PROLOG {REVISI}

492 31 28
                                    

***

Gadis itu tersenyum miris menatap dirinya sendiri dari pantulan cermin yang ada di hadapannya. Gadis dengan surai kuning keemasannya itu terlihat sangat cantik dan anggun dengan Vintage Dress bermotif bunga mawar tersebut. Rambut panjangnya sengaja ia kepang tak beraturan, dan menambah kesan manis dan elegant pada gadis itu.

Perlahan tangan gadis itu mulai mengelus pelan perutnya yang kini sudah membuncit dan memasuki usia kehamilan sembilan bulan, gadis itu tersenyum pedih ketika mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu, dimana sang pujaan hati malah di berikan hukuman mati dari sang kepala keluarga yang ada di rumahnya.

Namun, dalam lamunannya yang tengah meratapi nasib malangnya tersebut, gadis itu di kejutkan oleh kedatangan seseorang ke dalam kamarnya.

"Maaf nona Emely, tapi nona harus segera turun ke bawah. Karena tuan Abraham sekarang sudah sampai, dan sudah menunggumu di bawah sana." Ujar seorang perempuan muda, yang di ketahui adalah pelayan pribadi dari gadis yang bernama Emely tersebut.

"Kau pergi lah Rose, nanti aku akan segera menyusul!" Perintah Emely kepada Rose.

"Baik nona. kalau begitu, saya permisi turun duluan." Jawab Rose dengan sopan, dan mulai berangsur pergi dari kamar nonanya tersebut.

Setelah kepergian Rose, Emely pun menghela nafas gusar. Gadis itu tidak mau di nikahkan dengan pria lain, kecuali hanya pada satu pria yang memang benar-benar ia cintai. Namun, sang ayah malah memenggal kepala sang pujaan hati dengan alasan orang pribumi tidak boleh masuk ke dalam lingkar keluarganya, yang notabenenya adalah seorang pebisnis terkenal dari belanda.

Emely sudah menguatkan tekadnya untuk membalaskan semua dendam atas kematian sang pujaan hati, dan malam ini juga Emely akan menjalankan semua tekad balas dendamnya itu sampai tuntas.

***

"Jadi, bagaimana tuan? Dimana anak gadis cantikmu itu?" Tanya seorang pria paruh baya dengan sebatang rokok yang bertengger manis di antara kedua jarinya.

"Mohon bersabarlah sebentar, tuan Abraham. Putri saya sebentar lagi pasti akan segera turun." Ucap tuan Arthur selaku ayah kandung dari Emely.

"Rose, apa kau sudah memanggil Emely untuk segera turun?" Tanya Arthur dengan suara beratnya.

"Sudah tuan, mungkin sebentar lagi nona Emely akan datang kemari." Ujar Rose dengan sedikit menundukkan kepalanya dengan takut.

"Kenapa lama sekali?!" Arthur menggerutu. "Joe, cepat bawa kemari gadis itu! Bila perlu, kau seret sampai bayi yang ada di dalam perutnya itu mati!" Perintah Arthur kepada bawahannya dengan tegas.

"Baik tuan!" Joe pun mulai beranjak pergi dari sana dan menjalankan perintah dari sang atasan.

"Sembari menunggu, alangkah baiknya kita mencicipi teh asli dari negara ini." Ucap Eliza yang tak lain adalah istri dari Arthur.

Abraham pun menganggukkan kepala sembari mengangkat gelas yang berisikan sebuah teh hangat itu, mereka bertiga pun menyesap hingga menyisahkan setengah gelas dari yang tersisah.

Namun, tidak lama kemudian ketiga orang itu mulai merasakan sesak di dada dan mulai kejang-kejang dengan mulut yang mengeluarkan busa-busa putih.

Rose yang berada di sana pun nampak terkejut dan terlihat sangat panik ketika melihat sang majikan dan juga tamunya itu mati dalam keadaan yang melotot dan mulut yang berbusa.

"Astaga! JOE! JOE CEPAT TURUN! JOE TOLONG!" Rose berteriak histeris sembari menaiki satu persatu anak tangga, dan menghampiri Joe yang sedang berdiri mematung di depan pintu nonanya itu.

Betapa terkejutnya Rose ketika mendapati tubuh nonanya yang pada saat itu sudah bersimbah darah tak bernyawa di atas lantai.

"J-joe..." Ucap Rose tak percaya, perempuan muda itu benar-benar sangat terkejut atas kejadian yang menimpa satu keluarga tersebut pada malam itu.

"Nona Emely mengakhiri nyawanya sendiri." Ucap Joe, sembari memberikan sebuah surat yang berisikan tulisan tangan dari Emely sebelumnya.

Rose benar-benar bersedih hati sekarang, nona terbaiknya mengapa harus mengambil keputusan yang buruk seperti ini. Rose mengerti, di tinggalkan oleh pujaan hati tepat di hari pernikahan memang sangatlah menyakitkan.

Namun malam ini, Emely malah lebih memilih untuk membalaskan dendamnya dengan cara membunuh keluarganya sendiri, bahkan buah hatinya bersama sang pujaan hati pun, harus terkena imbasnya juga.

"Nona, tenang lah di atas sana bersama tuhan." Ucap Rose dengan lirih, sembari mendekap erat surat tangan terakhir dari sang nona.

***

Berawal dari rumah baru yang Moritz beli untuk Kanara, juga sebuah kotak kayu kuno yang berukuran kecil hadiah pemberian dari sang adik. Kanara pun mulai merasakan sebuah keanehan demi keanehan yang di timbulkan dari rumah tersebut.

Mulai dari benda-benda yang sering berjatuhan dan bahkan berpindah tempat dengan sendirinya, tanpa ada yang menyentuhnya sedikit pun. Selalu mengalami mimpi buruk yang terlihat seperti nyata dan berakhir ketakutan di tengah malam yang gelap, bahkan Moritz pun sampai tak habis fikir dengan tingkah aneh dari sang istri.

Kanara yang sedang hamil tua pun harus di uji nyalinya dengan Moritz yang selalu bekerja tak kenal waktu. mengabaikan dirinya yang sedang terancam nyawa oleh sesosok makhluk gaib spiritual yang sudah lama mengincar bayinya yang masih berada di dalam kandunganny tersebut.

***

Sekian untuk part kalii inii!!

The Mallicious {SEGERA TERBIT!!!}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang