Move On - Bab 6

243 33 9
                                    

Happy Reading!!!

***

Dan seperti yang sudah di rencanakan, hari itu akhirnya datang. Agni sudah cantik dalam balutan kebaya warna baby blue dengan rok batik yang senada dengan kemeja yang Nathael kenakan. Mendadak mereka membeli itu, katanya biar serasi.

Tak bohong, semua orang yang datang memuji mereka demikian, Nabila yang semasa SMA sempat naksir Nathael bahkan sampai menunjukkan kecemburuannya. Dan jujur saja Agni sempat merasa tak enak hati.

Beberapa hari lalu, Agni memberi tahu kedua sahabatnya mengenai pernikahannya yang batal dengan Jaiz. Nabila dan Latisha terlihat emosi sekaligus iba, namun berubah terkejut ketika kemudian Agni mengundang keduanya untuk turut menyambut kedatangan Nathael dan keluarganya. Agni tak lupa bagaimana raut terkejut Nabila saat itu. Nabila bahkan sampai berkali-kali memastikan bahwa pendengarannya tidak salah, dan Nathael yang di maksud adalah sosok yang pernah menjadi gebetannya.

Agni, lo kok jahat banget sih, Ni!”

Itu yang Nabila katakan dengan raut wajah terlukanya yang seakan terkhianati. Beruntung saja Agni tak lupa bahwa Nabila sudah memiliki suami dan juga anak, setidaknya rasa bersalahnya tidak terlalu besar. Ia tidak benar-benar mengkhianati sahabatnya. Nabila saja yang lebay. Lagi pula Agni tahu betul betapa Nabila mencintai suaminya. Meninggalkan suaminya demi Nathael jelas tidak akan pernah Nabila lakukan. Nama Nathael telah lama hilang di hati sahabatnya itu. Jadi benar ‘kan, Agni tidak mengkhianati Nabila? Ini hanya tentang jodoh dan takdir. Kebetulan Nabila bukan yang di takdirkan untuk mendampingi Nathael.

Agni hanya memberi tepukan pelan di pundak sahabatnya satu itu sebagai bentuk prihatin, atau mungkin ejekan? Entahlah yang pasti melihat Nabila gigit jari ketika Nathael memasangkan cincin di jari manisnya, Agni ingin sekali tertawa puas di depan wajah sahabatnya itu.

Wajah cemberut Nabila benar-benar sangat lucu.

Sial saja Agni terlalu enggan menodai kekhidmatan acara lamarannya sendiri. Jadi yang ia lakukan hanya tersenyum anggun saja.

“Sumpah, Ni, lo bikin gue patah hati,” bisik Nabila di belakang telinganya, setelahnya perempuan itu melangkah, menyusul Latisha yang sudah lebih dulu menuju meja panjang tempat berbagai macam hidangan disajikan.

Meksipun acara dibuat sederhana dan hanya dihadiri oleh keluarga serta teman dekat saja, keluarga Agni tetap ingin menjamu calon keluarga barunya dengan layak. Maka dari itu ibu Agni memasak banyak makanan untuk acara malam ini. Taman belakang pun di sulap secantik mungkin dan disediakan kursi-kursi untuk para tamu duduk. Di dalam terlalu sempit, sementara keluarga Nathael begitu banyak, jadilah Agni menyarankan agar mereka menggunakan taman belakang. Ibunya harus mengorbankan beberapa tanamannya di potong, tapi melihat dari binar di matanya, sepertinya kesedihan akibat tanamannya terobati malam ini.

Agni senang melihat ayah dan ibunya bahagia.

“Hey, jangan ngelamun,” tegur Nathael mengejutkan, membuat Agni refleks menoleh dan melayangkan delikan kesalnya. Tapi Nathael malah justru terkekeh, lalu menatap ke depan. Pada orang-orang yang malam ini terlihat bahagia. Tak terkecuali wanita yang masih tersimpan di hatinya.

Mutiara. Kakak iparnya itu tak kalah memesona dari Agni yang malam ini tampil anggun dan membuatnya pangling.

“Udah lama aku gak lihat mereka sebahagia ini,” ucap Nathael membuat Agni yang semula mengikuti tatapan Nathael kembali melirik pria itu. Tidak ada kata yang keluar, Agni masih menunggu Nathael melanjutkan kalimatnya.

“Saat Nathan dan Mutiara menikah, tawa mereka ada. Senyum pun merekah indah, tapi hati mereka tidak sepenuhnya merasa bahagia. Dan itu gara-gara aku,” Nathael tersenyum miris mengisahkan itu. “Sewaktu kita masih SMA kamu pasti tahu kalau aku suka Mutiara,” kali ini Nathael alihkan tatapannya kepada Agni sepenuhnya.

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang