بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠
___________________"What?"
Keyra membulatkan mata, terkejut melihat makanan yang memenuhi meja mereka.
"Ini buat kalian berdua?" tanyanya, menganga tak percaya.
Di atas meja, ada dua mangkok mie ayam, satu mangkok bakso, dua nasi goreng, satu piring batagor, dua es teh, dan satu jus 𝘈𝘷𝘰𝘤𝘢𝘥𝘰.
"Iya, kenapa?" Bella bertanya sambil mulai menyantap baksonya.
"Buset," Keyra mengernyit.
"Sanggup bayar gak?" tanya Dela.
"Kalian mau bikin gue bangkrut?"
"Haha, salah sendiri dukung kelas sebelah. Iya gak, Bel?"
"Yoi," Bella setuju.
Keyra menghela napas, pasrah, lalu mulai menyeruput jus 𝘈𝘷𝘰𝘤𝘢𝘥𝘰-nya sambil menatap malas dua sahabatnya.
"Besok bikin taruhan lagi, ya?"
"Boleh tuh, lumayan bisa makan gratis."
"Mau ke mana?" Dela bertanya saat melihat Keyra berdiri.
"Toilet, perut gue mules lihat kalian makan."
"Jangan nyoba kabur, kasihan Bella nanti disuruh cuci piring."
Keyra memutar bola matanya malas dan meletakkan uang seratus ribu di atas meja.
"Nih."
"Widih, merah bre."
"Menyala abangkuh."
"Tidak padam kakanda," sambung Dela.
Mereka berdua tertawa terbahak-bahak. "Bahagia bener," celetuk Keyra.
"Kembaliannya ambil aja," lanjutnya, lalu berjalan keluar kantin.
"Wow, thanks Key!" teriak Bella, "Mbak, tambah mie ayamnya satu!"
"Siap neng."
Dela menatap Bella dengan tidak percaya.
"Yang bener aja."
"Rugi dong," Bella menjelaskan.
"Dih, lo makannya banyak amat, Bel. Ntar gendutan mau?"
"Gak sadar diri, butuh cermin dek?"
Setelah keluar dari toilet, Keyra tak sengaja melihat seorang murid yang sedang memanjat tembok di bagian belakang sekolah. Gadis itu menyipitkan mata.
"Cakra? Dia bolos? Parah sih," monolognya.
*****
Suara bacaan Al-Quran mengalun lembut dari ruang tamu, menyelimuti sore yang tenang dengan nuansa spiritual. Toni, bocah 10 tahun dengan semangat yang berapi-api, sibuk menghafal ayat-ayat suci.
"Tabbat yadaa abii lahabiw wa tabb."
"Sayaslaa naaran żaata lahab," lanjut Toni, namun langsung dikoreksi oleh Raya, ibu Toni dan Keyra yang tengah tekun dengan mesin jahitnya.
"Maa agnaa 'an-hu maaluhụ wa maa kasab," Raya membenarkan dengan lembut, tangannya masih sibuk dengan benang dan jarum.
Toni mendengus, frustrasi. Sudah berkali-kali ia mengulang ayat tersebut, namun tetap saja terbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRA KEEGAN TARIQ (Revisi)
Teen Fiction"Hatiku yang memilihmu, dan penggeraknya adalah sang Pencipta," kata Cakra. "Saya yakin, kamu adalah yang terbaik dari sebaik-baiknya wanita di luar sana," lanjutnya.