CKT 13.

1.3K 41 1
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠
_____________________

"Bunda udah gak sayang sama gue!" Keyra menangis dengan seakan-akan dunia sedang berakhir.

Cakra akhirnya paham kenapa Keyra terisak. Ternyata, Keyra mengartikan maksud ibunya secara salah. Ia tidak menyangka gadis ini begitu mudah meneteskan air mata. Cakra kira Keyra adalah tipe yang tahan banting.

"Kata siapa? Semua orang tua pasti sayang anaknya, termasuk ibumu," ujarnya, mencoba memberikan pengertian.

"𝘈𝘱𝘢 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘶𝘢 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬?" pikir Cakra sambil merenung.

"Buktinya dia larang gue balik ke rumah. Dia udah gak mau tinggal sama gue lagi," Keyra kini tampak seperti boneka rusak, sangat rapuh.

Cakra berpikir sejenak, melihat pundak Keyra yang bergetar, hatinya sedikit terenyuh. Ia memberanikan diri untuk menarik Keyra ke dalam pelukannya. Gadis itu sama sekali tidak melawan. Tubuhnya terasa hangat dan nyaman dalam dekapan Cakra.

"Keyra, tanggung jawab ibumu sekarang berpindah ke saya. Dia nyuruh kamu tinggal sama saya bukan karena dia gak sayang, tapi karena dia mau kamu penuhi kewajiban sebagai istri," kata Cakra dengan lembut, mencoba menenangkan Keyra.

Setelah beberapa saat, Cakra melepaskan pelukannya dan menatap wajah Keyra yang masih basah oleh air mata.

"Udah masuk waktu sholat, wudhu dulu. Kita sholat bareng-bareng," ajak Cakra.

Keyra hanya mengangguk dan melangkah ke kamar mandi dengan wajah yang muram. Setelah itu, Cakra mengikuti untuk mengambil air wudhu. Ketika ia keluar dari kamar mandi, ia mendapati Keyra masih belum mengenakan mukena dan sibuk dengan HP-nya.

Cakra mendekat dengan mukena di tangannya. Tanpa sengaja, matanya tertumbuk pada isi chat Keyra yang membuat hatinya bergetar, dan ia yakin itu adalah Reza.

"Pakai," ucapnya dengan suara yang berusaha tetap tenang meski hatinya bergejolak.

Tanpa banyak bicara, Cakra memakaikan mukena pada Keyra dengan hati-hati, menghindari agar kulit mereka tidak bersentuhan. Keyra menaruh HP-nya di atas nakas dan sedikit merapikan rambutnya yang berantakan.

"𝘊𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬," lirih Cakra dalam hati, mengagumi betapa anggunnya Keyra meski dalam kesederhanaan mukena.

Namun, keindahan momen itu segera pecah oleh pernyataan Keyra.

"Jangan berharap lebih dari pernikahan ini. Gue gak cinta sama lo," kata Keyra dengan nada yang dingin.

Cakra menatap Keyra dalam-dalam, mencoba mencari sisa-sisa cinta yang mungkin tersembunyi di balik matanya yang indah.

"Saya juga gak cinta sama kamu."

*****

Keyra menuruni tangga dengan wajah yang tampak lelah dan ngantuk. Rumah itu masih menyisakan sedikit kekacauan dari acara pernikahannya kemarin. Dengan rambut yang tergerai indah, ia melangkah menuju dapur di mana Winda dan Raya sibuk menyiapkan sarapan di meja makan.

Keyra melirik sekeliling, menyadari bundanya belum pulang. Dengan malas, ia duduk di kursi, menopang wajahnya dengan satu tangan, lalu memejamkan mata sejenak. Winda melihatnya dan membalas dengan senyuman lembut.

Tak lama kemudian, Ismail datang dan meramaikan suasana di dapur.

"Suami kamu mana, Key?" tanya Raya, sambil tersenyum.

CAKRA KEEGAN TARIQ (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang