17 - regan vs aeron

63 6 0
                                    

Cuaca cukup mendung, tadi juga sempat hujan deras. Seharian ini Jeah hanya mengurung diri di kamar kost-nya, berbaring di atas sofa ditemani secangkir susu coklat panas. Untung saja jadwal kuliah hari ini digeser besok lusa, cuaca yang dingin seperti ini membuat Jeah betah bermalas-malasan.

Seharian mengurung diri di kost, juga membuat Jeah terkurung bersama dengan pikiran-pikirannya. Sejak tadi ia tak henti-hentinya memikirkan perkataan Regan kemarin, dan apa yang disembunyikan lelaki itu darinya.

"Akupun ga sesuci yang kamu pikirin."

Jeah membuang nafasnya kesal. Membuat overthink saja. Jika benar ada masalah, kenapa tidak langsung dibereskan saja biar sama-sama enak?

"Ga suci gimana ya maksudnya?" Jeah menggigit jemarinya. "Konteks suci di sini tuh apa, sih?"

"Jangan-jangan... Regan jadi gigolo?" Jeah menutup mulutnya terkejut. "Tapi ga mungkin. Ga ada alesan dia buat jadi gigolo. Duit punya, segalanya punya, dia juga ga keliatan aneh-aneh orangnya."

Jeah menggigit jemarinya frustasi. "Apa dia pernah selingkuhin gue? Tapi katanya bukan itu..."

"Argh!!"Jeah menenggelamkan wajahnya di antara tumpukan bantal. "Atau jangan-jangan dia pernah tidur sama cewek lain?!"

Lagi-lagi Jeah berasumsi dengan berbagai macam pikiran buruknya. Bagaimana bisa ia berpikir tenang sebelum lelaki itu menjelaskan yang sebenarnya?

"Atau yang lebih parah..." Jeah menerawang jauh ke depan. "Regan hamilin cewek lain terus dia terpaksa nikah sama cewek itu. Makanya dia takut gue pergi ninggalin dia... shit, ini lumayan masuk akal." Jeah mematung, seketika nafasnya menjadi sesak.

"Gue ga bakal kaget kalo ternyata ini beneran. Gue harus mempersiapkan mental dari sekarang. Atau kalo perlu sebelum dia ngomong, gue duluan yang beberin fakta ini. Biar ga denger langsung dari mulutnya, pasti terasa lebih menyakitkan." tanpa sadar air matanya terjatuh.

"Siapa hayo yang hamilin cewek lain?"

Jeah terkejut, ia refleks membalikkan badannya, menemukan sosok yang sepertinya sejak tadi sudah berdiri di sana.

"Shit! Tara! Ngagetin aja! Kenapa bisa di sini, sih?!" Jeah memegang dadanya.

Tara merangkak mendekati Jeah, lalu tersenyum tengil. "Siapa suruh ga ngunci pintu? Lagian gue daritadi udah ngetok manggil-manggil sampe tetangga kost lo muak."

Jeah mengerling kepenjuru ruangan, mencari keberadaan Leo. Ternyata anaknya itu sudah tertidur dengan setumpuk mainan di sekelilingnya.

"Lo nangis?"

Jeah dengan cepat menghapus sisa air matanya. "Ga kok. kelilipan doang."

"Seriusan, Jeah. Lo nangis kan?"

"Ga, ih!"

"Nangisin siapa, hayo? Regan, ya?"

"Engga, Tara. Gue ga nangis!"

"Ada apa dengan mantan terindah lo itu? Gue denger tadi lo sebut-sebut nama dia. Dia hamilin cewek lain?" tanya Tara beruntun. 

"Engga, ga ada. Gue cuma random aja tadi." 

"Gitu ya lo sekarang sama gue? Main rahasia-rahasiaan." Tara memasang wajah merajuknya. "Padahal kita terbuka dalam setiap hal. Lo tau masalah gue, gue juga tau masalah lo. Dan kita saling memguatkan. Itu tujuan gue dateng kesini, karna ada yang mau gue ceritain juga."

"Apa? Sini cerita sama gue." Jeah mendekatkan dirinya pada perempuan itu.

Tara berdecak. "Lo duluan yang cerita."

Dark Guardian Angel (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang