Move On - Bab 8

220 32 11
                                    

Happy Reading!!!

***

“Kamu ngelamun?” tegur Nathael saat sadar bahwa kedatangannya tidak di sadari Agni, tatapan perempuan itu terlihat kosong ke depan.

Awalnya Nathael kira Agni bosan menunggunya. Tak tahunya malah melamun, dan itu membuat Nathael menghela napas pelan. Nathael sadar sedikit banyaknya ia juga menambah beban pikiran Agni saat ini.

“Maaf,” cicitnya meringis pelan. Tapi Nathael cepat-cepat menggelengkan kepalanya.

“Gak apa-apa. Kamu berhak untuk memikirkan semuanya. Dan aku paham itu. Justru aku yang harusnya meminta maaf,” menarik sedikit senyumnya, Nathael kemudian mengambil duduk di samping Agni yang masih berpakaian guru, karena Nathael memang menghampiri perempuan itu di tempat kerjanya. Mereka memiliki janji untuk ke butik, mengecek proses pembuatan gaun yang akan Agni kenakan di hari pernikahan, dan Nathael akan meminta butik langganannya untuk membuatkan jas yang akan tampak serasi dengan gaun milik Agni ketika dikenakan di pelaminan nanti.

Sekalipun pernikahan ini bukan yang benar-benar mereka dambakan, tapi baik Agni maupun Nathael tidak ingin asal-asalan dalam mempersiapkan semuanya. Mereka ingin semuanya sempurna. Bagaimanapun ini akan menjadi momen mereka sekali seumur hidup. Ya, sekiranya itulah yang keduanya harapkan, sekalipun rasa itu belum ada diantara mereka.

“Kita sudah sepakat. Jadi tidak perlu ada yang dimaafkan.”

Ya, itu benar. Mereka sudah sepakat untuk tidak membahas tentang itu terus menerus karena nyatanya baik Nathael mau pun Agni kini memiliki tujuan yang sama. Menyembuhkan hati dari masa lalu yang menyakiti. Sekarang mereka akan membuka lembaran baru di mana di dalamnya hanya ada nama mereka berdua.

“Jadi, apa kita sudah bisa berangkat sekarang?” berdiri, Nathael kemudian mengulurkan tangannya ke arah Agni. Namun perempuan itu tidak lantas menyambut, lebih dulu menatapnya, lalu menatap pada manik Nathael yang menyorot lembut dengan senyum terukir di bibirnya.

Manis. Itulah yang Agni lihat. Dan ia terpesona karenanya. Beruntungnya ia segera sadar untuk tidak mengagumi Nathael lebih lama. Jiwanya yang lemah bisa luluh lantah jika terus-terusan menatapnya. Bisa-bisa ia yang lebih dulu jatuh cinta sebagaimana biasanya. Tidak. Agni tidak ingin itu terjadi lagi.

Mereka memang akan menikah, Nathael pun sudah berjanji akan membuatnya bahagia dalam pernikahan ini. Tapi tetap saja, jatuh cinta sebelum Nathael merasakannya juga akan beresiko membuatnya terluka. Jadi mau tidak mau Agni memang harus membentengi diri agar tidak jatuh cinta semudah dulu. Kali ini ia ingin lebih berhati-hati. Tidak salah kan?

Menarik kedua sudut bibirnya, Agni menerima uluran tangan Nathael dan bangkit berdiri lalu melangkah bersama menuju mobil Nathael berada.

Sekolahan sudah sepi, murid-murid sudah pulang sedari tadi, menyisakan penjaga sekolah dan beberapa guru. Salah satunya ada Nabila. Tapi sahabatnya yang mengejar karier di dunia pendidikan itu sedang sibuk, hingga tidak bisa menemaninya menunggu Nathael.

Tak masalah, lagi pula Agni tidak ingin membuat sahabat satunya itu makin keki. Meskipun statusnya sudah bersuami dan memiliki anak, nyatanya Nabila mengaku gemas akan takdir yang mengharuskan mantan gebetannya bersanding dengan sahabatnya sendiri.

Tapi ya sudahlah, Agni tidak ingin terlalu memedulikan itu, karena persiapan pernikahannya jauh lebih penting saat ini. Toh Nabila juga sudah bahagia dengan kehidupan sempurnanya. Perasaannya terhadap Nathael bukan lagi apa-apa.

“Langsung ke butik apa makan dulu?” tanya Nathael, sesaat setelah mobilnya melaju meninggalkan bangunan sekolah tempat Agni mengajar.

“Kamu belum makan siang?” bukannya menjawab, Agni malah balik bertanya.

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang