11

2.1K 189 2
                                        

"Aku ingin sembuh, aku berusaha untuk menyembuhkan luka ini perlahan-lahan, namun ada saja yang membuatnya sobek kembali"
Mungkin itu ungkapan yang cocok untuk si calon janda itu.

Dia mengurung dirinya dikamar, air mata itu terus tumpah kelantai. Dengan susah payah dia menahan rasa sakit yang diterima hatinya atas kata-kata sang ayah.
Apakah sebenci itukah ayahnya pada istrinya sendiri?, sudah tidak ada kesempatan lagi untuknya?.

Jika memang itu kemauan ayah, haruskah aku siap melepaskan dia?, ya tuhan....!!!
..

Senyum itu tak pernah putus, masih terus bertengger di wajah manisnya.
Apa yang dia rasakan sekarang?, sudah pasti buah-buah cinta itu muncul kembali.
Bersyukurnya dia saat ini, hari-harinya dia lewati bersama orang yang dia cintai. Awalnya dia beranggapan sudah tidak ada lagi harapan untuknya.
Namun, dengan tekat yang keras mempertahankan keutuhan rumah tangga itu tidaklah gampang.
Hampir saja dia putus asa, untung saja masih ada orang-orang di sekelilingnya yang masih menudukung dirinya.

Hari ini, dia mengajak nam dan heng sahabatnya berkunjung kerumah orang tuanya.
Kebetulan sekali heng menyempatkan untuk pulang ke bangkok thailand. Betapa terkejutnya dia ketika mengetahui keadaan rumah tangga sahabatnya itu. Tak bisa melakukan lebih, karena pikirnya adalah tak boleh mencampuri urusan rumah tangga orang walaupun itu adalah sahabatmu sendiri. Yeap, jika saja mereka masih zaman pacaran sudah pasti heng ada di urutan pertama untuk kedua insan itu, namun kali ini sudah berbeda.

"Ada apa dengan wajah itu?" Tanya nam yang sambil menikmati segelas teh melati ditangannya.
Dia belum menjawab.
"Hmm.. aku berdoa agar sahabatku tidak gila setelah perceraiannya tuhan" doa nam.
"Hentikan bualanmu nam," tepisnya kali ini.
"Lantas kenapa kau tersenyum dari tadi?" Heng datang bergabung dan duduk disebelah nam.
Dia menghela nafas pelan, memperbaiki duduknya.
"Ayah dan ibu mana?, tolong panggilkan aku ingin bercerita" ucapnya, lalu heng segera memanggil kedua orang tua freen untuk bergabung.

Semuanya sudah dalam posisi duduk masing-masing, kedua orang tua itu duduk disofa sebelah sofa freen dan sofa hengnam.
"Aku berencana membatalkan perceraianku" ucapnya.
Serempak semuanya terkejut.
"Maksudmu bagaimana freen, apa becky tidak akan marah karena kau berencana melakukan itu?" Tanya nam.
"Dengar dulu..." dia menenangkan semuanya.
"Beberapa hari terakhir ini, aku bersamanya. Aku tau kalau becky juga masih mencintaiku. Dan yeah, kami menghabiskan waktu kami bersama seperti tak terjadi apapun. Awalnya aku melakukan ini hanya karena untuk perpisahan, mengenang kebersamaan kita sebelum waktunya tiba.
Tapi hari itu, dia mulai berbicara padaku..
Aku tau, dari perlakuannya dia tak rela melepaskanku, dia menangis dan itu membuatku menyesal." Air mata itu mulai membanjiri pipinya. Tangannya tersusun mengepal, dia menundukkan kepala tak sanggup memperlihatkan wajahnya pada semua orang.
"A-aku menyesal... aku bersalah telah membuat dirinya terluka dengan ulahku. Aku sadar bahwa aku yang pantas disalahkan disini..hiks..  hatiku hancur saat aku mendengar semua ungkapannya hari kemarin. Ternyata dia lebih sakit dari diriku, pantas dia menggugat cerai. Sumpah,,, aku sangat mencintainya lebih dari siapapun."
  Mendengar penyesalan freen, semuanya melongo. Marah dengan apa yang dilakukan freen dulu, marah karena wanita jangkung itu baru menyadari semuanya. Marah karena keteledoran freen. Kenapa baru sekarang penyesalanmu??

"Aagghh dasar bodoh.." nam bangkit dari duduknya lalu mendorong tubuh freen dengan sangat emosi. Tak peduli jika disamping mereka ada ayah dan ibu.
"Aku membencimu freen..!! Tega sekali kau...!! Kenapa baru sekarang kau mengaku..!!haa..??!! Jika aku hati nuranimu, aku tidak akan membiarkanmu sadar, dasar bocah sialan.. setelah apa yang kau lakukan dengan wanita sialan itu..!! Aku membencimu freen...hiks.. hiks.. tega sekali kau melukai hati becky... aku yang hanya sahabatmu tau bagaimana rasa sakit hatinya becky." Emosi nam tiba-tiba meledak, sambil memukul-mukul tubuh freen disofa.

It's you, and only you (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang