CKT 11.

1.2K 43 1
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠
_________________

"Cakra, bisa kamu ceritakan apa yang buat kamu yakin dengan Keyra?" tanya Zainal dengan penuh perhatian, membuat Keyra menoleh ke arahnya dengan mata yang sedikit membulat.

Cakra mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab, suaranya sedikit bergetar namun penuh keyakinan.

"Keyra, adalah perempuan yang luar biasa. Dia cerdas, baik hati, dan memiliki kepribadian yang kuat. Saya percaya kami bisa saling mendukung nantinya," katanya, jelas hanya karangan semata. Aslinya, ia belum terlalu mengenal gadis yang bernama Keyra itu.

"𝘈𝘯𝘫𝘢𝘴 𝘨𝘶𝘦 𝘭𝘶𝘢𝘳 𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢, 𝘤𝘦𝘳𝘥𝘢𝘴? 𝘛𝘶𝘩 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘶 𝘤𝘦𝘳𝘥𝘢𝘴 𝘨𝘢𝘬 𝘴𝘪𝘩, 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘺𝘢𝘬 𝘨𝘶𝘦 𝘥𝘪 𝘣𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘤𝘦𝘳𝘥𝘢𝘴, 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘩𝘢𝘵𝘪? 𝘠𝘢 𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘪𝘩,𝘨𝘶𝘦 𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘩𝘢𝘵𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘶𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨."

Keyra berceloteh dalam hati dengan mata yang menatap tak suka pada Cakra.

"Keyra, gimana menurut kamu?"

Zainal menoleh padanya dengan penuh harapan.

"A-apa, Om?" tanya Keyra, terlihat sedikit bingung dengan pertanyaannya.

Fahri menyentil kening Keyra dengan isyarat agar dia menyadari situasi yang sedang terjadi. Sang empu meringis kesakitan dan melempar tatapan permusuhan pada Fahri.

"Menurut lo calon suami lo ini gimana?" goda Fahri, tanpa ampun.

"Calon suami..."

Keyra terdengar semakin bingung. Jujur saja ia tidak tau harus menjawab apa, ia sama sekali tak mempersiapkan diri untuk pertanyaan ini sebelumnya.

"Iya, Keyra. Kamu menerima khitbah ini kan?" sela Ismail dengan ekspresi serius.

"Khitbah..."

Keyra semakin terdiam, terlihat kebingungan yang begitu jelas.

"Lo otaknya berapa GB sih?" gerutu Fahri, dengan sedikit kesal.

"Tentu Keyra terima dengan senang hati," sela Raya dengan senyum jahil pada Winda, mencoba menyelamatkan situasi.

"Tapi, bun, Keyra-"

Namun, belum sempat Keyra menyelesaikan protesnya, bundanya sudah menatapnya dengan pandangan yang bisa membuat gunung meleleh. Keyra terdiam, mulutnya membeku seperti baru disihir.

Dalam hati, Keyra tahu ia terpojok. Di satu sisi, dia tak ingin menikah dengan seseorang yang nyaris tak ia kenal. Namun, di sisi lain, wajah lelah ibunya yang telah bertahun-tahun berjuang untuknya seolah memberi isyarat bahwa mungkin, hanya mungkin, ini adalah jalan terbaik.

Setelah menarik napas panjang yang terasa seperti seabad, Keyra akhirnya mengangguk pelan, seolah menelan batu kerikil.

"Iya, Keyra setuju."

Ruangan itu mendadak dipenuhi dengan rasa lega yang mengalir dari setiap sudut. Winda tersenyum lega, Zainal menatap Keyra dengan bangga, dan Cakra... Cakra, sedikit merasa senang. Ingat ya, hanya sedikit. Keyra menerima khitbahnya-meski hati Keyra sendiri masih terselubung kabut.

*****

Hari ini adalah hari Minggu, sebuah hari yang kebanyakan orang jadikan kesempatan untuk bersantai dan bersenang-senang. Tidak terkecuali Keyra, yang sudah membuat janji dengan Reza untuk pergi berkencan. Namun, ada satu masalah besar yang menghalangi rencananya: bundanya yang sangat ketat dalam menjaga dan melarangnya untuk keluar rumah.

CAKRA KEEGAN TARIQ (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang