The Mallicious 12 : Johana Stanley. {REVISI}

41 11 0
                                    

Waktu berlalu begitu cepat, malam hari pun kembali tiba. Terlihat Cendana yang saat ini tengah mencuci piring di dapur seorang diri. Cendana sedikit jengkel sebenarnya dengan keadaan lampu dirumah sang kakak, bagaimana bisa seseorang hanya tinggal dengan sebuah lampu dinding, tanpa diberi penerang dari lampu gantung?

Saat ini, di luar tengah terjadi hujan lebat. Bukannya merasa kedinginan, gadis itu justru merasa gerah dan kepanasan. Jadilah saat ini dirinya hanya mengenakan Hot pants berwarna hitam dengan atasannya yang hanya memakai Tanktop sejari berwarna putih.

Krieett...

Cendana tiba-tiba saja dikagetkan dengan suara pintu pembatas antara dapur dan ruang makan yang terbuka dengan pelan. Gadis itu lantas menghentikan aktivitas mencuci piringnya, dan menengok ke asal suara.

"Kak Nara?" Panggilnya seraya menatap kearah ruang makan. Namun, tak ada sahutan dari sang empunya nama.

"Perasaan tadi pintunya kebuka deh, tapi kok gak ada siapa-siapa ya?" Cendana bergumam pelan, kemudian gadis itu kembali melanjutkan aktivitas mencuci piringnya yang sempat tertunda.

Di... kesunyiannn malam inii...
Kuu datangg, menghampiri...
Diriimuu yang, pernah berjanji
Sehidupp dan sematii...

Ku ingin bersama berbaring di dadamu...
Lupakan khianat yang laluu...

Cendana kembali menghentikan aktivitas mencuci piringnya, ketika mendengar sebuah lagu yang menyala dari ruang musik. Gadis itupun dengan terburu-buru menyelesaikan aktivitas mencuci piringnya, dan akan segera memeriksa ke ruang musik.

Setelah selesai dengan urusannya di dapur, Cendana dengan gerak cepat segera mengelap tangannya yang basah itu, dan mulai berjalan ke studio musik.

Sesampainya di depan studio musik, Cendana menatap sebentar pintu berwarna putih gading yang sedikit terbuka itu, tak ingin berlama-lama lagi, Cendana dengan pelan mendorong pintu tersebut supaya terbuka dengan sempurna.

Krieettt...

Klikk...

Tap...

Tap...

Tap...

Setelah dirinya berhasil menghidupkan lampu dinding yang sedikit tamaram itu, Cendana pun mulai melangkahkan kakinya  memasuki studio musik tersebut.

Kosong...

Tidak ada siapa pun di ruangan tersebut, bahkan suara lagu yang tadinya terdengar, kini hilang begitu saja bak terbawa arus angin. Cendana yang sudah kepalang penasaran pun, akhirnya mengelilingi ruangan tersebut, dan mendapati sebuah alat musik kuno yang selama ini ia inginkan.

Cendana lantas menyentuh piringan hitam yang sudah berdebu itu, Cendana kemudian tersenyum senang ketika dirinya bisa memiliki alat musik kuno tersebut.

Dengan hatinya yang riang teramat senang, Cendana pun segera mengangkat piringan hitam itu dan memindahkannya ke ruang tengah, tepat di atas meja yang terdapat cermin bulat besar disana.

***

Pagi ini, terlihat seorang perempuan cantik yang baru saja menyelesaikan lari paginya seraya menelusuri jalanan yang lembab dengan ditemani sejuknya udara pagi yang cukup berkabut tebal.

Perempuan itu sekali-kali menyeka keringat yang menetes dari dahi dan pelipisnya. Johana berlari kecil seraya menatap ke arah jalanan, dimana jalanan tersebut memang terlihat begitu sepi dari kendaraan yang melintas.

The Mallicious {SEGERA TERBIT!!!}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang