Chapter 25: Taman Wisteria

188 18 5
                                    

Giyuu tidak bohong ketika Taman Wisteria dekat komplek perumahan Taman Asri Blok H itu bagus, karena emang beneran bagus. Sasuke berjalan di depan, sementara Sakura mengikuti di belakang dengan sekantung es buah di tangan. 

Taman Wisteria sore itu sepi. Hangat matahari sore terhalang pohon rimbun. Dua remaja itu menyibak bunga wisteria lalu duduk di dua ayunan di sana, bersebelahan.

"Nih," 

Sasuke meraih es buah yang diberikan Sakura. Sementara gadis itu membuka satu es buah miliknya.

"Cuma lo yang tau gue suka es buah," ujar Sakura sambil membuka tutup plastik.

"Emang iya?" Sasuke menaikkan satu alis, Sakura mengangguk tanpa menoleh. Cowok itu diam beberapa saat. "Ada yang mau lo omongin duluan, ga?"

"Hm?" Sakura menoleh sambil mengunyah. "Kan lo bilang lo yang mau ngomong,"

"Tau." Sasuke menghela napas. "Gue lebih pengen ngomong sama lo sebenernya, ga ada topik khusus. Tiap gue minta maaf, lo selalu maafin gue. Tapi gue sadar, lo gak pernah benar-benar tau jawabannya, Ra."

Sakura diam. Ia memandangi pantulan dirinya dari kuah es buahnya itu. Cewek itu termenung cukup lama.

"Lo ikut olim dari kelas 10 kan," kata Sakura, masih memandangi es buahnya.

"Iya."

"Gue bersyukur waktu awal masuk kelas 11 gue tau ternyata temen sekelas kita orangnya baik, klop juga. Semuanya mau ngeladenin bawel gue. Soalnya dulu waktu kelas 10 gue dianggep annoying. Tapi lo..." Sakura mengulum bibir. "Lo yang paling pas buat ngadepin bawel gue. Jokes receh gue. Padahal gue kira lo bakal kayak Shino."

Sasuke diam, menatap Sakura bergeming.

"Jujur aja waktu lo mulai aktif ikut olim lagi, mulai sering ninggalin kelas, mulai jarang ikut nongkrong, gue kayak..."

"Kehilangan?" Sasuke menaikkan satu alis.

"Iya." Sakura meneguk ludah. "Makanya gue selalu sempetin lewat perpus kalo ke kafetaria, cuma buat ngeliat lo. Gue juga tetep bawelin elu, gangguin elu tiap lu di kelas atau lagi nongrkong."

Sakura kembali diam, menatap es buahnya. Sasuke tidak bersuara, ia membiarkan Sakura mengambil waktu.

"Am i... bothering you?"

Sasuke seketika mengangkat dua alisnya. "Hm? Enggak, nggak sama sekali."'

Mendengar jawaban itu, Sakura masih diam. Betah menunduk. Sasuke pun mengehala napas dan mengalihkan pandangan ke arah pohon wisteria di depan mereka.

"Ya... waktu itu gue pikir lo agak annoying sih, Ra. Jujur. Tapi gue rasa labil juga. Karena kalo lo gak lewat perpus dan gangguin gue, kayak ada sesuatu yang kurang. Ya... lebih tepatnya sih, gue jadi kayak nunggu gitu." Sasuke mendengus. "Tapi waktu itu gue denial. Gue juga sadar waktu itu gue harus fokus sama lomba yang di depan mata. Dan gue ga pengen ngacauin itu."

Seperti sudah tidak minat dengan minumannya, Sakura kembali hanya menatap es buah di tangannya.

"Gue juga denger kok dari Hinata. Katanya ada temen sekelas Hanabi yang ngatain lo caper gara-gara lo gitu." Sasuke meneguk ludah. "Gue ga bela lo waktu itu. Maaf,"

"Terus... waktu lo berantem sama Kak Deidara waktu itu, kenapa gue ikut kena imbasnya?"

Sasuke tertegun, tak menyangka pertanyaan itu akan keluar. Cowok itu sudah menduga Sakura akan menanyakannya, namun entah angin mana tiba-tiba lidan Sasuke kelu.

"Olim yang lagi gue siapin waktu itu tuh ada rewardnya jadi awardee schoolarship ke luar negeri, Ra. Gue udah bilang ke keluarga gue, dan gue sangat di-support. Jadi gue udah persiapan lama banget," Sasuke menghela napas. "Cuma ya... gitu."

"Lo... marah sama semua orang?"

"Enggak kok," Sasuke mendengus pendek, lalu menyuapkan es buah ke mulutnya, supaya lebih santai. "Gue marah ke diri gue sendiri. Gue bahkan ga marah ke Shikamaru ketika dia gantiin gue. Gue cuma... bingung aja waktu itu."

"Bingung kenapa?"

"Gue udah chat lo dari malemya kan, gue emang lagi sakit. Tapi waktu itu gue mikirnya classmeet waktu itu kan cuma buat seru-seruan, dan gue mau minta ganti juga ga enak soalnya gue telat bilangnya. Jadi gue tetep putusin buat main. Sampe akhirnya jadi gitu,"

Sakura menoleh ketika Sasuke tak melanjutkan ucapannya. Cewek itu menatap Sasuke beberapa saat, sampai ia menyadari bahwa ada yang berbeda. Sorot mata Sasuke. Walau cowok itu sudah berusaha untuk bertingkah normal, tapi Sakura masih dapat melihat luka itu.

Sakura sadar, topik ini memang menyakitkan untuk Sasuke. Cewek itu kembali menatap es buahnya, lalu lanjut makan.

"Lo ga mau ketemu siapa pun waktu itu. Tapi Karin ada di rumah lo,"

"Hah?" Sasuke yang tadinya mau menyuapkan semangka ke mulutnya seketika berhenti. Dahinya berkerut, kembali mengingat-ingat hari itu. "Ohhh, enggak. Circle SMP gue dateng, Suigetsu, Taka, sama Karin. Cuma kayaknya waktu itu abang gue ngechat mereka kalo gue belum makan sama sekali. Ya karena gue ga napsu aja sih. Jadi akhirnya Taka sama Suigetsu keluar beli makan. Karin di sana buat jagain gue biar gue ga ngelakuin hal tolol aja,"

Sasuke menyuapkan semangka ke mulutnya, akhirnya. Kemudian ia menatap tanah dengan pandangan kosong. Sasuke tersenyum tipis.

"Gue bisa jadi cowok paling sarkas di tongkrongan SMA. Tapi di depan temen-temen SMP gue, gue cuma bocah, Ra."




***

Hannah berpikir keras ketika mendengar suara gerbang rumahnya terbuka. Disusul dengan suara akrab ibunya yang basa-basi dengan orang itu.

Siapa? Sakura? Nggak mungkin, cewek itu jadi ambis setelah patah hati. Lagian ia sedang menyiapkan lomba. Inosuke? Ibunya tidak akan terdengar seakrab itu dengan pacarnya. Terus siapa dong? Tetangga?

Tapi kok Hannah mendengar suara derap langkah orang yang naik ke kamarnya?

"Ini gue buka apa gue tendang, nih?"

Hannah seketika melonjak turun dari kasurnya. Suara itu, suara yang familiar baginya. Suara Sakura.

"Anjir???" Hannah membelalak kaget membuka pintu kamarnya. "Lo masih inget temen ternyata?"

"Sasuke confess ke gue, Na."




a/n:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

a/n:

KANGEN BENER NULIS OC SENDIRI

Galileo | Sasusaku✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang