sepulang sekolah sekarang tak pernah lagi. Bukannya ia tak mau, namun Karina lah yang tak mau mendengarkan ceritanya. Apakah ini juga yang dirasakan papanya?

Melihat papanya yang sering dibentak dan tak lagi dihargai, Jeevan tentu saja makin muak melihat mamanya. Tapi tak bisa dipungkiri juga bahwa ia benar-benar menginginkan keluarganya kembali seperti beberapa tahun yang lalu, dimana keluarganya damai, penuh dengan canda tawa, penuh cinta, dan perhatian. Jeevan merindukan keluarganya.

Lewat pukul 9 malam, sang kepala keluarga baru saja pulang. Ia menenteng dua box pizza kesukaan Jeevan dan Karina. Senyumnya merekah saat melihat putra semata wayangnya menyambutnya, dia berlari ke pelukan Jeno membuat sang empunya tersentuh. Biasanya Jeevan pasti berlari hanya untuk sesuatu yang ia bawa pulang, bukan memeluknya apalagi Jeevan adalah tipe anak yang memiliki gengsi tinggi sepertinya.

"Kenapa Jeev?" Tanya Jeno seraya mengusap lembut pucuk kepala putranya.

"Jeevan kangen pa" Jeno tersenyum kecil seraya membalas pelukan Jeevan dengan hangat "Mama kamu mana?" Tanyanya saat Jeevan melepas pelukannya.

"Mama udah tidur dari tadi" Jawab Jeevan yang menundukkan pandangannya.

Jeno mengernyitkan keningnya dan langsung menarik dagu Jeevan agar menatapnya "Kamu kenapa?" Tanyanya saat mengetahui bahwa mata putranya sembab.

"Gapapa, Jeevan tadi nangis dikit soalnya gak bisa bisa mecahin soal matematika" Jeno tertawa kecil seraya mengusap kasar rambut Jeevan, ia percaya pada apa yang dikatakan putranya karena dia benar-benar mirip dengannya, sama sama menyelesaikan emosinya dengan tangisan.

Reciprocal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang