بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠
______________________Keyra mengangkat bahu dengan sikap agak acuh.
"Ya," jawabnya singkat, sembari mengutak-atik benda pipih di tangannya.
Raya menghela napas dalam-dalam, berusaha menjaga ketenangan. Dia paham bahwa nasihatnya tidak selalu diterima dengan baik. Sebagai seorang ibu, dia tetap bertekad untuk memberikan arahan dan bimbingan terbaik untuk Keyra.
"Dalam hidup, kita semua belajar dari pengalaman dan kesalahan kita sendiri. Bunda cuma berharap kamu bisa buka hati dan pikiranmu buat nerima nasihat dari orang-orang yang peduli sama kamu. Tapi terserah, keputusan akhirnya ada di tangan kamu," kata Raya dengan nada pasrah.
Keyra merenung sejenak, melihat ekspresi Bundanya yang menunjukkan sedikit kekecewaan. Dia mulai menyadari bahwa Bundanya hanya ingin yang terbaik untuknya. Dengan rasa penyesalan, Keyra menggigit bibirnya dan berkata.
"Iya, Bun... maafin Keyra," ucapnya.
Namun, Raya memilih untuk diam, memberikan ruang bagi Keyra untuk merenung lebih dalam.
Winda, yang sedari tadi hanya mendengarkan, merasa perlu untuk menyuarakan pendapatnya sebagai orang yang lebih tua. Dengan nada lembut, dia mencoba memecahkan keheningan di antara mereka.
"Dengerin Bunda kamu, Keyra. Dia cuma mau yang terbaik buat kamu. Kadang kita terlalu fokus pada pandangan kita sendiri dan sulit melihat kebenaran yang lebih besar. Coba pertimbangin nasihat orang lain," kata Winda dengan penuh pengertian.
Keyra menatap Winda dengan ekspresi terkejut. Dia tidak mengharapkan Winda ikut campur, tetapi kata-kata Winda membuatnya mulai merenung.
Melihat Keyra yang masih terdiam, Winda memutuskan untuk mengalihkan topik agar suasana lebih ringan. Dia mencoba menciptakan kembali suasana yang lebih santai.
"Ngomong-ngomong, anak tante juga sekolah di sana, kelas dua belas sama kayak kamu," ujar Winda dengan senyum ramah, mencoba mengalihkan perhatian Keyra dari perasaan tertekan yang masih ada.
Keyra mengubah posisi duduknya, wajahnya tiba-tiba cerah, "Cewek apa cowok, Tante?"
Winda menjawab, "Cowok."
Keyra menyusutkan ekspresi wajahnya, "Ah, kirain cewek. Baru juga mau ngajak main."
Winda tersenyum geli melihat reaksi Keyra. "Loh, emangnya kenapa kalau cowok?"
"Kalau cowok kan susah ngajak kenalannya. Ntar aku dicap cewek kecentilan lagi," ujar Keyra sambil mengernyitkan dahi dan memijat ponsel yang ada di tangannya.
Winda tertawa kecil.
Raya juga ikut tersenyum, tampak mulai tertarik dengan obrolan ringan mereka
"Eh, anaknya Tante Winda ganteng loh, udah gitu soleh lagi," tambah Raya dengan antusias, "Namanya siapa lagi, Win?" tanyanya menatap Winda.
Winda dengan bangga menjawab, "Cakra," sambil setengah berbisik.
"Nah iya, Cakra," timpal Raya.
"Cakra?"
Keyra bertanya, mengangkat alisnya dan melirik ke arah kiri seolah mencoba mengingat cowok bernama Cakra yang baru saja dia temui.
"Tante gak salah, nama anak tante beneran Cakra?" tanyanya, memastikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRA KEEGAN TARIQ (Revisi)
Novela Juvenil"Hatiku yang memilihmu, dan penggeraknya adalah sang Pencipta," kata Cakra. "Saya yakin, kamu adalah yang terbaik dari sebaik-baiknya wanita di luar sana," lanjutnya.