Mobe On - Bab 9

248 33 7
                                    

Happy Reading!!!

***

“Lo undang mantan berengsek lo juga gak, Ni?” tanya Nabila sesaat setelah Agni kembali duduk di kursinya sehabis membagikan undangan pada rekan gurunya yang lain.

“Enggak lah, ngapain? Menuh-menuhin tempat aja,” jawab Agni seraya merotasikan bola mata.

“Yakin karena itu? Bukan karena lo patah hati dan takut berandai-andai dia yang nemenin lo di pelaminan?” cibir Nabila dengan menyebalkan, membuat sebuah delikan Agni berikan, dan sisa undangan yang masih berada ditangannya digunakan Agni untuk menimpuk sahabatnya.

“Sekalipun sosoknya belum bisa gue lupa, dan perasaan gue belum hilang untuk dia, tapi gak mungkinlah gue meratapi dia di saat yang berdiri di samping gue nanti jelmaan pangeran berkuda putih,” ujarnya tersenyum manis. “Yang ada juga lo, Bil, awas lo iri sama gue?!” lanjutnya memperingati. Setelahnya Agni tertawa kala mendapati Nabila mencebik.

“Gue udah punya anak dan suami,”

“Iya, makanya lo gak boleh iri sama gue,”

“Tapi Nathael gebetan gue, Ni,” rengeknya. Namun Agni malah justru teratawa.

“Cuma gebetan, Bil, itu pun udah jadi mantan.”

Bukan Agni yang mengatakan, melainkan Latisha yang sejak tadi hanya diam, sibuk mengecek lembar tugas murid-muridnya.

“Tetap aja Nathael pernah jadi yang gue kejar mati-matian,” bantahnya cemberut.

“Terus sekarang lo mau ngejar dia lagi?” kali ini Latisha sudah menolehkan kepalanya, menatap Nabila dengan serius.

“Ya enggak lah! Gila! Ngapain coba?!” bantahnya cepat. “Lagian suami gue terlalu sayang untuk dilepaskan,” tambahnya.

“Kalau begitu ya udah, gak usah bahas-bahas Nathael gebetan lo. Basi. Ingat suami lo, Bil. Niat lo mungkin memang becanda, tapi gak akan jadi sesederhana itu kalau sampai suami lo dengar.” peringat Latisha sungguh-sungguh. Dan itu sukses membuat Nabila terdiam, mungkin merenungi apa yang sahabatnya katakan, sebab di detik selanjutnya Agni dapat melihat Nabila meringis.

“Lo gak punya rasa apa-apa lagi sama Nathael ‘kan, Bil?” Agni hanya ingin memastikan. Siapa tahu ada yang tertinggal walau itu hanya secuil.

“Enggak lah,” sahutnya cepat dan sinis. “Sejak hari di mana gue memilih untuk berhenti ngejar dia, sejak itu pula rasa gue udah gak ada. Gue sadar dia tidak tercipta untuk gue.”

“Terus kenapa lo ungkit-ungkit dia gebetan lo mulu?”

“Gak apa-apa sih, iseng aja. Dan lagi gue rasanya sulit percaya Nathael berakhir sama sahabat gue. Bagaimanapun kita semua tahu bagaimana Nathael dan perasaannya terhadap Mutiara. Itu yang bikin gue sadar kalau meraih Nathael sama sulitnya seperti meraih bintang di langit,” terkekeh, Nabila geli sendiri dengan kalimatnya.

Dan diam-diam Agni mengangguki. Apa yang Nabila bilang tidak terdengar berlebihan untuk mereka yang tahu bagaimana Nathael dulu. Saking bucinnya, Nathael jadi terlihat begitu tolol karena masih saja mendamba di saat Mutiara menunjukan rasanya terhadap laki-laki lain.

Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya Nathael rasakan, entah pria itu benar-benar tidak sadar atau hanya berpura-pura bodoh. Yang pasti hal itu membuat sebagian orang di sekolah mereka saat itu menyayangkan Nathael dan ketololannya. Sampai akhirnya terdengar kabar mengenai Nathan dan Nathael yang berkelahi. Siapa pun langsung dapat menduga apa alasannya. Dan kemudian Mutiara menjadi bual-bualan banyak orang di sekolah mereka, menyalahkan atas hancurnya hubungan persaudaraan antara Nathan dan Nathael.

Tapi itu tidak berlangsung lama. Keadaan kembali membaik, dan Nathael serta Mutiara terlihat dekat seperti sebelumnya. Tidak ada yang tahu bagaimana selanjutnya, hingga kemudian kabar mengejutkan tersebar di grup angkatan. Kabar mengenai pernikahan Mutiara dan Nathan.

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang