Bab 17 kisah kelam keluarga Leon

58 10 3
                                    

Leon melangkah melalui kelas-kelas dan lorong-lorong yang dipenuhi siswa-siswa yang menatap mereka dengan ekspresi kaget. Bisikan-bisikan kecil terdengar di sekitar mereka, menciptakan suasana tegang di udara. Teriakan Liana yang meminta Leon untuk menurunkannya terus menerus mengiringi langkah mereka, memecah keheningan yang memenuhi koridor sekolah.

Tiba di atap gedung, Leon dengan lembut menurunkan Liana dari pundaknya. Wajah Liana memancarkan kemarahan yang tak terbendung saat ia menatap Leon dengan mata yang memancarkan api.

"Kamu gila ya!" Ucap Liana, suaranya terdengar penuh dengan kekesalan yang mendalam.

"Maafkan aku, sekarang jawab, kenapa kamu mengabaikanku?" Sahut Leon wajahnya penuh dengan kesedihan yang dalam, mencari pengertian dari Liana.

"Minggir, aku mau balik!" Ucap Liana, dengan tegas hendak pergi, namun langkahnya dihentikan oleh Leon.

"Jawab pertanyaanku dulu!" Tanya Leon dengan penuh kesungguhan.

"Kamu kenapa? Aku ada salah?" Tanya kembali Leon dengan nada kebingungan yang jelas terdengar dalam suaranya.

"Kamu masih pura-pura tidak tahu?" Sahut Liana, memalingkan wajahnya dengan penuh kekecewaan.

"Ya apa? Kalau aku ada salah, katakanlah, biar aku bisa introspeksi diri. Jangan diam seperti ini!" Leon mencoba mengungkapkan perasaannya dengan jujur.

"Tiga murid itu sudah memberitahuku semuanya," Jawab Liana dengan nada jutek yang menyiratkan kekecewaan yang mendalam.

"A-apa?" jawab Leon dengan suara tergagap.

"Sial, mengapa aku tidak menyuruh mereka untuk tetap diam!" gumam Leon dengan wajah yang penuh dengan kepanikan yang tak terbendung.

"Apa kamu mau berkilah lagi? Apakah kamu punya rahasia lain yang kamu sembunyikan?" Sahut Liana dengan nada kesal yang mendalam, merasa seperti di bodohi oleh Leon.

"Tidak i-itu," Jawab Leon dengan suara yang tergagap, tidak tahu harus memberikan jawaban apa.

"Masih saja berbohong, oke!" jawab Liana dengan nada kesal yang menusuk hati, kemudian hendak berjalan pergi, namun tangannya dihentikan oleh Leon yang memegangnya dengan penuh penyesalan.

"Baiklah, aku minta maaf Liana. " Sahut Leon dengan wajah sendu.

"Aku tidak pernah ingin lahir di keluarga seperti itu, aku hanya menginginkan sebuah keluarga yang normal. Aku tidak pernah mengharapkan harta atau status dari pria itu. Semua itu, semua yang dia lakukan demi mencapai status itu, telah mengakibatkan kematian ibuku. Ibuku, sepanjang hidupnya, hanya ingin bertemu dengan ayah, menghabiskan waktu bersama ayah. Tetapi karena status dan kekayaan itu, demi mencapai itu semua, ayah tidak pernah menemui aku dan ibu sampai akhir nafas ibuku. Ayah hanya mementingkan pekerjaannya. Aku tidak bermaksud menyembunyikan itu darimu, Liana! Aku benci memiliki nama dari pria itu, aku benci semua itu! A- aku tidak pernah mengharapkan dilahirkan ke dalam keluarga seperti itu," Ucap Leon dengan suara yang gemetar, dan air mata mulai mengalir deras dari matanya.

Liana yang mendengarnya merasa bersalah kepada Leon ia langsung memeluk Leon dengan erat, ikut menangis mendengar cerita Leon yang penuh dengan tragedi. Ternyata, Leon memiliki sisi kelam di keluarganya yang begitu menyakitkan.

"A- aku hanya punya kamu, semenjak ibuku pergi, aku tidak pernah merasakan bahagia seperti saat aku bersamamu! Jangan! Jangan tinggalkan aku, Liana! Aku janji aku tidak akan pernah berbohong kepadamu," Ucap Leon dengan tangisan yang sangat deras, menggenggam erat tangan Liana dengan gemetar, seakan takut jika Liana pergi meninggalkannya.

"Stop jangan bilang seperti itu Leon, tidak ada yang akan meninggalkan mu, aku akan tetap di sampingmu! " Sambung Liana mengusap wajah Leon dengan lembut.

Cold Guardian (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang