Bab 16 berantem

59 10 6
                                    

"Liana!" Teriak Bella, ditemani Serra, berlari dan memeluk Liana dengan erat, merasa bersalah setelah mengetahui masalah yang dialami Liana kemarin.

"Liana, kamu gak apa-apa, kan?" Tanya Bella dengan wajah khawatir.

"Maafin kita ya, Li. Kamu difitnah sama mereka, dan kita malah nggak ada di samping kamu," Sambung Serra, merasa bersalah kepada Liana.

"Aku baik baik saja kok," Jawab Liana menenangkan teman-temannya.

Bella yang merengek memeluk Liana diikuti Serra, mereka berdua masih merasa bersalah kepada Liana karena tidak ada saat Liana membutuhkan mereka, tetapi Liana menepuk pundak kedua sahabatnya itu menenangkan mereka dengan lembut, Liana merasa sangat beruntung mempunyai teman yang sangat baik seperti Serra dan Bella, mereka bertiga berpelukan dengan sangat erat.

Namun, rasa penasaran Liana mulai muncul saat dia bertanya, "Memangnya kalian kemarin kemana? Kenapa tidak memberi tahu ku?" Tanya Liana penasaran.

Bella pun menjelaskan bahwa kemarin Serra tiba-tiba merasa sakit pada punggungnya dan kemudian ia mengantarnya ke rumah sakit, dan setelahnya saat pulang Serra meminta Bella untuk menemaninya sehingga mereka berdua tidak masuk sekolah.

"Benarkah? Ser, gimana hasilnya? Punggung kamu masih sakit?" Tanya Liana khawatir, karena punggung Serra, begitu juga karena melindungi dirinya.

"Kamu tidak tahu, Li? Bukannya kemarin Serra sudah mengabari kamu?" Tanya Bella dengan wajah heran.

"Liana, maaf ya, aku lupa menghubungimu kemarin," Ucap Serra dengan wajah menyesal.

Liana pun mengangguk memaklumi, tetapi tetap merasa khawatir tentang kondisi punggung Serra.

Mereka pun kembali ke tempat duduk masing-masing dengan Serra yang berpindah ke belakang, di bangku milik Leon agar bisa menemani Liana, karena Leon tidak masuk hari itu, bahkan Kay, Vero, dan Devan juga ikut tidak masuk.

Suasana kembali tenang hingga pelajaran dimulai dan berakhir dengan bel sekolah yang berbunyi menandakan waktu istirahat. Saat Liana dan teman-temannya hendak ke kantin, suatu kejadian kembali menyoroti Liana, membuat semua murid kembali heboh.

Ternyata, tiga siswa yang kemarin memfitnah Liana datang kembali. Dengan sigap, Bella dan Serra memasang badan untuk sahabatnya.

"Mau apa kalian kesini?" Tanya Bella dengan nada sedikit tajam.

"Kami hanya ingin meminta maaf kepada Liana," Ucap salah satu murid itu, kemudian mendekati Liana.

"Maafkan kami, Liana, karena telah memfitnahmu. Kami tidak tahu bahwa Leon adalah anak dari Dirgantara Wijaya," Jelas murid lainnya.

"Benar! Kami salah paham tentang dirimu. Pantas saja SkyVictory melindungimu karena kamu adalah kekasih Leon!" Tambah murid lainnya.

Liana, yang mendengar, tidak bisa menyembunyikan ekspresi kebingungannya. "SkyVictory Leon?" Pertanyaan itu jelas terlintas di pikirannya.

"Maksud kalian apa, Leon?" Tanya Liana bingung.

"Apakah kamu tidak tahu? Jika Leon adalah anak dari Dirgantara Wijaya, pemilik perusahaan SkyVictory, seseorang yang sangat berpengaruh di kota ini," Jelas murid itu.

Semua orang di kelas itu terkejut mendengarnya, termasuk Bella, Serra, dan Liana, yang tak bisa berkata-kata. Mereka sangat terkejut dengan apa yang didengarnya. Ternyata, Leon bukanlah orang biasa, dan Liana kagum dengan kemampuannya menyembunyikan hal sebesar itu darinya.

*****

Leon yang terlihat sangat senang dengan senyuman lebar menatap paperbag yang di bawanya, tetapi senyuman itu seketika buyar karena teriakan dari Kay.

Cold Guardian (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang