5 - si penghambat

113 11 0
                                    

Usai menjemput Leo dari day care, kini Jeah tengah disibukkan dengan memasak masakan ringan di dapur. Ya, ia hanya memasak omelette dengan toping sosis di atasnya. Bukan untuk dirinya, melainkan untuk Leo. Tadi bocah itu mengamuk tidak mau makan makanan dari pesanan online, bosan katanya. Mau tidak mau, terpaksa Jeah harus turun tangan untuk memasak, padahal tubuhnya sangat lelah.

Jeah membubuhkan saos tomat di atas omellete itu, kemudian menambahkan nasi di sebelahnya.

"Leo sayang ayo makan." panggil Jeah sedikit bernada.

Bocah itu tidak mendengar, ia tampak sibuk menonton sesuatu dari ponsel Jeah.

"Leooo." panggil Jeah sekali lagi. Menemukan Leo yang asik menonton tanpa beranjak, membuat Jeah kembali mengangkat suaranya. "Tadi katanya laper. Kok dipanggil buat makan ga nyaut?"

"Tuapin." ujar bocah itu tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel.

Menyusahkan. Jeah menghela nafas, kemudian melangkahkan kakinya mendekati Leo.

Terkadang Jeah merasa bersalah karena dirinya sering tidak sabar dengan sikap Leo. Padahal anak di usia itu memang sedang manja-manjanya, baru mengenal dunia dan mencari hal baru. Seharusnya Jeah mengerti, namun setiap mencoba untuk mengerti ia selalu kesulitan.

"Kok ada sosisna sih, Moma?" Leo menunjuk irisan sosis di atas omellete yang baru saja akan disuapkan Jeah ke dalam mulutnya.

"Dikit aja, kok. Ga pake ini nanti ga enak."

"Leo kan nda suka. Rasana aneh." bocah itu meringis.

"Rasa daging kok dibilang aneh?"

Bocah itu membekap mulutnya dengan kedua tangan. "Rasana aneh, Moma. Awasin dulu sosis itu, Leo mual."

Sikap Leo saat ini membuat memori Jeah terlempar jauh ke beberapa tahun silam. Kejadian dimana saat dirinya dan Regan masih berpacaran. Sudah sangat lama, namun ia ingat persis bagaimana lelaki itu mengatakannya.

"Dibuka dong mulutnya Regan sayang."

"Awasin dulu itu-"

"Apa?"

"Ada irisan baksonya." Regan meringis.

Jeah terkekeh kemudian menaruh kembali sendoknya. "Kamu ga suka irisan bakso? Demi apa?"

Regan hanya mengangguk. Ia nyaris mual melihat benda bulat yang di iris tipis itu.

"Kenapa ga suka?"

"Rasanya aneh."

"Tapi itu kan rasa daging?"

"Iya, tetap aja rasanya aneh."

Jeah termenung selama beberapa saat. Regan dan Leo sama-sama membenci olahan daging. Padahal sosis dan bakso kan makanan enak, apalagi jika dikombinasikan dengan apa saja. 

Dasar orang-orang aneh.

"Aak- suapan terakhir."

"Kenyang, Moma." Leo berbicara dengan mulut penuhnya.

"Tanggung, loh."

tok.. tok.. tok..

"Moma, ada orang." Leo menatap pintu depan yg diketuk.

Jeah refleks melirik pintu, kemudian kembali menatap Leo. "Iya, makan dulu ini, terakhir."

Leo menggeleng kemudian menyembunyikan wajahnya ke dalam selimut.

tok.. tok.. tok..

"Iya, tunggu bentar!" pekik Jeah sembari meletakkan piring ke wastafel, kemudian berjalan menuju pintu kamarnya.

Dark Guardian Angel (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang