Langit biru bernuansa cerah adalah kombinasi sempurna untuk mengawali sebuah hari.
Suasana tempat ini di sinari cahaya mentari di tiap sisinya. Semakin menambah indah nan mempesona hamparan tanah lapang serta beberapa pepohonan hijau yang melingkupi tempat misterius ini.
Seorang perempuan nampak jatuh tertidur di atas rerumputan hijau. Gaun putih membalut tubuhnya dengan mempesona, rambut coklat terang itu semakin menambah elok parasnya yang rupawan.
Bulu mata perempuan itu perlahan terbuka. Menampilkan sorot teduh yang nampak sangat familiar bagiku.
Sosok ini membuatku tercekat begitu saja. Kala melihat dirinya yang perlahan terbangun dan segera berhadapan denganku.
Seringai tipis timbul di wajah perempuan itu. Tak ada raut terkejut disana. Seolah kedatanganku di tempat ini telah lama ditunggu kehadirannya.
"Hai, Hazel."
Ujarnya dengan suara berirama penuh bisik.
"Jiwa yang sekarang menempati ragaku."
Ucapannya terlontar begitu mudah. Untuk ukuran seseorang yang raganya pernah ku tempati.
"Senang bisa bertemu denganmu disini. Aku sudah menunggu untuk waktu yang lama."
Hazel. Dia berjalan mendekat. Masih dengan seringai yang kali ini nampak semakin lebar.
"Sejauh ini bagaimana? Kau suka hidup sebagai Hazelia Reverie?"
Pertanyaan itu semakin membuatku kehilangan kosa kata untuk menjawab.
Terlebih langkah kakinya yang mendekat, seolah hendak mengintimidasiku dengan aura kuatnya yang luar biasa.
"Awalnya aku bangga melihat kepribadianmu yang tangguh, terpilih untuk menggantikan jiwa lemahku," ujarnya berbisik.
"Namun, perlahan aku mulai kecewa. Saat kau jatuh begitu saja dalam kubangan kebohongan yang orang-orang itu lakukan pada dirimu. Kau ternyata lebih bodoh dari yang ku bayangkan," tambahnya menusuk.
"Ragaku terlalu berharga untuk bisa di tempati oleh perempuan bodoh sepertimu, Hazel."
Memangnya... Apa salahku?
Apa yang telah aku lakukan hingga kebencian nampak sangat terlihat jelas di wajah perempuan ini?
Bukan salahku jika semua ini terjadi begitu saja.
"Ku mohon... Kali ini lakukan dengan baik. Aku ingin kau segera pergi dari mereka."
Kalimat itulah yang terakhir kali ku dengar dari Hazel terdahulu. Sebelum akhirnya angin besar datang dan memporak-porandakan seluruh tempat misterius ini.
Membuat sosok Hazel menghilang begitu saja.
Segalanya berubah menjadi hitam. Aku tak sama sekali bisa melihat apapun dengan kedua mataku.
Tiba-tiba saja setitik cahaya muncul. Begitu terang, seolah hendak membutakan mata.
Aku terpejam. Dalam gelap, dapat ku rasakan tubuhku terjatuh dalam arus gelombang deras. Terombang-ambing dalam dimensi yang berbeda.
Beberapa saat hal itu terjadi. Aku hanya mampu mendekap erat tubuhku sendiri demi melindungi diriku. Dari segala konsekuensi yang mungkin saja bisa terjadi.
Seketika semua itu perlahan menghilang.
Hening ku rasakan kembali. Sekuat tenaga ku buka kembali penglihatanku. Terkejut melihat ruangan yang begitu familiar dimana sebelumnya aku sempat berada disini untuk waktu yang begitu lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Istri Mafia
RomanceHazel pikir, hal pertama yang dilihatnya kala membuka mata adalah pangeran yang menyambut kedatangannya di surga. Menjadi gadis baik dan penurut dengan masa lalu bersama keluarga keji membuat Hazel yakin ia akan diterima di surga setelah kematian me...