Kanara memasuki kamarnya dengan mata yang sembab, Wanita itu kemudian merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Kanara kecewa, benar-benar kecewa dengan Moritz yang selalu tidak mempercayainya.
Ceklek...
Kanara dengan cepat memejamkan kedua kelopak matanya, berpura-pura tidur ketika Moritz membuka pintu kamar dan masuk kedalamnya.
"Kanara," Panggil Moritz, dan mendekati Kanara yang tengah berbaring memunggunginya.
"Kanara, aku minta maaf. Aku bener-bener kelepasan tadi, maaf karena aku gak bisa kontrol emosi aku, maaf juga karena aku udah ngebentak kamu tadi." Ungkap Moritz penuh penyesalan, pria itu kemudian merangkak naik ke atas ranjang, dan memeluk tubuh Kanara dari belakang seraya menyembunyikan wajahnya di ceruk leher jenjang wanita itu.
Biasanya, dengan cara seperti ini Kanara akan luluh dan memaafkan dirinya. Namun, ternyata kali ini Moritz salah, Kanara justru melepaskan pelukannya dan malah menutupi seluruh tubuhnya dengan menggunakan selimut.
"Aku udah maafin kamu, mas. Aku enggak kenapa-napa." Ucap Kanara dengan pelan.
"Aku cuma perlu waktu sendiri, begitu kan kata kamu tadi? Dan sekarang, kamu bisakan tinggalin aku sendirian dulu? Kasih aku waktu sedikit buat ngebuktiin kalau yang kamu omongin itu benar adanya." Imbuh Kanara lagi.
Moritz terdiam, apa mungkin dirinya sudah keterlaluan tadi? Sampai-sampai Kanara saja bersikap seolah-olah tengah memojokkan dirinya saat ini.
Daripada keadaannya menjadi semakin runyam, pria itupun memutuskan untuk pergi sebentar dan memberikan sedikit waktu luang bagi Kanara meredakan amarahnya.
Moritz beranjak dari tempat tidurnya, dan mulai melangkahkan kaki jenjngnya meninggalkan Kanara sendirian di dalam kamar itu. Kanara yang mendengar suara pintu yang terbuka lalu tertutup kembali, kemudian menghela nafas kecewa dibuatnya.
Kanara merasa begitu kecewa untuk yang ke sekian kalinya, ketika Moritz lebih memilih untuk pergi meninggalkan dirinya sendirian di rumah tersebut. Padahal, Kanara sangat berharap jikalau Moritz akan membujuknya sampai dirinya benar-benar menjadi tenang. Katakan Kanara egois, karena faktanya wanita itu selalu ingin di mengerti dan selalu di berikan kepercayaan.
Kanara mendengar suara deru mobil milik Moritz dari bawah pekarangan rumahnya, ternyata suaminya itu benar-benar pergi dan meninggalkannya sendirian. Kanara segera beranjak dari tempat tidurnya, dan berlari kecil ke arah jendela kamarnya, Kanara ingin berteriak memanggil Moritz supaya pria itu kembali ke rumah.
Dengan harapan mobil sang suamu masih ada disana, dan Kanara pun akan mengalah kepada Moritz kali ini. Namun apalah daya, mobil yang Moritz kendarai kini sudah melaju cukup jauh meninggalkan pekarangan rumah mereka.
Lagi dan lagi, Kanara di buat kecewa oleh dirinya sendiri. Kanara benci ketika Moritz mengabaikannya, Kanara benci ketika Moritz tidak pernah mempercayainya, Kanara benci ketika harus melihat Moritz pergi dengan sebuah kekecewaan yang ia bawa bersamanya. Kanara benci dan akan selalu membenci ketika Moritz tidak bisa mengerti dan memahami situasinya.
Itulah Kanara, Wanita egois yang selalu ingin di cintai oleh Moritz, wanita egois yang selalu ingin di percaya, dan wanita egois yang selalu ingin dimengerti bahkan di pahami.
***
Di satu sisi yang berbeda, Moritz yang saat ini tengah mengendarai mobil miliknya menuju Tattoo Studio milik sang teman pun, harus mengalami kendala kecil ketika seorang wanita dengan tiba-tiba melintas di jalanan. Alhasil, Moritz pun harus mengerem mendadak mobilnya, jika tidak, maka wanita itu akan tertabrak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mallicious {SEGERA TERBIT!!!}
Horror*REVISI SETELAH TAMAT* 🔞🔞🔞🔞 Kanara tidak pernah menyangka jika kepindahan mereka kerumah barunya tersebut justru membuat kehidupannya berubah 180° menjadi lebih suram dan penuh teka-teki. Bahkan, Kanara juga harus mengalami hal-hal mengerikan ya...