Setelah naik wahana rumah hantu, keseruan Liana dan Leon terus berlanjut di bianglala. Meskipun Leon takut, dia berusaha menahan ketakutannya demi Liana. Saat bianglala berputar, Leon terus memegang erat tiang di sebelahnya, tapi tangan Liana yang menggenggamnya membuatnya merasa sedikit tenang.
"Jangan takut, Leon, ini tidak seram kok," Ucap Liana dengan lembut.
Leon membuka matanya perlahan dan melihat Liana yang cantik sedang menikmati pemandangan. Dia tidak bisa menahan senyumnya melihat kecantikan Liana.
"Apakah kamu selalu begini?" tanya Leon dengan lembut.
"Apa?. " Tanya Liana kebingungan
"Cantik dan manis kenapa kamu selalu muncul di pikiran ku Liana. " Ucap Leon lembut.
Liana terdiam sejenak, tak menyangka Leon akan mengungkapkan perasaannya. Tapi dia mencoba menjaga suasana dengan tertawa.
"Hahaha, kamu lucu, Leon," ucap Liana sambil tertawa.
"Aku sedang tidak bercanda Liana." Ucap Leon menatap Liana dengan tatapan serius.
Situasi canggung menyerang Liana, yang tidak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba, bianglala mereka berhenti, menandakan bahwa waktunya turun. Entah mengapa, Liana merasa bersyukur bahwa bianglalanya berhenti pada waktu yang tepat. Mereka pun keluar dengan suasana yang canggung saat mereka berjalan tiba tiba seseorang mendorong Liana hingga terjatuh ke tanah.
"Ah! Sakit!"
"Dasar cewek nggak tahu diri, sudah menggoda Leon, sekarang kencan sama Leon, dasar cewek murahan!" Teriak Tania, muncul dari kegelapan, melabrak Liana.
Leon, yang menyaksikan semua itu, merasa marah. Dengan cepat, ia mengepalkan tangannya dan menampar wajah Tania. "Apa-apaan kamu, Tania! Beraninya kamu! Apakah kamu menguntitku, dasar cewek gila!" ucap Leon, sebelum menggendong Liana dan membawanya pergi, meninggalkan Tania yang terdiam menangis karena tamparan yang didapatnya.
"Arghhhhhh! Kamu jahat, Leon! Semua gara-gara cewek murahan itu! Leonn!!" Teriak Tania, kehilangan kendali, diiringi tangisannya yang histeris.
Lagi lagi Tania di abaikan oleh Leon dan berakhir mempermalukan dirinya sendiri.
****
Leon dengan hati berdebar-debar menggendong Liana, sambil dikejar-kejar tatapan penasaran orang di sekitar, hingga mereka mencapai mobilnya. Dengan cemas Leon menurunkan Liana di depan mobil mereka. Tatapan-tatapan penasaran dari orang-orang di sekitar membuatnya merasa tidak nyaman, tetapi prioritasnya adalah memastikan Liana dalam keadaan baik.
"Apakah pergelangan tanganmu masih sakit? Kita ke rumah sakit ya!" ucap Leon penuh kekhawatiran.
"Tidak, ini hanya luka kecil Leon. Besok aku akan pergi ke tukang urut." Tolak Liana
"Kamu yakin tidak mau ke rumah sakit?"
"Iya, aku tidak apa apa," jawab Liana mantap.
Setelah itu, Leon memulai mesin mobilnya dan membawa Liana pulang dengan hati-hati karena cedera kakinya. Mereka mengakhiri kencan mereka dengan perasaan campur aduk.
"Maaf, gara-gara aku kamu terluka. Aku tidak tahu kalau Tania akan menguntit kita sampai di sana," ucap Leon penuh penyesalan.
"Tidak apa-apa, ini bukan salahmu kok. Aku senang bisa bersenang-senang hari ini," Liana tersenyum, menepuk pundak Leon. Saat ia tersadar ia kembali duduk, dengan salah tingkah. Leon merasa berdebar saat Liana menepuk pundaknya dengan senang. Dia merasa bahagia, menyadari bahwa momen ini akan menjadi kenangan yang tak terlupakan baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Guardian (On Going)
RomanceSetelah mendapat pembulian di sekolah lama, Liana pindah ke sekolah baru Kesuma Jaya. Liana pikir di sekolah baru dia dapat belajar dengan tenang. Tapi mirisnya, pembulian yang ia dapat malah semakin parah. Beruntungnya, Liana bertemu dengan Leonsky...