7 - kelepasan

161 5 3
                                    

Dentuman musik DJ yang begitu keras menggema meriah seantero ruangan, perempuan itu mengangguk-anggukan kepalanya menikmati alunan musik yang terdengar asik di telinganya, sesekali ia juga menggerakkan tubuhnya sesuai dengan nada yang sedang bermain.

Remangnya pencahayaan yang disertai lampu disco pun turut meramaikan suasana, membuat orang-orang disana semakin heboh meliuk-liukkan tubuhnya.

Lelaki itu membawa dua gelas wine di kedua tangannya, ia memberi satunya lagi kepada perempuan yang sejak tadi menunggu kedatangannya itu.

"Thanks, Aeron." ujarnya kemudian melakukan cheers dengan lelaki itu.

Aeron merangkul pundaknya, kemudian menunjuk dance floor yang kini sudah ramai dengan orang-orang. "Kesana yuk, Je." yang langsung dibalas anggukan dari perempuan itu.

Ya, Jeah dan Aeron sedang berada di club yang cukup ternama di kotanya. Tadi Aeron mengajaknya, hanya iseng. Namun tak disangka Jeah benar-benar menurutinya. Perempuan itu bilang, ia sedikit suntuk dan butuh hiburan. Tentu saja Aeron dengan senang hati membawanya kemari, kapan lagi ia bisa menikmati waktu berdua dengan sang pujaan hati?

Soal Leo, bocah itu Jeah titipkan di rumah Tara. Jeah tidak bisa menjamin kalau ia bisa pulang malam ini. Karna biasanya jika sudah ke club, pasti akan bablas sampai pagi.

Jeah meliuk-liukkan tubuh indahnya mengikut alunan musik, dengan kedua tangan Aeron yang berada di pinggangnya.

Posisi mereka berdua sangatlah intim, membuat Aeron menginginkan yang lebih dari ini. Ia memutar tubuh Jeah menghadapnya sebelum mendekatkan wajahnya pada perempuan itu.

"You look so fuckin' beautiful tonight." bisiknya yang dibalas senyuman nakal dari Jeah.

"Thank you, handsome."

Aeron memiringkan kepalanya sembari mendekatkan wajahnya pada Jeah, hendak mencium bibir perempuan itu. Namun Jeah dengan sigap menahan wajah Aeron sembari tersenyum miring.

"Not now, babe..."

"Berarti nanti boleh?"

Jeah menghiraukan pertanyaan itu dan memilih berjalan menuju bar, disusul oleh Aeron yang hendak menambah minuman lain. Lelaki itu langsung memesan minuman berkadar alkohol tinggi untuknya.

"Cobain." Aeron menyodorkan gelasnya pada Jeah.

Jeah menerima gelas itu dan meminumnya hingga tandas. Sial, ia lupa jika toleransinya pada alkohol sangatlah rendah. Dan sekarang perempuan itu mulai merasakan efek dari minuman yang ia minum.

"Mau tambah ga?"

Jeah menggeleng, kepalanya pusing.

Aeron membawa perempuan itu kedalam pelukannya. Lalu mencium puncak kepalanya.

"Lo ga mau nerima gue jadi pacar lo aja, Je?" entah mengapa pertanyaan itu lolos dari mulutnya disaat-saat seperti ini.

Jeah yang masih dilanda rasa pusing, hanya menggeleng. Kedua matanya berubah sayu, namun ia kembali mengambil air mineral, kemudian meneguknya.

"Kenapa, hm? Gue padahal sayang loh sama lo."

"Gue engga." siapapun tau, perkataan orang mabuk itu pasti murni keluar dari hati.

Damn. Aeron mengumpat. Bisa-bisanya Jeah tak memiliki perasaan yang sama dengannya setelah semua yang ia lakukan pada perempuan itu. Ia tampan, keren, berduit, kurang apalagi dirinya di mata Jeah?

"Tipe cowok lo kayak apa sih? Gue mau memaksakan diri." ujar Aeron kesal sembari meneguk minumannya dengan rakus. Sedikit pusing, dirinya mulai merasakan efek dari minumannya.

Dark Guardian Angel (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang