Move On - Bab 3

281 40 10
                                    

Happy Reading!!!

***

Nathael tidak menyangka bahwa akhirnya ia berkujung ke rumah seorang wanita juga. Bertemu dengan orang tuanya, berkenalan, lalu meminta izin mengajak anaknya jalan-jalan.

Bukan berarti Nathael tidak pernah pacaran. Ia masih lebih unggul dari Mario yang hanya memiliki banyak mantan teman tidur tapi tidak memiliki mantan pacar. Beberapa kali Nathael pernah memiliki pacar.

Ya, meskipun mantannya masih dapat di hitung dengan jari di satu tangan. Tapi setidaknya ia pernah memiliki pacar, walaupun di hatinya Mutiara tidak pernah tergantikan. Bahkan hingga saat ini.

Namun sekarang Nathael akan sungguh-sungguh berusaha. Sebab dalam keluarganya tidak ada sejarah menyakiti wanita. Meskipun sebenarnya tidak selurus itu juga sih.

Ah, tapi ya sudahlah. Bukan saatnya membahas keluarganya. Karena yang sekarang ingin Nathael bahas adalah tentangnya dan Agni. Calon istri dadakan yang tak hanya mengejutkan orang tuanya, tapi juga teman-temannya. Nathael sampai puas diumpati Bian dan diceramahi Mario semalam.

Tapi tenang, itu tidak membuatnya berubah pikiran. Nathael tidak pernah main-main jika sudah mengambil keputusan. Lihat perusahaan agensinya, berkembang dan sukses di bawah kepemimpinannya. Semoga begitu pula untuk keputusannya soal pernikahan.

“El, lo –kamu serius dengan keputusan ini?” tanya Agni begitu mobil yang Nathael kendarai melaju meninggalkan kompleks perumahannya.

“Aku gak pernah seserius ini, Ni,” melirik sosok yang duduk di sampingnya, Nathael menatap perempuan itu tak main-main, sebelum kemudian kembali fokus pada jalanan di depan. “Aku tahu niatku memang untuk lari dari perasaan yang mengikatku selama belasan tahun ini. Tapi aku gak sedikit pun berniat untuk main-main sama pernikahan kita.”

“Tapi El, apa kita bisa? Maksud gu –aku, ini pasti gak akan mudah,” bagaimanapun baik dirinya mau pun Nathael, perasaan mereka tidak bertaut. Ada seseorang yang mereka punya di hati masing-masing. Dan jujur Agni sedikit tak yakin.

“Bisa tidaknya itu tergantung dari niat kita, Ni,” jawab Nathael, kembali melirik sekilas ke arah Agni. “Aku sendiri juga gak tahu kenapa tiba-tiba aja aku mengajukan diri menjadi pengganti mantan calon suami kamu. Tapi, Ni, aku gak mau menyerah.” Entahlah dari mana keyakinan itu datang sebenarnya. Tapi yang jelas Nathael tidak ragu dengan keputusannya.

Nathael menyadari langkah yang diambilnya terlalu beresiko, apalagi tidak ada jaminan apa-apa untuk mereka ke depannya nanti.

Seperti yang Mario bilang, bagaimana kalau pada akhirnya ia berakhir seperti Bian? Bagaimana kalau menikahi Agni tidak juga berhasil menghapus nama Mutiara dari hatinya?

Namun menyerah sebelum berperang bukankah itu pecundang namanya?
Maaf-maaf saja, Nathael tidak terlahir untuk itu. Lagi pula seperti yang pernah dirinya bilang pada Mario, ia bukan Bian yang terikat dengan masa lalu. Dan Agni bukan Aruna yang mencintai Bian bahkan sejak hubungan mereka belum benar-benar di mulai.

Di sini ia dan Agni tidak memiliki rasa itu, bahkan ketertarikan dari fisik saja sepertinya tak ada. Ia hanya modal nekad. Sementara Agni kebetulan tidak ingin membuat orang tuanya sedih dan kecewa karena gagalnya pernikahan yang sudah terencana.

Kasusnya dengan Bian jelas berbeda ‘kan?

“Tapi …” menghela napasnya pelan, Nathael lalu kembali melirik Agni sekilas mengingat ia masih berkendara di jalan raya, dan kecelakaan jelas bukan hal yang diinginkan. Namun menunda pembicaraan jelas tak mungkin. Mereka harus segera sepakat sebelum mobilnya tiba di kediaman orang tuanya. “Kalau memang kamu keberatan, aku gak akan maksa,” lanjutnya dengan sungguh-sungguh.

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang