Setelah insiden pengakuan kepemilikan diriku terhadapnya beberapa jam lalu, Jeff bertindak semakin gila dengan menyeretku mengikuti kemanapun ia pergi.
Setelah menemani suamiku bekerja, yang sebenarnya kugunakan hanya dengan tidur-tiduran santai di ruang kerjanya itu, aku tiba-tiba saja telah berada didalam mobil miliknya yang tengah melaju membelah ramainya jalanan kota New York siang hari ini.
"Kita mau kemana?" Tanyaku yang hanya dijawab oleh keterdiamannya saja.
"Mau pergi ke acara penting kah?" Tanyaku sekali lagi, walau kutahu hasilnya akan tetap sama.
"Acaranya formal ya? Sampai aku harus pakai gaun dan kamu pakai setelan tuksedo?" Ujarku yang lebih mirip seperti monolog.
Maksudku, sedari tadi semua pertanyaanku selalu diabaikan oleh lelaki yang saat ini sedang duduk manis disebelahku. sibuk dengan tablet di tangannya itu.
Beberapa jam lalu, gaun hitam sepanjang mata kaki tiba-tiba saja disodorkan padaku oleh seorang pelayan. Ia menyuruhku memakainya, karena aku harus menemani Almer pergi ke sebuah tempat. Tanpa banyak kata, aku segera menurutinya.
Butuh waktu yang lama bagiku untuk bersiap-siap. Setelah mandi, aku dikejutkan dengan kedatangan seorang perempuan yang mengaku sebagai make up artist. Dia dengan cekatan memoles wajahku, hingga berubah drastis terlihat glamor dalam waktu sekejap.
"Mau makan siang, ya?" Tanyaku sekali lagi.
Menghela napas pasrah saat tahu bahwa tidak akan ada jawaban yang lelaki ini berikan.
Duh, lapar.
Perutku terasa perih karena hanya makan salad sayur saja tadi pagi. Lagi pula mana aku tahu, jika tiba-tiba saja Jeff mengajakku pergi siang ini. Padahal sekarang sudah waktunya makan siang bagiku.
Bayangan masakan chef yang memenuhi meja makan panjang di mansion Jeff sudah berputar dalam bayanganku.
Enaknya hidup sebagai Hazel adalah aku bisa sepenuhnya memakan apa saja jenis masakan buatan chef yang tak perlu lagi diragukan kenikmatannya.
Hal itulah yang membuatku betah hidup sebagai Hazel hingga saat ini.
Sebenarnya aku bisa saja meminta Jeff untuk memberiku makan detik ini juga, namun aku tak berani melakukan hal itu. Ekspresi wajah tegangnya sedari tadi membuat nyaliku ciut begitu saja.
Terlebih seluruh ucapanku yang tak mendapat tanggapan darinya, semakin membuatku kesal pada lelaki ini.
"Eh, kok berhenti? Sudah sampai?"
Tiba-tiba saja mobil ini terhenti didepan sebuah bangunan. Cukup mengejutkan, sebab Jeff tadi mengatakan bahwa perjalanan kali ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai ke tempat tujuan.
Kukira akan memakan waktu berjam-jam. Nyatanya belum 30 menit berkendara, mobil yang kami kendarai sudah berhenti di sebuah... Apa ini? Restoran?
"Turun." Ujar Jeff yang dengan segera kulakukan.
"Wow."
Satu kata yang membuat bibirku membulat terkesima.
Bangunan restoran super mewah dengan segala dekorasi indahnya ini menjadi satu-satunya pemandangan paling menakjubkan.
Kurasakan sapuan tangan halus di punggung telanjangku. Nampaknya Jeff terlihat mengusap punggung terbukaku akibat gaun mewah yang mengekspos hampir sebagian besar area punggung juga kedua bahuku itu.
"Masuk," ujar Jeff sebelum menarikku dalam dekapannya. Membawaku semakin merapat pada tubuhnya yang memancarkan kehangatan.
Aku membiarkan belitan tangan kekarnya yang bertengger manis di pinggangku. Menikmati kedekatan waktuku bersama suami tampanku yang terlihat semakin luar biasa memukai dengan tuksedo hitam yang membalut tubuh kekarnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Istri Mafia
RomanceHazel pikir, hal pertama yang dilihatnya kala membuka mata adalah pangeran yang menyambut kedatangannya di surga. Menjadi gadis baik dan penurut dengan masa lalu bersama keluarga keji membuat Hazel yakin ia akan diterima di surga setelah kematian me...