"Leon, kamu di mana? Hiks, sakit!" Ucap Liana dengan tangisan tersendu-sendu, suara terputus-putus oleh kepedihan yang ia rasakan. Hatinya hancur karena merasa sendirian dan terluka, mengharapkan kehadiran Leon orang yang ia cintai.
Liana terus menerus menangis namun tiba-tiba sebuah suara terdengar, "Hentikan!" Teriak seseorang.
"Leon?" Liana menoleh, berharap Leon datang, tetapi sebaliknya yang ia lihat ternyata Devan dan teman-temannya, Kay dan Vero, datang menolongnya.
"Jika kalian mengganggu Liana lagi, aku tidak akan segan untuk berurusan dengan kalian!" Ucap Devan dengan emosi yang menggebu-gebu, kemudian menggendong Liana dan berjalan meninggalkan kerumunan menuju UKS sekolah, diikuti oleh Kay dan Vero. Namun, mereka berdua menatap Devan dengan aneh, merasa bahwa reaksi Devan terhadap Liana terlalu berlebihan.
Devan menurunkan Liana di ranjang UKS, dengan Liana yang masih menangis dengan tatapan kosong.
"Liana, kamu baik-baik saja? Ada yang terluka?" Tanya Devan dengan nada khawatir, sementara Kay dan Vero ikut mengamati dengan wajah yang penuh kekhawatiran.
"Aku tidak apa apa Devan, bisakah kalian keluar? Aku ingin sendiri." Ucap Liana dengan tatapan sedih.
"Baiklah," Ucap Devan, diikuti dengan anggukan dari Kay dan Vero.
"Jika kamu butuh apa-apa, panggil kami saja, Li," Tambah Kay, disambut dengan anggukan ringan dari Liana. Kemudian mereka berdua meninggalkan ruangan, meninggalkan Devan yang masih berdiri di sana.
"Maaf Li, Maaf kalau yang datang bukan orang yang kamu harapkan," Ucap Devan dengan nada sendu.
"Apakah wajahku terlihat seperti itu?" Ucap Liana dengan ekspresi sedih.
"Ya, " Balas Devan masih menatap sedih ke arah Liana.
"Maafkan aku Devan, padahal kamu sudah menolongku. " Jawab Liana.
"Tak apa, aku mengerti, sebentar lagi dia akan datang jadi tenanglah. " Ucap Devan dengan senyuman lembut lalu pergi keluar meninggalkan Liana sendiri.
"Datang? Dia bahkan mengingkari janjinya! " Ucap Liana dengan air mata yang mulai keluar terus menerus, ia sangat merindukan Leon, dan terus berharap Leon akan datang memeluknya dengan hangat seperti biasanya.
"Kamu pembohong, Leon! Di mana kamu? Aku terluka, kepalaku sakit, Leon! Apakah kamu tidak marah? Kamu selalu marah jika ada yang menyakitiku! Lalu, di mana kamu sekarang?" Gerutu Liana, Dengan air mata yang terus mengalir. Tetapi, terdengar suara seseorang yang memprotes ucapan Liana.
"Aku tidak pernah berbohong, Liana," Ucap Leon dengan suara lembut.
Liana yang mendengarnya langsung menoleh ke sumber suara itu tangisannya langsung pecah saat melihat kekasih yang ia tunggu dan rindukan datang, ia berdiri dengan cepat memeluk Leon dengan erat sembari terus menangis.
"Kamu darimana saja! Apakah kamu tidak merindukanku! Kamu jahat Leon! " Ucap liana dengan nada marah dengan terus menerus menangis.
"Maaf aku telat, apakah kamu terluka? Apakah ada yang sakit? " Balas Leon dengan lembut memeriksa keadaan Liana dengan ekspresi khawatir.
"Rambut ku sakit! Dan tanganku, kaki ku juga! " Ucap Liana dengan bibir cemberut dan terus menangis sembari menujukan semua bagian tubuhnya yang sakit kepada Leon, seperti anak kecil yang mengadu kepada ayahnya.
"Maaf, maaf Liana, apakah sakit? Kita ke rumah sakit sekarang ya?" Balas Leon dengan nada panik memegang lembut tangan kekasihnya kawatir jika ia memegangnya terlalu erat dan membuat kekasihnya kesakitan.
"Nggak aku cuma mau di peluk! Jangan pergi lagi! " Sentak Liana lalu kembali memeluk erat Leon.
"Baiklah, maafkan aku ya sayang. " Balas Leon sembari mengusap wajah Liana dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Guardian (On Going)
RomanceSetelah mendapat pembulian di sekolah lama, Liana pindah ke sekolah baru Kesuma Jaya. Liana pikir di sekolah baru dia dapat belajar dengan tenang. Tapi mirisnya, pembulian yang ia dapat malah semakin parah. Beruntungnya, Liana bertemu dengan Leonsky...