Bab 12 Liana Lestari Widayono, adalah kekasihku

68 11 5
                                    

Masih di hari yang sama.

Liana membawa buket bunga itu dengan Bella yang membantunya, membawa boneka melewati tangga sekolah dengan terengah-engah karena besarnya bunga dan boneka tersebut membuat mereka kesulitan membawanya ke kelas.

Saat mereka sampai di kelas, Leon menyambut mereka dengan senyuman bangga, menatap Liana seolah menunggu pujian dari sang kekasih.

"Huft! Capek Li! Besar banget bonekanya, berat pula. Siapa sih yang nagsih boneka sebesar ini? Bukannya dibawa sendiri!" Keluh Bella dengan kesal.

Liana hanya tersenyum lalu melirik ke arah Leon. Dia menyimpan boneka dan bunga itu di pojok sekolah dekat bangkunya, kemudian duduk di samping Leon dengan senyuman gemas, melihat Leon yang menatapnya seolah-olah menunggu pujian darinya.

"Sayang!" Panggil Leon dengan nada manja, mengedipkan matanya seperti anak kecil.

"Apa?" Jawab Liana.

"Ishh! Kok gitu, kamu nggak suka surprise dari aku?" Omel Leon dengan wajah sedikit cemberut.

"Tuh kan, benar dari kamu." Sahut Liana, mencubit pipi Leon dengan gemas.

Leon tersenyum lebar, bangga, menatap Liana. "Aku kan udah bilang, hadiah murah seperti itu nggak pantas diterima bidadari kayak kamu," Ucap Leon sambil mengelus pipi Liana.

"Apa sih, Hus hus," Jawab Liana, menutup mukanya malu.

"Pipi kamu merah, mirip sama bonekanya. Sama-sama imut," Sahut Leon sambil menoel pipi Liana dengan gemash. Sepanjang kelas, Leon selalu menempel kepada Liana seperti tidak mau berpisah, walau sedetik pun.

Sampai waktunya pulang, Leon mengantar Liana pulang. Dia sengaja membawa mobil hari itu karena tahu akan membawa sebuah boneka besar.

"Silakan masuk, Tuan Putri," Ucap Leon sambil membukakan pintu untuk Liana.

"Leon, kalau ada yang melihat, bagaimana?" Jawab Liana panik.

"Aman, sayang. Semua murid sudah pulang kok," Jawab Leon dengan santai.

"Leon?" Panggil seseorang tiba-tiba dari arah belakang.

Seketika Liana dan Leon menoleh ke belakang, takut mereka tertangkap basah. Untungnya, orang itu Devan, teman Leon. Mereka segera bernafas lega.

"Kalian sedang apa?" Tanya Devan, menatap mereka dengan aneh, kemudian melirik boneka yang ada di mobil Leon, kemudian menebak, menyadari sesuatu.

"Tunggu, kalian pacaran?" Ucap Devan kembali.

"Ah, itu kita," jawab Leon.

"Ya, kita pacaran," jawab Leon memotong ucapan Liana dengan santainya.

Liana yang kaget melotot ke arah Leon, lalu muncubit perut Leon. "Aww! Sakit, sayang," Goda Leon membuat Liana melotot sempurna, sementara Devan hanya terdiam menatap mereka lalu tersenyum.

"Ternyata benar, baiklah aku tidak akan mengganggu kalian. Dahh!" Ucap Devan, kemudian menancap gas motornya meninggalkan mereka.

"Kamu kenapa bilang kaya gitu," Omel Liana.

"Kenapa nggak salah, kok? Kamu kan memang pacar aku!" Ucap Leon kembali manja sambil memeluk Liana.

"Aaaa sudahlah, ayo kita pulang, nanti ada yang melihat lagi," ucap Liana, lalu segera duduk di mobil. Leon pun pasrah dan menutup pintunya, berjalan ke arah bangkunya kemudian menancap gas.

*****

Sepanjang hari itu, keromantisan antara Leon dan Liana semakin meningkat, dengan Leon menjadi lebih posesif. Kini, hubungan mereka telah diketahui oleh banyak orang terdekat, termasuk Bella dan teman-teman Leon yang awalnya kaget dengan hubungan mereka.

Cold Guardian (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang