BAB 08

51 3 0
                                    


BRAK.....

"astagfirullah"

"ANAK AYAM! Eh anak ayam!!"

"AAAA AAAAA.......! "

Gdbuk.....

"Anj**, sstttt"

Para murid sontak saja latah berjamaah kala ada yg tiba tiba mendobrak pintu dengan keras, bahkan sampai ada yg terjungkal dari duduk nya sendiri sangkut terkejutnya.
Sedangkan pelaku? Ia malah seolah tak punya salah apa apa dan langsung berlari menuju bangku Mora tanpa raut bersalah sama sekali

"MORAAAAA!!!" teriak Diva harus berlari menuju bangku sang shabat

"Heh, Diva lo kalo mau masuk itu ucap salam, bukannya malah dobrak pintu kayak gini. Kita semua kaget tau, untung aja gue gak punya penyakit jantung kalo enggak dah koid dah gue" omel Anhar menatap Diva dengan garang

"Bodo, yg biawak diam aja. Lagian suka suka gue lah mau masuk dengan cara apa, sirik ae lo jadi biawak" sinis Diva menanggapi omelan Anhar

"Dih, dibilangin malah nyolot" ucap Anhar

"Berisik" Dingin Mora yg terganggu tidurnya. Apa para manusia ini tidak tahu bahwa saat ini Mora sedang sangat mengantuk. Ck, ini semua akibat karena gara gara masalah sialan itu yg membuat Mora jadi begadang semalaman.

"Hehe~Mora sayaangggg. Maacih ya tas nya. Aku suka banget tau~ emang cuma Mora deh sahabat aku yg paling perhatian" ucap Diva sambil memeluk Mora dengan gemas. Bahkan sesekali ia melirik Agnes dengan tatapan menyindir yg di balas tatapan bodo amat saja oleh Agnes

"Hmm" dehem Mora menanggapi, ia hanya membiarkan saja perlakuan sahabatnya itu karena saat ini ia benar benar lemas dan mengantuk

"Tapi Mor, kamu beli tas itu di mana? Karna pas aku cari cari di mana puns tokonya selalu abis dan gak di produksi lagi" tanya Diva heran bercampur penasaran

"Gk sengaja dapet" jawab Mora cuek, dengan mata yg sudah tertutup

"Emang bisa gitu ya?" ucap Diva tambah heran. Pasalnya semua barang rancangan vier hanya 10 biji saja yg di produksi, makanya barang barang itu menjadi barang limited edition dan sangat di cari cari

"Hmm" dehem Mora lagi, nampaknya dia sudah mulai masuk ke alam mimpinya apalagi kini ia terlihat tidur dengan nyaman

"Pst.. Har, lo tau gak sih mereka lagi ngomongin apa?" bisik Ridho pelan di telinga Anhar

"Ya mana tau gue, orang mereka bicara aja pake bahasa Alien" jawab Anhar acuh

"Bar lo tau gak si Mora ama si Diva lagi bahas apaan?" tanya Ridho lagi pada Bara karena dirinya tak mendapatkan jawaban dari Anhar

"Tas M.R" jawab Bara singkat

"Hah?!" heran Ridho tak mengerti dengan apa yg di ucapkan oleh Bara. Dan ia hanya mendapat diam nya Bara tanpa mau sang empu menjelaskan lebih dalam

"Wkwkw, lo sih. Ngomong kok sama kulkas, ya gak nyampe lah orak lo memprosesnya dasar goblok" ledek Anhar menahan tawanya agar tak terlalu keras

"Padahal gue nanya nya baik baik loh, dan responnya malang gini. Hadeh, gini nih kalo punya sahabat yg dinginnya spek kulkas tujuh pintu" ucap Ridho menghela nafas kasihan pada nasibnya sendiri

"MFth.....mereka lagi bicarain tentang tas M.R, lagian ngapain sih lo penasaran gitu sama yg para cewek bicarain" jelas Rival sabar juga menahan tawa nya agar tidak keluar

"Tas M.R. tas M.R?" heran Ridho yg masih belum konek

"Maksud lo tan M.R dan dengan desainer vier yg misterius itu?!" seru Anhar terkejut

"Hmm" dehem Rival membenarkan

"Anjir itu tas langka cok!! Mama gue aja sengit banget nyariin tu tas merk M.R ampe gak masak lagi di rumah gue sangking sibuknya berburu itu tas!!" lanjutnya lagi tak menyangka

"Lah trus kalian makannya gimana" tanya Rival

"Ya terpaksa lah para maid yg masak, soalnya mama gue sibuk banget" ucap Anhar mengerucutkan bibirnya sebal kala mengingat memory itu lagi

"Apaan sih? Kalian lagi bahas apa? Gue gak ngerti sama sekali" ucap Ridho yg terlihat sangat frustasi

Ting...
Ting...

Tiba tiba nontivikasi di ponsel Bara dan Rival berbunyi secara bersamaan, yg membuat perdebatan itu terhenti. Mereka berdua sama sama mengecek apa yg baru masuk di ponsel mereka itu

"Markas" singkat Bara langsung berdiri dari posisinya dan langsung berjalan ke luar kelas

"Markas sekarang, ada rapat dadakan" intruksi Rival yg juga beranjak ikut meninggalkan kelas mereka itu.

Setelah mendengar intruksi dari Rival, seketika wajah Anhar dan Ridho langsung berubah menjadi serius, tak ada lagi wajah konyol mereka yg tadi seolah ekspresi itu tak pernah ada. Tak menunggu waktu lama, Anhar dan Ridho juga ikut meninggalkan kelas menuju markas mereka

   Mora menatap 4 orang laki laki yg keluar dari kelas mereka dengan mimik wajah yg serius itu lamat selama beberapa saat tanpa di ketahuilah siapa pun. Dan sedetik kemudian gadis itu kembali menutup matanya seolah tak pernah terbuka tadi dan langsung melanjutkan tidur nya lagi

AMORA (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang