10 - perempuan munafik

96 7 0
                                    

Semalaman tidur di-kost Jeah, paginya Regan langsung kembali ke rumahnya setelah di usir secara paksa oleh perempuan itu.

Regan baru saja selesai berbenah, ia keluar dari kamarnya dan langsung berjalan menuruni tangga. Lelaki itu berbelok ke dapur, lalu menemukan Devan yang tampaknya sedang sibuk memasak.

Tinggal berdua di rumah yang cukup besar, membuat Regan maupun Devan harus bisa mandiri. Segala pekerjaan rumah mulai dari mencuci, memasak, dan membereskan rumah, mereka lakukan bersama.

Tak ingin memperkerjakan ART karna Regan sudah tidak percaya dengan orang lain. Waktu itu pernah beberapa kali ia memperkerjakan ART, alhasil semuanya malah merusak kepercayaannya. Ada yang diam-diam maling, membawa orang lain masuk tanpa seizinnya, dan masih banyak lagi.

"Semalam lo tidur dimana sih, Bang? Udah sering gue mergokin lo ga pulang ya. Tumben banget." Devan yang sedang menumis kangkung sesekali melirik ke arah Regan yang sedang duduk di minibar.

"Jangan bilang lo nge-room?" tuding Devan yang dibalas anggukan dari Regan. 

"Iya, gue nge-room. Di kost pacar gue."

Devan malah menatapnya takjub. "Wuidih, setelah sekian lama, akhirnya lo udah punya pacar, Bang?"

"Jeah. Pacar gue masih Jeah."

Devan yang mendengar itu refleks menghentikan pergerakan tangannya. Ia menatap Kakak laki-lakinya itu tidak percaya. "Jeah? Jeah mantan lo pas SMA itu, kan?"

"Ck. Dia bukan mantan gue. Kita masih pacaran." Regan tidak suka jika dianggap mantanan dengan Jeah. Baginya, hubungannya dengan perempuan itu tidak pernah berakhir.

"Lah, gue kira udah putus? Soalnya selama ini ga ada nongol-nongol lagi."

Regan bingung hendak menjawab apa. Lelaki itu hanya memainkan peralatan makan yang ada disana, menunggu Devan selesai masak.

Sebelumnya Regan memang tidak pernah menceritakan tentang hubungannya dengan Jeah pada Devan. Sudah dibilang kan, ia cukup tertutup soal itu.

"Jadi, kabar dia sekarang, gimana?" tanya Devan sembari menuangkan cah kangkung yang baru selesai ia masak ke dalam piring. "Baik kan? Masih sama kayak dulu?"

Regan tiba-tiba teringat dengan perubahan drastis perempuan itu. Dadanya lagi-lagi sesak membayangkannya.

"Ya, kabarnya baik." jawab Regan akhirnya. "Kapan-kapan gue bawa main kesini."

"Bisa kali, double date." Devan menaik turunkan alisnya. "Nanti gue ajak juga Danisha."

Kedua kakak beradik itu menikmati makan siangnya dalam diam, yang terdengar hanyalah dentingan sendok dan garpu yang saling bersautan.

Jarak umur Regan dan Devan hanya berselisih 2 tahun, tapi ia tidak terlalu dekat dengan adiknya itu. Regan merasa tidak satu frekuensi dengan Devan, tidak ada topik yang cocok untuk dibahas berdua. 

Regan memiliki passion dibidang seni, baik lukis maupun musik. Disisi lain juga senang dengan dunia otomotif, dulu saat SMA ia sempat mengikuti komunitas mobil antik hingga mobilnya pernah disita.

Berbeda dengan Devan yang terlihat lebih lempeng. Lelaki itu adalah seorang intelektual yang lebih senang membaca buku dan merakit robot. 

Jika dulu Regan adalah siswa populer yang memiliki banyak penggemar di sekolah, sementara Devan adalah siswa berprestasi yang disayangi oleh guru-guru. 

Meski passion yang dimiliki Regan memang terkesan jauh dari kata intelek, namun yang saat ini menjalankan perusahaan peninggalan orangtuanya ialah dirinya sendiri. Meskipun tidak begitu mahir, tapi setidaknya Regan sedikit 'melek' dengan dunia perbisnisan.

Dark Guardian Angel (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang