Kevin kembali setelah menjalani skors selama sebulan. Datang menantang Leon untuk bermain basket dengannya, dan tantangan itu tentu saja langsung diterima oleh Leon. Hal itu memicu kehebohan histeris di antara para murid yang menyaksikan pertandingan.
Leon berhasil mencetak 2 poin, sorak-sorai nama Leon menggema di lapangan. Semua yang menonton pertandingan itu yakin Leon akan menang.
"Sepertinya aku kalah kali ini, tapi tidak apa. Oh, akhir-akhir ini aku mendengar kamu dekat dengan seseorang ya? Leon Sky Wijaya?!" Ujar Kevin dengan senyum liciknya.
Leon menatap tajam Kevin, ingin sekali menghajarnya. Melihat reaksi Leon, Kevin semakin bersemangat untuk memancing amarahnya.
"Ternyata benar ya?! Baiklah, mari kita lihat dimana wanita yang memikat hati Tuan Leon ini!" Ucap Kevin, menengok ke arah penonton seakan mencari seseorang.
Leon semakin marah mendengarnya.
"Apa maumu?!" tanya Leon dengan penuh amarah. Ketika Kevin menunjuk ke arah seorang gadis di tribun penonton, Leon pun langsung melihat ke arahnya.
"Ah, ketemu. Apakah gadis culun seperti itu tipemu, Leon? Kurasa gadis seperti itu di rayu sedikit saja akan luluh! Apakah kau mau aku mencobanya?" Goda Kevin, menunjuk Liana yang duduk di sana.
Leon tidak bisa menahan diri lagi. Tangannya meluncur untuk menghajar Kevin. Leon memukul Kevin hingga tersungkur.
"Kau bilang apa tadi?!" Ucap Leon sambil terus menghajar Kevin.
"Hahaha, ayo pukul lagi! Banyak murid yang melihat, cukup bukti bahwa kau memulai pukulan terlebih dulu!" ancam Kevin.
"Dasar bajingan! Kau pikir aku takut?!" Leon terus melanjutkan serangannya.
Devan, Kay, dan Vero pun segera melerai dan menenangkan Leon.
"Leon, apa yang kau lakukan?! Kau bisa dihukum jika terus begini! Jangan terpancing emosi Leon, tenanglah!" ucap Devan menenangkan Leon.
"Hahaha, ayo pukul lagi, pukul lagi!" Kevin kembali mencemooh.
Leon hendak menghajar Kevin lagi, tapi dihalangi oleh teman-temannya.
"Sudah, Leon, jangan meladeninya. Tidak ada gunanya!" Kata Devan sambil menyerahkan Leon kepada Kay dan Vero untuk membawanya pergi.
"Aku peringatkan sekali lagi, jangan membuat masalah dengan kami! Jangan menganggu dengan sikapmu yang menyebalkan! Atau aku yang akan mengurusmu sendiri!" ancam Devan sebelum pergi.
Semua siswa di sana heboh, mencoba mencari tahu apa yang dikatakan Kevin sampai membuat Leon sebegitu marah.
Liana, yang melihat kejadian itu, kaget dan cemas dengan keadaan Leon. Mata mereka bertemu saat Leon meninggalkan lapangan.
Sementara di tengah lapangan, Kevin di bantu oleh teman-teman gengnya yang selalu mengikuti Kevin kemana pun.
"Sialan! Cepat kalian cari tahu anak culun yang di sukai Leon itu! "
****
Di pagi hari yang cerah, Liana terengah-engah berlari menuju gerbang sekolah, tetapi terhenti oleh seorang guru piket.
"Pak!" Serunya dengan napas tersengal-sengal, "maaf, saya terlambat."
"Saya maafkan Liana! Tapi hukum tetap berjalan! Kamu harus membersihkan lapangan sekolah baru bisa masuk kelas!" Tegur guru piket dengan tegas.
Liana berjalan lesu menuju lapangan sekolah dan mencari sapu. Saat hendak melaksanakan hukuman, Liana dikagetkan oleh Leon yang tiba-tiba muncul di belakangnya. Ternyata pria tengil itu juga dihukum karena terlambat.
Mereka pun menyapu dengan keheningan, tanpa sepatah kata pun. Tetapi Liana melihat Leon menyapu dengan arah yang berlawanan, membuat daun yang dikumpulkan Liana berserakan kembali.
"Kamu tahu cara menyapu tidak sih?" Tanya Liana kesal.
"Apa yang salah?" Sahut Leon bingung.
"Sudahlah, duduk saja, biar aku yang menyapu. Kamu malah membuat ini semakin lama!" Ucap Liana dengan nada kesal.
Leon yang mendengarnya kebingungan melihat Liana yang terlihat sensi. Tetapi tiba-tiba, Liana berteriak ketakutan saat melihat seekor kucing.
"Aaaaaaa! Kucing!" Serunya sambil melompat memeluk Leon dengan erat.
Leon, yang kaget dengan pelukan tiba-tiba itu, spontan menerima pelukan Liana dan menggendongnya. Hatinya berdetak kencang saat merasakan pelukan erat tersebut.
"L-Leon, usir kucing itu, cepat!" Pintanya Liana ketakutan dengan posisi yang masih di gendong oleh Leon.
Leon yang sadar dari lamunannya melihat ke arah kucing itu ia menelan ludah dengan susah payah. Pasalnya Leon sama dengan Liana, dia takut kepada kucing karena pengalamannya saat kecil. Leon pernah di gigit oleh seekor kucing hingga terluka.
"Leon, kenapa kamu diam saja!? Jangan bilang Kamu takut pada kucing?" Tanya Liana menyelidik.
"Hanya seekor kucing seperti itu, masa iya membuatku takut? Ck! Mana mung---- aaaaa!!!" Ucapan Leon terpotong dengan teriakannya saat melihat kucing itu mendekat ke arah mereka. Dia pun segera berlari terbirit birit dengan posisi masih menggendong Liana yang juga ketakutan.
Leon terengah-engah setelah berhasil menyusuri koridor sekolah yang sepi, dan menjauh dari lapangan serta kucing hitam putih lucu yang bahkan sama sekali tidak mengejarnya. Hentakan kakinya terhenti ketika tawa ceria Liana.
"Seorang Leon yang ditakuti semua siswa di sekolah, takut pada seekor kucing?" Ejek Liana sambil tertawa.
"Tidak takut, hanya kaget!" Sahut Leon sambil menurunkan Liana dan memalingkan wajahnya yang memerah.
Liana melanjutkan ejekannya dengan tawa yang menggema, membuat Leon semakin malu. Liana terus tertawa sambil menggoda Leon. "Ah, sungguh? Hahaha."
"Sudahlah," Ucap Leon jutek sambil berjalan menjahuinya.
"Yah marah? Aku hanya bercanda, maafin aku! Leon! Maaf!" Teriak Liana sembari mengejar Leon yang terus melangkah kedepan menjahuinya
"Leon, jangan marah!" Liana sembari berteriak.
Leon pun berhenti sejenak, ekspresinya menjadi sedikit lunak saat membalikkan kepala.
"Baiklah, tapi kamu harus membayar!" Ucap Leon dengan nada jutek, seperti anak kecil yang merajuk.
Liana kembali meledek Leon, tidak percaya dengan sifat asli Leon yang jauh dari citra dingin dan galak yang beredar di sekolah.
"Terserah!" Leon melanjutkan langkahnya dengan kesal.
"Aku hanya bercanda, bagaimana jika aku mengajakmu jalan-jalan besok malam Minggu? Aku yang traktir! Janji!" Usul Liana sambil menyela Leon.
Mendengar tawaran Liana, Leon merasa sangat senang. Senyum tipis terukir di wajahnya, meski tidak terlihat oleh orang lain. Dengan perasaan senang yang tak terbendung, ia mengangguk setuju. Leon berdebar senang dan tak sabar untuk menghabiskan waktu bersama Liana.
"Baiklah, aku terima tawaranmu. Tapi jangan GR! Aku hanya bosan di rumah! Karena itulah aku terima!" Ujar Leon dengan nada jutek, sambil memutar bola matanya.
Liana tersenyum puas. "Deal! Besok malam minggu aku akan mengabarimu."
Leon hanya mengangguk singkat sebelum melanjutkan langkahnya. Namun kali ini dengan sedikit senyuman yang terus terukir wajahnya. Apa ini yang dinamakan cinta monyet?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Guardian (On Going)
Storie d'amoreSetelah mendapat pembulian di sekolah lama, Liana pindah ke sekolah baru Kesuma Jaya. Liana pikir di sekolah baru dia dapat belajar dengan tenang. Tapi mirisnya, pembulian yang ia dapat malah semakin parah. Beruntungnya, Liana bertemu dengan Leonsky...