Move On - Bab 5

284 41 12
                                    

Happy Reading!!!

***

Agni tidak berpikir akan di sambut baik oleh keluarga Nathael, karena awalnya Agni mengira bahwa pertemuan ini akan berlangsung menegangkan dengan pertanyaan demi pertanyaan yang akan dirinya dapatkan sebagaimana yang ia alami ketika bertemu dengan orang tua Jaiz satu tahun lalu.

Hari itu ibu Jaiz menatapnya dalam, tidak ada keramahan, meskipun tidak memperlakukannya dengan sinis, namun tetap saja membuat kegugupan dirasakannya sekalipun ia begitu percaya diri.

Berbeda dengan respons yang diberikan keluarga Nathael. Meksipun awalnya mereka hanya diam tapi, begitu Nathael memperkenalkannya, mereka langsung menariknya untuk bergabung, memisahkannya dari Nathael. Dan yang di bahas pun bukan soal apa pekerjaannya, apalagi pekerjaan orang tuanya. Tidak pula dengan gaji per bulannya atau hal-hal pribadi lainnya.

Ibu Nathael malah justru bertanya makanan kesukaannya, sementara ayah pria itu langsung mempromosikan makanan yang terhidang di sana sambil menyebutkan siapa saja yang membuat itu. Dan bersama saudara-saudara Nathael, mereka hanya mengobrol ringan seputar film dan semacamnya, tak lupa bercerita tentang Nathael dari A sampai Z yang tak jarang membuat Agni tertawa karena ternyata, begitu banyak kekonyolan yang calon suaminya itu lakukan sejak kecil hingga sedewasa sekarang.

Tidak seperti Agni yang merasa geli sekaligus lucu dengan fakta yang di dengarnya, Nathael yang menjadi bahan gibahan keluarganya justru mencak-mencak merasa sebal. Namun tidak ada satu pun dari mereka yang peduli. Keluarganya malah semakin semangat membuka aib Nathael, hingga jurus terakhir pria itu keluar, merengek pada ibunya seperti bocah yang sedang di ganggu oleh temannya.

“Nah Agni, begitulah kelakukan calon suami kamu,” Rapa mendengus, menatap sinis putranya yang malah menggelendoti Queen-nya. Istri tercintanya. “Umur doang dia yang tua, tingkahnya masih kaya bayi baru lahir,” lanjut Rapa dengan ejekannya. Raut wajahnya terlihat kesal.

“Ck, sirik bilang,” cibir Nathael.

Wajah Rapa memerah, sementara tatapannya yang semakin tajam tertuju pada putranya. “Gak ada, ya, Papa sirik sama bocah kayak kamu!”

“Ah, masa?” Nathael malah semakin menggoda ayahnya.

“Ya iyalah!” serunya ketus.

“Tapi kok ngegas?” tunjuknya menggunakan dagu, dan ketika sebuah dengusan kembali Rapa loloskan, tawa Nathael sontak berderai.
Saking puasnya Nathael sampai memegang perutnya yang sakit akibat terguncang tawanya sendiri, sampai akhirnya bakso bakar yang baru saja dihidangkan tante Nathael meluncur mengenai lengan pria itu yang sedang memeluk ibunya, hingga refleks pelukannya terlepas akibat panas yang diberikan bakso bakar itu langsung menyentuh kulit tangannya yang tidak terlindung kain pakaian.

“Dasar orang tua resek!”

“Kamu tuh yang resek!" balas Rapa tak ingin kalah.

“Papa!"

Rapa baru hendak membalas saat sebuah panggilan bernada peringatan dilayangkan istrinya. “Kamu dan Nathael itu sama-sama resek. Jadi udah, gak usah saling menuduh,” katanya dengan nada lelah.

“Tahu dih, anak sama bapak sama-sama gak mau ngalah. Dasar keras kepala!” cibir salah satu paman Nathael. Tidak ada yang merespons, baik Nathael mau pun ayahnya malah justru saling mengadu tatap permusuhan.

Agni yang menyaksikan perdebatan antara ayah dan anak itu benar-benar geleng kepala dan menahan kekehannya. Sekarang Agni jadi tahu bahwa ternyata Nathael tidak hanya bersikap menyebalkan pada teman-temannya saja, sebab orang tuanya pun tak lepas dari sikap menyebalkannya itu.

Ini memang pertemuannya yang pertama bersama keluarga Nathael, tapi tidak sulit untuk Agni memahami mereka. Keluarga Nathael adalah keluarga dambaan semua orang. Tak terkecuali dirinya sendiri. Meskipun menjadi bagian dari keluarganya yang sekarang pun Agni tetap merasa beruntung.

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang