بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠
____________________Keyra berguling malas di kasur king size-nya, asyik dengan ponselnya. Senyumnya mengembang, lalu sedikit cekikikan ketika pesan manis muncul di layar.
"Aduh, manis banget sih," gumamnya pelan, hati berdebar seperti remaja yang baru pertama kali jatuh cinta.
Namun, kebahagiaan itu buyar ketika pintu kamar terbuka. Bunda Keyra, Raya, masuk tanpa mengetuk, duduk di tepi kasur.
"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri kayak orang kena pelet?" tanya Raya penasaran, dengan alis terangkat.
Keyra hanya mengangkat bahu, masih terpaku pada layar.
"Bjnda kayak gak pernah muda aja," godanya ringan, mencoba menyembunyikan senyum nakalnya.
Raya menghela napas dalam-dalam, terlihat seperti sedang mempersiapkan sesuatu yang berat.
"Bunda mau ngomong serius," ucapnya dengan nada hati-hati, seperti mencoba mengukur reaksi Keyra.
"Hm, ngomong aja," jawab Keyra santai, masih sibuk dengan dunianya sendiri.
Raya menarik napas panjang sebelum akhirnya melepaskan bom yang sudah dia tahan-tahan.
"Bunda dan tante Winda mau menjodohkan kamu sama Cakra."
"Hah?"
Keyra spontan bangun dari tidurnya, ponsel hampir jatuh dari tangannya. Matanya membulat, menatap ibunya dengan ekspresi terkejut yang tidak bisa disembunyikan.
"Yang bener aja, Bun? Ini serius?" tanyanya, berharap itu hanya lelucon tidak lucu.
Raya menatap putrinya dengan tatapan penuh keyakinan.
"Ini bukan bahan bercandaan, Keyra. Dan ini bukan tawaran, tapi keputusan."
Keyra merasakan gelombang panas menjalar ke seluruh tubuhnya.
"Bunda apa-apaan sih?! Gak bisa kayak gini dong!" protesnya keras, suara penuh dengan kebingungan dan ketidakpercayaan.
"Bunda tahu yang terbaik buat kamu, Keyra," jawab Raya dengan nada yang lebih lembut, tapi tetap tegas.
"Cakra itu laki-laki yang baik," lanjutnya.
Keyra tertawa sinis.
"Laki-laki baik? Bunda cuma liat dari luarnya aja. Cover doang yang terlihat baik, siapa yang tau isinya?" balasnya skeptis, masih sulit menerima kenyataan.
Raya menatap Keyra dengan penuh kesedihan.
"Keyra-," ia mencoba memulai pembicaraan dengan lembut, namun dipotong oleh keberanian Keyra.
"Aku punya pacar," seru Keyra dengan suara tegas, berusaha mempertahankan posisinya.
"Pacar? Keyra, Bunda gak nge izinin kamu pacaran lagi," ucapnya.
Raya menghela napas panjang lagi, kali ini lebih dalam.
"Kamu gak ingat pacar kamu yang dulu? Laki-laki yang bikin kamu trauma setengah mati itu?" tanyanya, nada suaranya berubah menjadi lebih serius.
Wajah Keyra seketika berubah. Ada luka lama yang tiba-tiba terbuka, tapi dia mencoba bertahan.
"Gak semua cowok kayak dia," jawabnya tegas, walau suaranya sedikit bergetar.
"Keyra pengen sembuh, Keyra yakin gak semua cowok seberengsek dia," tambahnya.
Raya menatap putrinya dengan tatapan iba tapi penuh tekad.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRA KEEGAN TARIQ (Revisi)
Teen Fiction"Hatiku yang memilihmu, dan penggeraknya adalah sang Pencipta," kata Cakra. "Saya yakin, kamu adalah yang terbaik dari sebaik-baiknya wanita di luar sana," lanjutnya.