Uang bulanannya sudah menipis, berbagai tunggakan juga belum ia bayar, membuat Jeah terpaksa kembali menggeluti profesi gelapnya, menjadi wanita sewaan.
Di sinilah ia berada, di lobby hotel bintang lima tempat ia akan melayani customer-nya malam ini. Hotel tempat para pejabat melakukan pertemuan atau tempat para selebriti menginap.
Sepertinya customer kali ini cukup sultan sehingga bisa mem-booking-nya di tempat mewah seperti ini. Namun setiap hendak bertemu dengan customer, Jeah selalu berharap semoga customer yang ia temui bukan orang yang ia kenal.
Dulu Jeah pernah sial mendapat seorang customer yang ia kenal saat masa OSPEK, dan itu benar-benar membuatnya trauma dan diserang rasa panik. Untung saat itu ada Tara yang berbaik hati mau menggantikannya sebelum lelaki itu menyadari bahwa ialah yang sebenarnya disewa.
drrrtt...
drrrtt...
Jeah menghela nafas kasar, ponselnya tiba-tiba berdering. Ia dengan cepat mengambil ponsel dari dalam tasnya, berpikir jika sang customer sudah menunggu terlalu lama hingga menelfonnya lagi. Namun saat melihat ID pemanggil, ia refleks berdecak sebal.
Argh! Kenapa setiap ingin melayani booking-an Regan selalu mengganggunya? Tentu saja Jeah langsung me-reject panggilan tidak penting itu. Itu hanya akan menghambat pergerakannya.
drrrtt... drrrtt...
drrrtt... drrrtt...
Namun lagi-lagi ponselnya berdering, kini disertai notifikasi pesan yang membuat Jeah ingin membanting ponselnya.
Regan
Angkat gaaa?Jeah membuang nafasnya kasar sebelum menggeser tombol hijau dari ponselnya. Ia menempelkan benda pipih persegi panjang itu dengan kesal ke telinganya.
"Apa?! Ganggu aja ish."
"Shareloc, buruan." pinta suara di seberang, seperti tak menerima penolakan.
"Ga mau!"
"Shareloc, Jeah. Biar aku jemput sekarang."
Jeah buru-buru memasuki lift kemudian memencet tombolnya dengan kasar, ia harus tiba di kamar customer sebelum terlambat. Lelaki itu pasti akan menggagalkan rencananya lagi.
"Gue ada urusan, lo ga usah ikut campur."
"Aku di depan kamar kamu. Leo nangis di dalem, kekunci. Kenapa kamu kurung dia?"
Jeah terdiam. Seketika ia panik.
"S-Serius?"
"Ngapain bohong?" Regan seperti mengarahkan ponselnya pada pintu kamar Jeah, lalu terdengarlah isak tangis Leo yang kontan menyayat hatinya.
"Denger sendiri kan?"
Jeah hanya mondar-mandir kebingungan di dalam lift. Hingga saat lift sudah tiba di lantai tujuan pun, ia mengurungkan niat untuk keluar dan kembali memencet tombol menuju lantai dasar.
"I-iya, gue pulang. Ga usah dijemput."
tit.
Leo adalah kelemahannya. Jeah paling tak bisa jika sudah menyangkut anaknya itu. Biarlah satu customer-nya hilang dibanding membiarkan anak satu-satunya itu menangis tersiksa disana. Jeah takkan fokus, bayang-bayang wajah ketakutan Leo saja mulai menghantuinya saat ini.
Kemarin Jeah sudah merasa bersalah karena membiarkan Leo sendirian saat kost-nya sedang padam listrik. Tapi selama meninggalkan Leo berkerja malam, biasanya bocah itu anteng tertidur hingga pagi. Namun belakangan ini berbeda, seperti alam pun sudah terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya pada pekerjaannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Guardian Angel (on going)
Teen Fiction"Ga mau balikan sama aku? Kita masih sama-sama cinta, kan?" Perempuan itu melipat kedua bibirnya, ia masih enggan membuka suara. Ia hanya diam memainkan sendok dan garpunya. Melihat sang mantan kekasih yang masih ia cintai itu sejak tadi bungkam, me...