Melihat Cendana yang sudah duduk di Single sofa, sembari meletakkan nampan tersebut di atas meja, Kanara pun dengan cepat menyembunyikan kembali punggung tangannya dari balik Cardigan yang ia kenakan.
"Kakak belum minum obat kan? Tadi pagi kakak juga ngelewatin minum obat. Jadi, siang ini kakak harus minum obat." Ucap Cendana, dan mulai mengeluarkan sebutir demi sebutir pil yang ada di dalam botolnya.
"Ayo di minum, kak!" Cendana menyodorkan tiga butir obat yang berbeda-beda warna tersebut kepada sang kakak.
Sementara itu, Kanara hanya menatap tanpa minat kearah obat-obatan tersebut.
"kalau obatnya langsung kakak anterin ke pangkal tenggorokan, pasti enggak akan terasa pahitnya." Bujuk Cendana, kepada sang kakak.
Awalnya, Kanara enggan untuk meminum obat tersebut. Namun, pada saat melihat perlakuan manis dari sang adik, Kanara pun dengan terpaksa harus menerima serta menelan pil pahit tersebut.
Ketika dirinya sudah berhasil menelan tiga pil sekaligus, ekspresi wajahnya terlihat begitu lucu dimata sang adik.
Cendana pun tersenyum lebar di buatnya, sangat berbanding terbalik dengan ekspresi wajah sang kakak. Dimana saat ini Kanara tengah memasang raut wajah anehnya, karena merasakan pahit yang begitu luar biasa pada area tenggorokannya.
Jujur saja, sejak dirinya masih kecil, Kanara tidak pernah mau yang namanya meminum obat. Menurut Kanara, obat itu terasa pahit, dan akan membuat ekspresi buruk kepada siapa pun yang akan meminumnya.
Namun, hal tersebut justru terbawa-bawa sampai dirinya beranjak dewasa. Bahkan sampai sekarang pun, Kanara sangat takut dengan yang namanya minum obat.
"Gimana? Enggak pahit kan, kak?" Tanya Cendana dengan nada meledek, sembari mengambil alih gelas yang ada di genggaman tangan sang kakak.
Sedangkan Kanara? Wanita itu hanya mendelik kesal.
Namun tak lama kemudian, mulutnya pun terlihat menguap lebar dengan kedua kelopak matanya yang kian terasa berat. Kanara pun segera merubah posisinya menjadi berbaring di atas sofa. Sepertinya, obat tersebut sudah mulai bereaksi, itulah sebabnya mengapa saat ini Kanara menjadi mengantuk berat.
"Obatnya pahit banget, kayak muka kamu." Kanara menyempatkan diri untuk membalas ledekan dari sang adik, sebelum dirinya benar-benar kehilangan kesadaran, dan mulai menyelami alam mimpi.
"Enggak apa-apa deh, yang penting kan udah deket sama kak Gabriel!" Balas Cendana dengan tersenyum manis, ketika dirinya mengingat kembali momen kebersamaannya bersama Gabriel kemarin. Walaupun hanya sebentar, namun baginya sudah cukup untuk menciptakan kebahagiaannya sendiri.
Sementara itu, kedua kelopak mata Kanara kini sudah terpejam rapat. Yang itu artinya, saat ini Kanara sudah benar-benar tertidur pulas akibat terkena efek samping dari obat yang ia minum.
Sedangkan Cendana, Gadis itu kini melangkahkan kakinya menuju dapur untuk menyimpan kembali obat Kanara. Setelahnya, Cendana pun segera bergegas kembali ke kamarnya, untuk melanjutkan latihan Cheerleadernya yang sempat ia tunda karena kepulangan Kanara.
***
"When I need motivation"
"My one solution is my queen"
"Cause she stay strong (yeah yeah)
She is always in my corner
Right there when I want her
All these other girls are tempting
But I'm empty when you're gone
And they say...""Do you need me?
Do you think I'm pretty?
Do I make you feel like cheating?
And I'm like no, not really 'cause"Sembari menyenandungkan sebuah lagu yang berjudul Cheerleader dari OMI, Cendana pun memasuki kamarnya dengan perasaan yang riang gembira, dengan diiringi lompatan-lompatan kecil dari kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mallicious {SEGERA TERBIT!!!}
Horror*REVISI SETELAH TAMAT* 🔞🔞🔞🔞 Kanara tidak pernah menyangka jika kepindahan mereka kerumah barunya tersebut justru membuat kehidupannya berubah 180° menjadi lebih suram dan penuh teka-teki. Bahkan, Kanara juga harus mengalami hal-hal mengerikan ya...