2 | Tidur Bersama Suami

20.5K 879 12
                                    

Hal pertama yang menyambutku saat pertama kali membuka mata adalah sesosok wanita dengan pakaian khas pelayan yang membalut tubuhnya.

Wanita itu memperkenalkan diri dengan nama Lea. Aku sedikit merasa canggung melihatnya yang ternyata berusia jauh di atasku. Lea berada di usia 29 tahun saat ini. Cocok untuk dijadikan teman, alih-alih pelayan pribadi seperti tugasnya yang sebenarnya padaku.

"Apa nyonya membutuhkan sesuatu?" Ucapnya seraya menatapku yang tengah melamun dengan pandangan penuh kekhawatiran.

"Uh, bisa tolong berhenti memanggilku dengan sebutan nyonya? Itu terdengar sangat aneh di telingaku." Ucapku penuh ketidaksetujuan.

"Maaf, nyonya. Saya dan seluruh pekerja di mansion ini harus memanggil anda 'nyonya'. Jika tidak, maka kami pasti akan mendapat hukuman dari tuan. Karena sudah di cap tidak sopan pada istrinya." Jawab Lea yang membuat kedua mataku membola seketika.

Ucapan itu membuatku mengingat kembali tentang statusku dan sosok lelaki yang mengaku-ngaku sebagai suamiku itu. Si mafia tampan yang entah dimana sekarang keberadaannya.

Sungguh seperti mimpi?!

Aku seketika berdiri dari posisi berbaring dan berlari ke arah sudut kamar. Melihat itu, Lea mengikutiku tanpa banyak bertanya.

Kulihat pantulan diriku didepan kaca besar yang menampilkan sesosok perempuan cantik bergaun tidur putih.

Suara kesiap penuh keterkejutan keluar dari mulutku. Menyadari bahwa pantulan dari perempuan itu adalah sosok yang sama dengan diriku sendiri di masa lalu. Lebih tepatnya kehidupan pertamaku sebagai gadis baik dengan kedua orang tua keji yang bertugas sebagai malaikat pencabut nyawa bagi anaknya sendiri.

Aku terlihat sama persis tanpa perubahan yang signifikan. Kulit putih bagai pualam yang kontras dengan rambut coklat gelap yang kumiliki. Wajahku tetap terlihat teduh dengan tatapan mata yang menyorot halus, juga rona merah di kedua pipiku yang terlihat menawan dengan bibir penuh itu.

"Ini benar-benar aku, tapi..." Ucapanku menggantung di udara. Terlalu takut dengan segala kemungkinan yang ada. Terkejut mengetahui fakta bahwa diriku terbangun di raga yang sama, namun di kehidupan yang jelas berbeda.

"Lea, katakan padaku. Apa aku benar-benar istri seorang mafia? Apa lelaki tampan itu suamiku? Ini bukan surga ya? Lalu dimana aku berada saat ini?" Tanyaku beruntun. Raut penuh tanya tak bisa lagi kututup-tutupi keberadaannya.

"Nyonya sebaiknya kembali beristirahat. Saya dengar dari dokter kemarin, nyonya mengalami amnesia ringan. Jadi kondisi nyonya sekarang memang masih belum bisa mengingat beberapa kondisi tertentu. Mari, saya antar nyonya beristirahat." Ujar Lea yang seketika membuatku berjengit ketakutan.

"Tidak. Tunggu dulu. Jelaskan padaku sebenarnya apa yang terjadi disini!" Ucapku mulai kehabisan kontrol diri. "Jelaskan mengapa aku bisa amnesia?!" Tuntutku dengan suara keras.

Lea terlihat terlalu santai mendengar teriakanku saat ini. Ekspresinya tetap datar dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Aneh. Jika memang benar aku adalah istri seorang mafia dan dia hanyalah pekerja di mansion ini, seharusnya Lea takut melihatku yang marah-marah tidak jelas seperti ini.

Bukan penjelasan yang kudengar, wanita itu justru kembali memaksaku untuk berbaring diatas ranjang. Ia bahkan menakutiku dengan alasan, jika aku tak beristirahat saat ini, suamiku akan datang dan melakukan sesuatu yang tentu tidak akan kusukai.

Entah apa maksud ucapannya. Apa aku menurutinya? Oh, tentu jelas. Tidak!

Alih-alih kembali beristirahat, aku justru lebih memilih berlari keluar kamar. Mengabaikan teriakan Lea yang mengatakan padaku untuk tetap berada didalam kamar saja.

Transmigrasi Istri MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang