"Je, lo balikan sama mantan stres lo itu?" Aeron bertanya sembari menyamakan langkahnya dengan Jeah yang berjalan lebih dulu.
Jeah menghentikan langkahnya, menatap Aeron bingung. "Balikan? Engga kok."
"Terus insta story lo kemarin itu apa?"
Jeah bingung hendak menjawab apa. Kalau sudah begini mana bisa ia berkilah. Ia tak ingin Aeron meninggalkannya, siapa nanti orang yang mau mengantarkan makanan gratis ke kost-nya?
"Ehm, gimana ya..." Jeah memegang tengkuknya. "Itu-"
"Itu apa, Jeah?! Ayo jelasin maksud insta story lo itu!" Aeron mencengkeram kencang bahu perempuan itu. Sesaat kemudian kedua matanya bertemu dengan tatapan tajam seseorang yang berdiri tidak jauh dari sana.
Aeron refleks melepas cengkeramannya dari bahu Jeah, ia tiba-tiba panik. Sial, pawang perempuan itu ada disana.
Aeron tak ingin wajah tampannya jadi babak belur seperti kemarin. Tapi disisi lain ia juga tak ingin diam, dimana letak harga dirinya sebagai seorang lelaki? Dia pikir Aeron secupu itu? Aeron bisa saja mengeluarkan taringnya jika kesabarannya benar-benar sudah habis. Seperti saat ini.
"Hei, kutu kampret!" Aeron memanggilnya. "Apa liat-liat?"
Yang dipanggil hanya tertawa hambar, kemudian tersenyum miring. Jeah memutar tubuhnya, melihat siapa yang dipanggil oleh Aeron barusan.
Jeah meneguk kasar saliva-nya saat menemukan Regan disana. Lelaki itu sedang menyandar santai di body mobilnya dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana.
Rasa kesal yang sempat tertahan membuat keberanian Aeron terkumpul dengan cepat di dalam jiwanya. Lelaki itu meninggalkan Jeah kemudian melangkahkan kakinya menghampiri Regan yang kini sedang menatapnya dengan tatapan mengejek.
"Ga seneng liat gue deket sama Jeah?"
"Dari sekian banyak cewek, kenapa harus milik orang yang lo deketin?" Regan menarik tubuhnya dari body mobil, kemudian berjalan mendekati Aeron yang sudah berdiri tak jauh di hadapannya.
Aeron terkekeh. "Mau milik lo, milik Bapak lo. Persetan. Gue ga peduli."
Regan hanya manggut-manggut sembari memperhatikan penampilan Aeron. Lelaki ini cukup menarik, pikir Regan. Namun seperti ada yang kurang, Regan benci dengan auranya.
"Denger ya, cowok stres." Aeron tiba-tiba mencengkeram kerah baju Regan. "Selama ini gue yang selalu nemanin Jeah. Sebelum lo yang dari masa lalu tiba-tiba datang dan hancurin semuanya."
Regan menepis santai cengkeraman Aeron dari kerah bajunya, lalu tersenyum miring. "Dan jauh sebelum ada lo, gue lebih dulu nempatin tempat di hati Jeah."
Aeron bergerak mundur. Tiba-tiba tertampar kenyataan.
"Setidaknya gue pernah dicintai orang yang gue cintai. Lo sendiri pernah ga?" tanya Regan sembari terkekeh yang berhasil memancing emosi Aeron. Aeron tiba-tiba teringat dengan cintanya pada Jeah yang bertepuk sebelah tangan. Sial.
BRUK!
Aeron mendorong kasar tubuh Regan hingga mengenai body mobil. Lelaki itu kembali mencengkeram kerah baju lawan bicaranya.
"Woah, santai dong. Kenapa kesinggung?" Regan membiarkan Aeron mencengkeram kerah bajunya.
"Ini cuma masalah waktu. Suatu saat nanti gue yakin Jeah bakal sujud di kaki gue!"
Regan tidak suka mendengarnya. Sujud di kaki katanya? Kesannya seperti...
"Sialan." Regan melepaskan cengkeraman tangan Aeron kemudian mendorong kasar tubuh lelaki itu. "Maksud lo apa huh, bikin cewek gue bersujud di kaki kotor lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Guardian Angel (on going)
Teen Fiction"Ga mau balikan sama aku? Kita masih sama-sama cinta, kan?" Perempuan itu melipat kedua bibirnya, ia masih enggan membuka suara. Ia hanya diam memainkan sendok dan garpunya. Melihat sang mantan kekasih yang masih ia cintai itu sejak tadi bungkam, me...