-𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠-
•
•
(Name) dan Ness kini berada di dalam lift, Ness menekan angka 25 di tombol lift, hingga membuat pintu lift tertutup dan naik ke atas.
Suasana sunyi tidak ada yang berbicara di antara mereka, Mungkin Karena malu atau canggung. (Name) sebenarnya ingin bertanya kenapa hanya ada mereka berdua di lift tersebut. Namun, (Name) mengurung niatnya untuk bertanya Karena menurutnya itu tidak sopan. Tanpa (Name) sadari jika lift tersebut merupakan lift khusus dan tidak sembarang orang memakainya,dan lift tersebut di lengkapi CCTV yang langsung terhubung di komputer sang pemilik perusahaan.
Beberapa menit, pintu lift akhirnya terbuka membuat (Name) menghela lega, berada di dalam lift membuat suasana canggung dan itu tidak nyaman bagi (Name).
"Ikut saya, nona." Ness membuyar lamunan (Name). (Name) hanya mengangguk dan mengikuti Ness dari belakang. Sesekali (Name) melihat sekeliling, tempat tersebut sangat besar, luas, dan mewah.
"Saya harap, anda tidak terkejut saat melihat bos perusahaan ini, nona."
(Name) yang mendengar itu mengerutkan kening jelas bingung dengan apa yang di katakan Ness, apakah bos perusahaan ini menyeramkan? Pikir (Name).
Ness memandu (Name) sesekali ia melirik (Name) dan tersenyum diam. Pantas saja Kaiser menyukai- ah tidak 𝐌𝐞𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐢 wanita ini, ia memiliki wajah yang sempurna apa lagi tubuhnya itu.
Lamunan Ness seketika buyar dikarenakan ponselnya yang berdering, membuat nya menghentikan langkahnya dan mengambil ponselnya yang berada di saku celananya.
Ness melihat nama Kaiser di layar dan seketika Ness langsung menjawabnya.
"Dimana kau?" Kaiser memulai duluan percakapan
(Name) yang menyadari Ness sedang menelepon seseorang, dan menurutnya itu penting. (Name) melangkah mundur menjaga jarak. Ness melirik di ujung matanya melihat (Name) mundur, bukan hanya cantik tapi (Name) juga menghargai privasi seseorang.
"Aku berada di kantor, aku akan segera tiba di ruangan mu."
"Dan aku membawa seseorang yang spesial untuk mu, kai."
"Siapa?" Dingin Kaiser namun dengan nada bertanya di dalam nya.
"Kau akan tau nanti." Kekeh Ness membuat Kaiser penasaran.
"Baiklah, cepatlah."
Kaiser menutup telepon secara sepihak, dan itu bukan pertama kalinya untuk Ness. Ness menyimpan kembali ponselnya di sakunya.
"Baiklah, ikut Aku nona."
Ness melangkahkan kakinya, namun beberapa hentakan kaki Ness tidak mendengar suara langkah kaki (Name).
"Non-" Ness berbalik dan terkejut Karena tidak melihat (Name).
"Loh, nona." Panggil Ness sedikit panik.
"Akhh, apakah dia kabur." Frustasi Ness.
....beberapa menit lalu, saat Ness sedang menelepon.
Ponsel (Name) berdering, (Name) mengambil ponselnya yang berada di dalam tas, dan melihat nama Sena di layar ponselnya, tanpa berlama-lama, (Name) sedikit menjauh dari Ness mengangkat ponselnya kerasa khawatir, Karena tidak biasannya Sena akan meneleponnya jika itu bukan hal yang penting.
"NAME.. NAME.. MAAF... MAAF KAN AKU."
Dapat (Name) suara Sena seperti panik, dan itu membuat perasaan (Name) menjadi tidak enak, seakan nalurinya mengatakan terjadi sesuatu hal yang buruk.
"Maaf? Untuk apa? Ada apa,Sena?"
(Name) bertanya dengan nada khawatir dan itu membuat jantungnya berdetak dengan cepat.merasakan firasat buruk.
"Maaf name.. Leon.. Leon.. " (Name) bingung dengan apa yang terjadi. Ada apa dengan leon? Pikir (Name). Kekhawatiran (Name) semakin menjadi-jadi saat ia mendengar suara tangisan di seberang sana.(Name) dapat mendengar jika itu Adalah suara tangisan Sena.
"Ada apa dengan Leon, Sena? Katakan." (Name) semakin panik.
"Leon.. Leon... Aku tidak menemukan, Leon."
(Name) yang mendengar itu seketika melebarkan matanya terkejut dengan apa yang di katakan Sena. Dan tanpa sadar dokumen yang ia pegang untuk interview terjatuh di lantai.
"Apa maksudmu? Leon tidak Ada?" Tanya (Name) memastikan jika ia tidak salah dengar.
"Maaf Name, Aku tidak tau Leon Ada dimana, saat Aku tiba di sekolah dan menunggunya di gerbang, anak-anak yang lain sudah keluar."
"D-dan... Aku pikir Leon akan keluar setelah anak-anak lain, namun ia tak kunjung keluar."
"Saat Aku bertanya pada salah satu guru di sini, ia mengatakan jika seluruh anak-anak sudah pulang."
Sena mengatakan itu sambil terisak. dan (Name) yang mendengar itu seketika terkejut, jantungnya seakan berhenti berdetak. Mendengar putranya tidak Ada di sekolah.
"T-tunggu... Tunggu di Sana... Aku akan segera ke sana." Panik (Name) dan menutup telepon secara sepihak. (Name) meletakkan kembali ponselnya di tas.
"Tuan, maafkan Aku.. Aku harus pergi."
(Name) berkata pelan seperti bisikan dan melirik Ness yang masih menelepon.
Tanpa aba-aba (Name) langsung berlari menuju lift. Sakit? Itu yang (Name) rasakan dikarenakan heelsnya yang tidak pas di kakinya, namun (Name) tidak mengubris kakinya yang sakit, putranya jauh lebih penting dari apapun.
'Leon, ibu harap.. Kau baik-baik saja, nak.' Pikir (Name) saat pintu lift tertutup.
Ini bukan pertama kalinya, (Name) kehilangan putranya namun sudah berkali-kali. Saat mereka di Jepang Leon sering menghilang, dan (Name) selalu mencarinya. Saat (Name) tidak menemukannya, Leon akan datang dengan sendiri nya.
Entah kemana ia pergi. Ia menghilang tanpa jejak Dan kembali tanpa jejak. Sebenarnya Ia mengambil kepintaran siapa. Dikarenakan (Name) sadar jika kepintaran nya di atas rata-rata.
(Name) tau jika Leon mungkin sedang bermain, jika tidak mungkin saja ia sedang pergi ke suatu tempat.
Tapi bagaimana mungkin seorang anak yang masih berusia enam tahun pergi sendiri tanpa pengawasan orang tua.Ini bukan di Jepang.. Ini di Jerman. dan (Name) tau jika di Jerman ini tidak sembarang orang pergi sesuka hati.
Pikiran itu terus terlintas di kepala (Name), takut ia tidak melihat putranya lagi.
Pintu lift terbuka di lantai dasar, (Name) segera berlari menuju pintu keluar perusahaan dan memanggil sebuah taksi.
"Kenapa tidak Ada taksi di sekita sini." Gumam (Name) sedikit panik dan tanpa sadar air matanya terjatuh.
"Tidak, Leon.. Leon sedang menungguku, Aku tidak bisa tinggal dan menunggu taksi." Panik (Name) memikirkan Leon, ia seakan kehilangan akalnya jika menyangkut tentang putranya, Leon.
(Name) perlahan menunduk dan melepas heelsnya, (Name) menarik nafas dengan kasar dengan tangan kirinya memegang heelsnya, dan tangan kananya mengikat rambutnya.
Hingga membuat leher jenjangnya terlihat jelas, apa lagi dengan cuaca yang panas membuat (Name) berkeringat.
(Name) perlahan mengatur nafas, dan mulai berlari menuju sekolah Leon, tidak peduli dengan pandangan orang-orang yang melihatnya dengan pandangan yang aneh, panas yang menyengat kulitnya dan kaki yang terasa panas akibat jalan yang panas.
Tidak membuat ibu dengan Satu anak itu berhenti.
'Leon, tunggu ibu.' Isak (Name) menyeka air matanya dan terus berlari, untung saja jarak antara perusahaan tersebut tidak terlalu jauh di tempat sekolah Leon.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Will Find You [ Michael Kaiser X Reader ]
Random(Name) merupakan gadis yang ceria, ia memiliki satu sahabat dan itu satu-satunya? SENA, itu lah nama sahabatnya. Sejak kecil (Name) hanya di rawat oleh neneknya. Orang tua? Bagi (Name) ia sudah tidak memiliki orang tua semenjak mereka menelantarkan...