Pagi itu heboh. Jelas.
Banyak pasang mata yang mengintip lapangan basket dari jendela kelas. Begitu Sakura sampai di koridor, Ino langsung beranjak dari kursi dan menarik Sakura ke bangkunya.
"He bagemana lu ceritanya bisa sama Pak Ketos ha!?" tanya Ino heboh sambil memegangi pundak Sakura dan mengguncangkannya. "Lo gak liat degemnya Naruto sampe mupeng gitu? Mau lewat aja gak berani! Sadar woi sadar!!!"
"Ck, apa sih No," kata Sakura ketus sambil menepis Ino tak minat. "Gue sama Naruto emang udah janjian buat berangkat bareng waktu olim. Gak usah lebay ah,"
Ino mendengus pendek, kemudian duduk di kursinya yang bersebelahan dengan Sakura. Gadis itu menghela nafas panjang sambil memadangi sahabatnya itu. Perlu diakui, sejak kejadian itu, Sakura berubah. Bukan lagi Sakura yang heboh, yang Ino kenal selama ini.
"Lo beneran udah nyerah?"
"Apa?"
"Nyerah buat perjuangin Sasuke,"
"Kalau pun gue berjuang buat apa?" kata Sakura menoleh dengan tatapan tajam. "Gue sampe benci diri gue sendiri karena gue udah sebego itu cuma karena cowok, No."
Ino merapatkan bibir, lalu menghela nafas dengan sendirinya. Sebagai teman dekat Sakura, Ino tahu sendiri betapa besar dampak dari kejadian di hari itu sehingga membuat Sakura benar-benar berubah.
Bahkan sekolah sempat gempar karena Sakura menduduki slot kosong olimpiade. Lagi pula dari awal prestasi cewek itu hanya masuk rata-rata Konoha Highschool. Jelas mereka kaget.
"Tapi Ra, coba buka mata lo deh," kata Ino pelan. "Sasuke mulai noleh kok waktu lo ikut olim, tadi juga dia berhentiin lo di lapangan. Kalo lo gak sadar semua itu, lo keterlaluan, Ra."
"Terus menurut lo Sasuke juga gak keterlaluan?" tanya Sakura balik. Cewek itu menoleh sambil meletakkan dua buku tulis di meja. "Berbulan-bulan gue nahan semuanya, No. Semua kata-kata tajemnya. Lo temen gue, gue yakin lo tau betapa gue gak sekuat yang orang lain pikir."
Ino kembali menghela nafasnya. Suasana kelas yang tadinya rusuh seketika jadi diam begitu Mr Kakashi masuk. Dua cewek itu pun segera duduk dengan rapi di meja masing-masing yang diperuntukan satu orang tiap meja.
Sekilas tidak ada yang spesial. Hingga akhirnya Sakura membisikan sesuatu yang membuat Ino membelalak seketika.
"Seminggu lalu..................... Naruto nembak gue,"
***
Jam pulang sekolah, Warung Burjo Danzo atau yang lebih sering dikenal tongkrongan WBD itu dipadati oleh beberapa anak KHS.
Shikamaru, Choji, Neji, Tenten, Rock Lee, Kiba, Shino, Hinata, dan Sasuke terdiam di tempat begitu Ino memberi tahu soal kejadian seminggu lalu di hotel olimpiade. Sepuluh remaja itu benar-benar terkejut dengan apa yang mereka dengar.
Oke, semua orang memang tahu Naruto menyukai Sakura sejak kelas 10. Tapi tidak ada yang mengira kalau cowok itu akan menembak Sakura. Apalagi semua tahu sebesar apa perasaaan Sakura pada Sasuke.
"Ini serius? Lo gak lagi nyiapin hidden cam buat ngeprank kita kan, No?" tanya Tenten buka suara akhirnya.
Ino menggeleng pelan. Dan sikap tenang cewek itu justru membuat suasana semakin suram. Semua melirik pada Sasuke, si terduga tersangka dari semua kejadian ini.
"Apa?" tanya cowok itu santai.
"Ck, lo ngomong apa sih sama Sakura?" tanya Shikamaru gemas.
"Tau nih!" sahut Choji tak terima. "Kita semua tau mulut lo emang pedes. Tapi apa dengan lo jadi most wanted sekolah bikin lo merasa pantas ngomong sekasar itu sama Sakura? Bahkan lo ngomong nyelekit ke cewek itu hampir setiap hari! Lo kira Sakura gak punya hati? Udah diperjuangin gak tau diri banget." cerocosnya panjang lebar.
Sasuke yang mendapat tatapan tajam dari para anak kelasnya itu hanya mengehela nafas. Tanpa perlu diceramahi pun, Sasuke sudah sadar sejak 2 bulan terakhir. Cowok itu ingin minta maaf sejak Sakura tak lagi menempel padanya. Tapi ya, gengsi cowok itu terlalu tinggi.
"Dengerin katanya Choji, Sas. Saskura itu cewek. Butuh keberanian lebih buat ngungkapin perasaan. Apalagi Sakura itu anaknya lantang. Aku harap sampe sini kamu paham."
Semua menoleh begitu Hinata membuka mulut. Iya, si cewek kalem itu ikut berkomentar kali ini. Tak lama setelahnya, Hinata bangkit dan segera meninggalkan WBD.
"Ta! Tungguin bentar, Ta!" Neji segera bangkit dan menyusul Hinata. Tapi sebelum beranjak, Neji menatap tajam pada Sasuke. "Dasar bego," ujarnya sebelum pergi.
Kiba menghela nafasnya berat. Melihat dua temannya yang sudah meninggalkan tongkrongan, cowok itu pun segera mengambil kunci motornya di meja dan beranjak pergi bersama dengan Shino. "Payah lo, Sas." ucap cowok itu sebelum pergi.
Tenten dan yang lain pun ikut menghela nafas. Mereka tadinya yang melipat tangan di depan dada seolah menghakimi Sasuke itu perlahan terlepas. Mereka semua akhirnya pergi meninggalkan Sasuke di WBD sendirian.
Iya, semua kecewa pada cowok itu.
Sakura itu mood boosternya kelas, si anak PMR yang riang itu selalu maju pertama kalau ada yang terluka. Walau kadang galak, Sakura itu jadi pawang kalau kegilaan anak-anak di kelas mulai tak terkontrol. Pokoknya Sakura itu anak kesayangan semua orang di kelas.
Dan Sasuke telah mengecewakannya.
Cowok itu menghela nafas panjang dan segera merogoh saku celananya. Ia membuka sebuah aplikasi dan menghubungi seseorang.
Sasuke: Kak Robin
Sasuke: Gw btuh bntuan lo skrg
ps: udah rame aja viewsnya edan
KAMU SEDANG MEMBACA
Galileo | Sasusaku✔️
Fanfic[SERIES KE-3 OLIMPIADERS] Galau update status? Galau balas dendam di olimpiade, lah! Imbas sakit hati, Sakura Haruno memutuskan untuk menyibukkan diri dengan mengikuti berbagai macam olimpiade, baik yang kecil sampai tingkat nasional. Semua berjalan...