Kanara duduk termenung di tepi kasurnya, seraya mengelus dengan lembut perut buncitnya tersebut. Pandangan matanya terlihat begitu kosong mengarah ke jendela kamarnya.
Sampai saat ini, Moritz belum juga kembali. Kanara pun kembali di buat kecewa oleh Moritz. Wanita itu lantas turun dari tempat tidurnya, kemudian berjalan ke arah jendela kamarnya.
Kemudian, Kanara pun duduk di jendela kamarnya yang besar itu, seraya memandangi langit yang saat ini sudah mulai menghitam. Sepertinya, cuaca pada hari ini sedang tidak baik, buktinya saja langit yang semula berwarna biru cerah itu kini berubah mendung. Pertanda bahwa hujan akan segera turun.
Namun tiba-tiba, Kanara tidak sengaja melihat ke arah ayunan kayu yang tadinya ia duduki tadi pagi. Tidak ada angin tidak ada hujan ayunan tersebut tiba-tiba bergerak kencang dengan sendirinya, dan seolah-olah sedang ada seseorang yang tengah duduk di sana.
Antara berhalusinasi, atau memang benar kenyataan. Persetan dengan kedua opsi tersebut, Kanara langsung turun dari jendela kamarnya lalu menutupnya beserta dengan tirainya.
Kanara kembali mendudukan tubuhnya di tepi kasur. Wanita itu mencoba untuk menetralkan detak jantungnya yang bedegup begitu kencang. Menyadari kenyataan bahwa saat ini dirinya sedang sendirian di rumah sebesar itu.
"KAMU CUMA HALUSINASI SAYANG!"
"Kanara, yang namanya hantu itu nggak ada!"
"Kamu cuma butuh istirahat yang cukup, mungkin kamu kecapean."
Moritz benar, tidak mungkin di rumah sebesar ini ada hantunya. Sepertinya, Kanara hanya berhalusinasi saja, karena sangat tidak mungkin jika ayunan tersebut bisa bergerak dengan sendirinya tanpa ada yang mendorongnya.
Oweekkk... Owekkk...
Owekkk.... Owekkk...
Tiba-tiba saja, Kanara dengan samar mendengar suara bayi yang sedang menangis. Sekali lagi Kanara memasang tajam-tajam indra pendengarannya itu, siapa tau itu hanya suara hembusan angin yang tidak sengaja menyerupai suara bayi yang tengah menangis kencang.
Owekkk... Owekkk...
Owekkk... Owekkk...
Tidak salah lagi, itu memang benar suara bayi yang sedang menangis. Kali ini sepertinya bukanlah sebuah halusinasinya semata, karena punggung tangannya terasa sakit ketika ia cubit dengan cukup kuat.
Sepertinya suara tersebut berasal dari kamar bayi yang terletak di lantai dua. Kanara pun segera bergegas turun dari kamarnya, dan akan memeriksa apakah benar ada seorang bayi di dalam kamar calon bayinya itu.
Sesampainya Kanara di depan pintu kayu yang berwarna coklat terang itu, Kanara pun segera memutar knop pintu tersebut dan mendorongnya dengan pelan.
Krieett...
Suara decitan pintu kian menusuk ke indra pendengarannya, Kanara pun mulai melangkahkan kakinya memasuki ruang kamar calon bayinya tersebut.
Suara tersebut tiba-tiba menghilang ketika Kanara telah memasuki ruangan itu. Suasana di kamar tersbut cukup gelap, karena pencahayaannya yang minim. Meskipun begitu, Kanara masih bisa melihat bagaimana isi dalam kamar tersebut.
Kanara segera berjalan menghampiri ranjang tidur bayi yang terletak di tengah-tengah antara dua sisi jendela, ranjang bayi tersebut cukup besar dan tertutupi oleh kelambu putih.
Tringg... Tringg...
Nringg... Nringg...
Tiba-tiba saja Music Box yang ada di atas meja di dekat dirinya berdiri, berbunyi dengan sendirinya. Kanara terkesiap kaget, dan langsung saja mematikan Music Box yang tengah berputar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mallicious {SEGERA TERBIT!!!}
Horror*REVISI SETELAH TAMAT* 🔞🔞🔞🔞 Kanara tidak pernah menyangka jika kepindahan mereka kerumah barunya tersebut justru membuat kehidupannya berubah 180° menjadi lebih suram dan penuh teka-teki. Bahkan, Kanara juga harus mengalami hal-hal mengerikan ya...