12. Blank stare

2.3K 137 42
                                        

Selamat tinggal sosok penuh cinta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat tinggal sosok penuh cinta



Cahaya matahari pagi menembus masuk ke dalam kamar Minjeong, ia bergerak gusar, menggeliat, lalu duduk seraya membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa pening, ia pun menapakkan kakinya dan berjalan keluar dari kamar menuju dapur untuk mengambil segelas air putih.

Tatapan menusuk dari Jaemin yang tengah duduk di meja makan membuatnya tak nyaman, tak hanya suaminya yang menatapnya dengan tatapan tajam, para asisten rumah tangga pun melakukan hal yang sama padanya, namun ia terus melangkahkan kakinya ke arah dispenser air dengan sedikit sempoyongan dan berusaha mengabaikan suasana mencekam itu. Makin hari ia makin merasa seperti orang asing di rumah ini.

Ia meneguknya dengan cepat, namun kepalanya makin sakit saat ia berusaha mengingat kejadian semalam. Minjeong benar-benar tak ingat jelas bagaimana ia bisa sampai dirumahnya, dan jika dilihat dari sikap Jaemin hari ini, sepertinya ia melakukan kesalahan.

"Kenapa? Gak inget semalem?"

Jaemin tau betul jika istrinya itu payah dalam hal minum.

"Sengaja ya? Boleh kok kalo emang mau ketemu Jeno, dirumah aja gak perlu keluar malem malem di saat semua udah tidur... Ngapain ngumpet ngumpet segala"

Diam, Minjeong hanya perlu diam kan? Jika ia menjawab yang sejujurnya pun Jaemin tak akan percaya dan lebih mendahulukan egonya. Lagi lagi ego adalah musuh terbesar manusia, dan itu hal yang lumrah, ia bisa memakluminya.

"Shhh"

Minjeong mendesis seraya memegangi pergelangan tangannya yang ditarik Jaemin dengan kasar. Pria itu membawanya masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu itu dengan rapat, lalu membanting tubuh Minjeong di atas ranjang. Menangis? Tidak, Minjeong benar-benar tak ingin menumpahkan air matanya hanya karena perlakuan kasar pria dihadapannya.

"Minjeongaa, sampe kapan?!" Nada bicaranya naik beberapa oktaf "SAMPE KAPAN MAU KAYA GINI?! HAMPIR ENAM BULAN KAMU KAYA GINI! KAMU MAU DIEM AJA? APA YANG HARUS AKU LAKUIN BIAR KAMU MAU NGOMONG SAMA AKU?!"

Jaemin menghela nafasnya, frustasi? Tentu, ia sangat sangat frustasi dan baru bisa menumpahkan semuanya sekarang.

"Aku tau aku salah, seenggaknya bilang sesuatu, bahkan pukul aku asal kamu mau ngomong beberapa kata ke aku..."

Nada bicaranya sekarang cukup stabil namun terdengar begitu putus asa, bola mata dan bibirnya pun bergetar menahan tangisnya. Jaemin tau jika perselingkuhan bukanlah hal yang bisa dinormalisasi, namun bisakah ia mendapatkan kesempatan kedua? Ia janji bahkan nyawanya pun bisa menjadi jaminan bila perlu, ia tak pernah benar-benar berpaling dari Minjeong sedikitpun dan tak akan pernah.

"Please..." Lirihnya.

Ia memejamkan mata saat air matanya tak lagi bisa ia bendung, ia akui bahwa ia sangat lemah pada apapun tentang Minjeong. Wanita yang selalu mengingatkannya pada sang ibunda, wajahnya memang tak serupa namun hati mereka sama.

Reciprocal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang