Prolog

685 61 23
                                    

Hai hai ...
Jumpa lagi kita 🤭
Nih, aku kenalin cerita baru dari karyaku sendiri. No plagiat-plagiat ya.
Semua ceritaku ASLI hasil pemikiran dan imajinasiku.
Jika ada kesamaan nama, tokoh, latar, tempat, alur. itu hanya ketidak sengajaan semata.
Bijak2 dalam menilai dan berkomentar ya.
Terima kasih.

Ngomong-ngomong ini kisah Nathael ya.
Masih ingat sama Nathael 'kan?
Teman Bian sama Mario. Kembarannya Nathan.

Yang belum kenal mereka bisa baca kisah mereka lebih dulu di judul (LOVE DESTINY dan BED MATE)

untuk kisah mengenai orang tua si kembar Nathan- Nathael ada di NOVELT°°N. keluarganya kumpul di sana. (Maaf ya sekalian promosi.)

Gak usah lama2 lagi deh ya, yuk langsung aja dibaca ...

Happy Reading!!!

***

“Maaf Agni, maafin aku,”

Menggeleng keras, Agni kemudian menepis tangan Jaiz yang hendak meraihnya. Air mata yang sejak tadi di tahan, jatuh tanpa bisa di cegah lagi. Kecewa. Itu yang Agni rasakan saat ini. Ia benar-benar tidak menyangka, laki-laki yang ada dihadapannya akan menggores luka juga.

Padahal sejak awal ia sudah menegaskan, jika sekadar ingin main-main jangan dengannya. Ia sudah lelah. Sudah terlalu banyak waktu yang ia habiskan sia-sia. Sudah terlalu banyak kecewa yang dirinya dapatkan. Dan sudah terlalu banyak harapan yang ia jatuhkan pada pria di depannya. Pada Jaiz-nya.

Sudah seperti ini, bagaimana Agni bisa melangkah? Bagaimana ia bisa baik-baik saja? Jujur ini terlalu menyakitkan. Fakta yang baru saja dirinya dengar sukses menghancurkan segalanya. Dan Agni kebingungan sekarang.

Dua bulan lagi pernikahannya dengan sang tunangan akan dilangsungkan, tapi Jaiz baru saja mengatakan bahwa dia tidak bisa melanjutkan rencana itu. Jaiz mengaku ada wanita lain yang dicintainya. Sosok teman masa kecilnya yang tiba-tiba datang lagi ke kehidupannya setelah sekian tahun pergi tanpa adanya kabar sama sekali. Perempuan itu mengakui memiliki rasa, dan ternyata Jaiz pun memilikinya juga. Berengseknya Jaiz memilih perempuan itu dibandingkan ia yang adalah tunangannya.

Agni sampai tidak bisa berkata-kata saking kecewanya. Lukanya bahkan tak teraba saking dalamnya.

“Aku berengsek. Aku pengecut. Aku jahat. Maafin aku Agni, maafin aku,” ulangnya. Namun lagi, Agni menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin menerima permintaan maaf itu. Sampai kapan pun Agni tidak sudi memafkannya.

“Kenapa Jay?” menatap terluka sosok dihadapannya, Agni bertanya. “Kenapa kamu lakuin ini sama aku? Kamu gak lupa ‘kan Jay … dua bulan lagi pernikahan kita, Jay. Dua bulan lagi impian kita terwujud. Ah … atau itu cuma impianku aja?”

Mengangguk-anggukan kepalanya, Agni sepertinya percaya dengan opsi kedua. Hanya ia yang menginginkan pernikahan ini. Hanya ia yang memimpikan pernikahan ini. Sementara Jaiz … pria itu tidak menginginkannya. Lebih tepatnya mempelainya.

Sekarang Agni sadar, pantas Jaiz butuh waktu lama untuk memutuskan akan menikahinya. Meksipun pada akhirnya rencana pernikahan itu gagal juga.

Sakit rasanya. Lebih sakit dari luka yang mantan-mantannya terdahulu torehkan.

“Agni—"

“Aku salah apa sih, Jay? Di mana letak kurangnya aku sampai kamu tega giniin aku?”

Jaiz menggeleng cepat-cepat. “Kamu sempurna Agni. Kamu perempuan yang sempurna yang pernah aku miliki. Kamu tunangan yang baik. Pasangan yang menyenangkan. Perempuan yang menakjubkan. Kamu—"

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang