15

1.5K 150 20
                                    


       Orang tua itu tiba di kediaman armstrong, besannya.
Langkah kakinya terhenti di ruang tengah didalam rumah besar itu.
"Armstrong..!!" Teriaknya.

Orang yang diteriakinya muncul menampakkan wajahnya dari kejauhan.
"Apa yang kau lakukan pada anakku!?? Kau sengaja membunuhnya? Kau sadar apa yang kau lakukan? Dasar orang tua tidak tau malu..!" Ucap ayah freen.
"Aku melakukannya dengan kesadaranku sendiri, aku meremukkan tangan sialnya itu, dengan tujuan agar dia sadar betapa bengisnya ayah rebecca ketika mengetahui anak satu-satunya disakiti." Ucap ayah becky dengan tenang.

"Tapi bukan seperti itu caramu, kau akan membunuh istri dari anakmu sendiri. Apakah itu pantas dilakukan ayahnya pada anaknya?. Kau harusnya bersikap adil antara mereka, mencoba mempersatukan mereka bukan lebih memisahkan mereka. Atau jika tidak jangan pernah urusi rumah tangga mereka..!" Tutur ayah freen.
"Dan apa yang kau lakukan sekarang menjadi petaka buatmu sendiri, apakah anakmu menyukai perbuatanmu? Tidak sama sekali. Sangat dikecewakan seorang ayah yang dulunya memberikan contoh baik, sekarang berubah melebihi dari setan..!" Ucap orang tua laki-laki itu dihadapan besannya sendiri.

Dia diam setelah besannya menegur perbuatan yang dia lakukan pada pasangan muda itu beberapa hari yang lalu.
...



Orang tua itu duduk sendiri ditaman belakang rumahnya, merenungi perkataan dari ayah freen barusan.

Benarkah demikian? Apakah becky membenci dirinya setelah kejadian itu?
Sejahat itukah aku padanya?.
Mencoba mengingat kembali kata-kata anaknya ketika membela freen didepannya. Apakah dia sebegitu mencintai freen?.

Dan apakah tujuanku memisahkan mereka itu salah? Kupikir sudah benar caraku untuk memishkan mereka. Dan awalnya memang becky yang telah menggugat cerai freen terlebih dahulu dan aku mendukung hal itu.
Tapi kenapa semua berubah?
Apa yang ada pada akal anak itu, sampai tujuan utamanya berubah demikian?. Apakah memang dia masih mencintai wanita itu? Lalu mengapa dia menggugatnya? Membingungkan.


Freen pov,

Mataku dengan pelan terbuka. Pandangan pertamaku ter arah pada sosok wanita mungil yang masih nyaman dalam tidurnya.
Raut wajah menggemaskan dan penuh kedamaian ada disana.

Bibirnya yang menyatu membentuk gupalan kenyal yang selalu ingin kuemut setiap saat. Uuhh manisnya.
Pipinya membulat sempurna, dan kelopak matanya yang menutupi mata coklat indah itu sangat lucu.

Tangan kananku menjadi bantal favoritnya diantara kepala dan kasur. Sedangakn kedua tangannya, disatukan dan disisihkan diceruk lehernya.

Oh tuhan betapa menggemaskan dirinya.

Tangan kiriku masih diperban dan kuletakkan diatas pinggulku.

Ingin sekali aku menyentuh wajah itu, namun apa daya tangan satunya tidak bisa bergerak terlalu banyak.
Kucondongkan tubuhku sedikit, lalu bibirku menyentuh bibir imutnya. Kugigit sedikit karena menggemaskan.

"Ssshhh..." desahnya merasakan  bibir bawahnya kugigit. Dia membuka matanya dan pertama dilihatnya adalah aku.
Aku mengembangkan senyumku mentap mata indahnya.
"Selamat pagi.. sayang.." sapaku.
"Bisakah kau membangunkanku secara halus tanpa menggigit bibirku?" Keluhnya.
"Hmm... maaf, bibir itu terlalu menggemaskan jadi aku tak tahan untuk menggigitnya sedikit" kataku.
Dia memukul lenganku karena tak setuju pada pernyataanku.

"Sshhh awwhh... awwhh.." ringisku merasakan pukulannya menjalar pada tanganku yang di perban.
"Apakah sakit? Maaf aku tak sengaja.. maafkan aku" dia bangkit dari tidurnya dan mengecek tanganku dengan khawatir.
"Sakit.." ringisku.
"Dimana yang sakit.. katakan padaku.." masih dengan raut wajah khawatir dan bingung menatap perban.

It's you, and only you (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang