18 - rencana ke depan

61 5 0
                                    

"Oke. Attention, please." seorang dosen yang tengah mengajar memasukkan ponselnya ke dalam saku jas. "Saya izin ke kantor sebentar, ada urusan mendadak. Silahkan lanjut pelajari materi yang saya berikan tadi." 

"Baik, Bu."

Dosen perempuan itu keluar dari ruangan, lalu hilang di balik pintu yang sudah tertutup.

Di saat yang lain sudah disibukkan dengan buku-buku dan laptopnya, seorang perempuan tampak dengan santainya memasukkan buku-buku dan peralatan tulisnya ke dalam tas, kemudian mengeluarkan bedak compact-nya, menata ulang make-up nya yang sedikit luntur.

"Eh, mau kemana lo?" tanya seseorang yang duduk di belakangnya.

"Pulang."

"Tapi kelas belum selesai."

"Sewot banget lo." Jeah menatap perempuan itu sinis. "Yang penting gue udah absen." ia berdiri, menyandangkan tote-bag nya lalu pergi meninggalkan kelas tanpa rasa bersalah.

"Anjir. Santai banget."

"Biarin aja. Dia kan udah pinter." ujar yang lainnya menatap kepergian perempuan itu.

Setibanya di luar kelas, Jeah menyapu pandangannya ke penjuru arah, memperhatikan situasi yang cukup lengang dan sepi karena masih jam perkuliahan. Perempuan itu menghela nafasnya, memilih berjalan menyusuri koridor menuju lobby utama gedung fakultasnya.

Sebenarnya Jeah tak ada niat untuk pulang lebih awal, ia hanya tidak bisa fokus berada di kelas. Pikirannya selalu memikirkan Tara yang akhir-akhir ini begitu sulit dihubungi dan juga jarang menampakkan diri. Tentu saja Jeah khawatir dengan sahabat satu-satunya itu, bagaimana kalau nanti terjadi sesuatu yang tidak-tidak?

Jeah mengecek ponselnya. Ada 8 panggilan tak terjawab dari Regan dan juga 6 pesan tak terbaca dari Tara. Jeah mendesah pelan, sejak tadi ia sengaja men-silent ponselnya.

Jeah membuka pesan dari Tara terlebih dahulu, karena itulah yang sejak tadi ia tunggu, kabar dari sahabatnya.

Tadaaa
Je
Sorry baru bisa hubungin
Gue lagi healing sama ponakan gue
Gue baik-baik aja kok :)
Makasih udah perhatian, lafyu Je
Nanti kalo udh balik, gue kabari yaa

Jeah menghela nafasnya lega, ia segera menggerakkan jemarinya untuk membalas pesan-pesan itu. Keadaan Tara aman, setidaknya Jeah sudah bisa menghirup udara segar sekarang.

Setelah urusannya dengan Tara usai, Jeah teringat sesuatu. Ia membuka daftar kontak, kemudian menghubungi seseorang di sana.

"Halo?" akhirnya ia menghubungi Regan.

"Dimana?"

"Kampus." Jeah melanjutkan langkahnya. "Kenapa tadi nelfon?"

"Hmm, kangen aja." jawab suara di seberang dengan kekehan. "Pengen ketemu sih tadi."

"Oh, sorry. Ponsel gue sengaja di-silent, lagi kuliah soalnya."

"Sekarang udah selesai kuliahnya?"

Jeah mengernyitkan dahinya. "Btw, tunggu. Suara lo kenapa? Pilek ya?"

"Enggaa."

"Bohong."Jeah memicing. "Lo sakit kan?"

"Engga, Jeah."

Jeah menghela nafasnya berat. Ia hafal betul seperti apa tabiat Regan. Sejak dulu lelaki itu selalu menutupi fakta kalau dirinya sedang sakit, hanya karena tak suka membuat Jeah khawatir.

"Lo di rumah? Gue kesana ya?" Jeah menghentikan langkahnya di depan gedung fakultas.

Regan yang berada di seberang tentu saja senang mendengarnya, ia tersenyum. "Boleh, boleh banget. Aku jemput ya? Kamu tunggu di mana?"

Dark Guardian Angel (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang